Warning! Cerita ini mengandung banyak bawang
Diharapkan sediakan tisu sebelum membacaJangan lupa untuk vote dan komen
Karena vote dan komen itu gratis
1
2
3Happy reading
***
Pagi ini Rylin dan Echa tengah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Mengenai soal pakaian, Echa memberikan salah satu baju sekolahnya untuk Rylin kenakan.
"Echa, gak apa-apa aku pakai baju kamu?" tulis Rylin di notebook lalu memperlihatkan pada Echa.
Echa hanya terseyum manis kepada Rylin. Dia memegang tangan Rylin untuk menyakinkan rylin bahwa itu tidak masalah.
"Rylin, sudah berapa kali sih gue bilang, lo boleh pakai baju sekolah gue, kebetulan juga baju itu sudah gak muat sama gue" Rylin hanya mengangguk, setelahnya mereka pergi keluar untuk bertemu Ibu Kartika.
"Echa, Rylin, sini kalian sarapan dulu" ajak Bu Kartika. Echa dan Rylin pun ikut bergabung dan memulai sarapan.
"Oh iya, Ibu senang pas semalam tahu kalau Rylin nginap disini" cerita Bu Kartika. Rylin hanya cengengesan, dia juga tak nyangka kalau dia bisa menginap dirumahEcha ini. Untung saja Echa mengizinkannya tidur dirumahnya, kalau saja tidak, Rylin tidak akan tahu bagaimana nasibnya serang. Mungkin saja dia akan tidur di toko-toko yang sudah tutup, membayangkan saja sudah membuat Rylin ngeri.
"Rylin, lo kok melamun?" tanya Echa. Rylin yang ditanya langsung tersadar, dia langsung menatap Echa.
"Gak kok Echa, tadi aku gak melamun" tulis Rylin di notebooknya lalu memperlihatkan pada Echa.
"Yaudah kita sarapan, nanti kita terlambat"
Bu Kartika yang melihat keakraban Rylin dan Echa hanya bisa terseyum bahagia. Untung saja Echa mau berteman sama Rylin, soalnya menurut yang Bu Kartika tahu bahwa Rylin disekolah tidak ada yang temani, kecuali Echa, Alfa dan Putra saja yang mau berteman. Tapi Bu Kartika yakin bahwa suatu hari nanti ada yang mau berteman dengan Rylin tanpa memandang kondisi Rylin.
***
Sesampainya Rylin dan Echa ke sekolah, mereka pun berpisah lalu pergi ke kelas masing-masing. Seperti biasa Rylin berjalan dengan menunduk, takut menatap mata setiap murid yang dia lewati.
"Woi bisu!" Rylin tetap berjalan tanpa mempedulikan seseorang yang memanggilnya. Ya, orang itu pasti memanggil Rylin, cuma dia yang bisu disekolah ini. Rylin melanjutkan jalannya menuju kelas yang tidak jauh lagi, namun tiba-tiba rambutnya tertarik kebelakang dengan keras.
"Woi bisu, tadi gue manggil nama lo. Kenapa lo gak berhenti pas gue panggil?" Salsa menarik rambut Rylin lebih keras sehingga membuat Rylin meringis. Setelah puas menarik rambut Rylin, Salsa langsung melepaskannya.
"Maaf, bukannya aku gak mau berhenti tapi namaku Rylin bukan bisu" tulis Rylin di notebooknya lalu memperlihatkan pada Salsa.
Salsa yang membaca itu langsung tertawa.
"Hahahahaha. Sadar diri dong, lo itu bisu jadi nama lo juga bisu" Rylin rasanya ingin menangis, tapi jika dia menangis takutnya mereka akan menindasnya lebih jauh."Lebih baik aku pergi dari sini, takutnya Salsa berbuat lebih" kata Rylin dalam hati. Tepat saat Rylin pergi saat itu juga Salsa membisikkan sesuatu.
Jauhi Alfa atau hidup lo bakalan hancur, orang yang ngebela lo bakalan benci lo, termaksud Echa. Rasannya itu terdengar seperti ancaman buat Rylin, tapi lagi-lagi Rylin tidak mengerti maksud dari yang Salsa bisikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rylin (Bisu) ✔
Ficção AdolescenteCerita belum direvisi jadi jika ada kata yang tidak dimengerti, terdapat typo, mohon dimaafkan. Saya usahakan untuk merevisi bagain awal awal part yang saya rasa terdapat banyak typo. Apa jadinya kalau kita dibenci oleh keluarga karna satu kekuranga...