Jangan lupa bayar pajak! Vote dan komen
Yang Puasa masih sanggup baca part ini? Masih dong!***
Berjam-jam operasi telah dilaksanakan dan akhirnya membuahkan hasil. Kini Rylin dan Zidan dipindahkan di ruangan yang berbeda namun fasiltas yang di dapatkan sama. Sama-sama mendapatkan kamar yang begitu luas dan nyaman.
Hampir saja Rylin di pindahkan ke kamar yang hanya memiliki satu ranjang berukuran kecil oleh Papanya. Jika saja Dirta tidak memaksa Hendra memindahkan Rylin ke tempat yang sama seperti Zidan, Dirta pasti akan membongkar tentang Rylin yang telah mendonorkan salah satu ginjalnya untuk Zidan.
Rylin dan Zidan juga belum sadarkan diri. Mereka masih sama-sama terbaring lemah di ranjang masing-masing. Itu cukup membuat Hendra, Adhiti, Dirta dan yang lainya merasa cemas. Dengan Hendra dan Adhiti yang mengkhawatirkan kondisi Zidan dan Dirta yang mengkhawatirkan kondisi Rylin. Kalian jangan berpikir kalau Adhiti mengkhawatirkan kondisi Rylin, dia bahkan tidak tahu kalau Rylin berada di Rumah Sakit ini. Andai saja Hendra memberitahu Adhiti bahwa Rylin lah yang mendonorkan ginjalnya untuk Zidan, apa dia akan melihat dan merawat Rylin? Tidak ada yang tahu jawabannya, bahkan Dirta pun tidak bisa menjawab. Hanya Adhiti yang bisa menjawab itu semua.
Suara ketukan terdengar di kamar Rylin yang hening. Saat pintu itu dibuka perlahan oleh seseorang dengan senyum yang mengembang dibibirnya perlahan luntur dan digantikan dengan rasa bersalah. Andai saja dia bisa menghentikan operasi itu mungkin keadaan Rylin tidak seperti ini.
Membayangkan Rylin yang hidup dengan satu ginjal dan penyakit kanker Paru-paru itu cukup membuatnya sedih. Menurutnya kecil kemungkinan untuk Rylin hidup di dunia ini.
"Kapan lo sadarnya?" tanya Dirta kepada Rylin yang masih belum sadarkan diri.
Dirta terus menatap Rylin. Tangannya terulur untuk mengelus rambut Rylin, kemudian beralih membelai pipi Rylin dengan sangat lembut.
"Maafin gue Rylin, gue sudah berusaha buat Papa lo gak salah paham sama lo lagi. Gue sudah jelasin semuanya ke Papa lo itu tapi Papa lo tetap gak percaya sama gue" jelas Dirta.
Dirta terkejut sekaligus senang saat melihat Rylin meneteskan air matanya. Dirta yakin Rylin akan segera sadar.
Rasa senang itu perlahan mulai hilang dan digantikan dengan rasa khawatir. Tubuh Rylin tiba-tiba kejang-kejang.
"Rylin lo kenapa?!"
"Sadar!"
"Dokter!"
"Dokter!"
"Suster!"
"Dokter! Suster!"
Dirta terus berteriak memanggil Dokter dan Suster. Tidak perlu menunggu lama, Dokter dan Suster yang Dirta panggilpun segera datang.
"Tolong Rylin, Dokter!" mohon Dirta dengan berderai air mata.
Dengan segera Dokter memeriksa Rylin.
"Suster tolong suntikan obat penenang pada pasien" perintah Dokter yang menangani Rylin. Secepat mungkin Suster melaksanakan perintah Dokter, suster itu mulai menyuntikkan obat penenang kepada Rylin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rylin (Bisu) ✔
Ficção AdolescenteCerita belum direvisi jadi jika ada kata yang tidak dimengerti, terdapat typo, mohon dimaafkan. Saya usahakan untuk merevisi bagain awal awal part yang saya rasa terdapat banyak typo. Apa jadinya kalau kita dibenci oleh keluarga karna satu kekuranga...