Selamat Membaca🤗
.
.
.Sudah lama sekali Kasih tidak menghirup udara di kota kelahirannya. Semuanya terasa sangat asing dan berbeda. Saat alas sepatu putihnya menginjak lantai bandara, seketika dia teringat bagaimana ayahnya menggeret dan memaksanya untuk pergi dari negara ini. Ingatan memori yang sudah lama terkubur, kini tertarik paksa oleh waktu. Mengingat semuanya membuat kakinya lemas, tak berdaya.
Niat pulang ke rumah sirna seketika. Kasih membeli tiket pesawat penerbangan pertama, entah kemana dia akan pergi. Mentalnya tidak cukup kuat bertemu dengan mereka, bahkan memandangnya lewat foto pun rasanya sangat menyakitkan.
Sambil menunggu, Kasih duduk di ruang tunggu. Rasa rindu tidak membuat hati Kasih goyah, keputusannya sudah final tak bisa diganggu gugat. Biarkan Kasih merenung, dan memikirkan semua kesalahan sesuai permintaan sang ayah.
Saat sedang asyik memandang orang yang tengah berlalu lalang, tiba saja matanya diperlihatkan sesuatu. Tidak, bukan sesuatu tapi seseorang. Di sana ada seorang pria bertubuh jangkung dengan pakaian formal, di tangan kirinya tengah memegang handphone dan di sebelahnya lagi menggeret koper. Kasih sangat mengenal pria itu, walau sudah bertahun-tahun Kasih tidak bertemu atau berhubungan kontak lagi dengan pria itu.
Tidak ingin ketahuan, Kasih mengambil sebuah majalah lalu berpura-pura membaca. Percayalah, jantung Kasih sedang memberontak sekarang.
"Iya Ai. Nanti Kakak bilangin Kak Gabriel buat jaga kamu."
Ternyata pria itu memilih duduk tepat di sebelahnya. Kasih merasa senang sekaligus takut ada di dekat Gebra, ya salah satu kakak sepupunya. Kasih tidak bisa menduga ini, sekarang Gebra sangat berwibawa. Kasih yakin sekali, Gebra sedang berteleponan dengan Aira-adik kedua Gebra.
"Kasih mohon, loudspeaker. Kasih mau denger suara Ai," batin Kasih memohon.
Gebra tertawa pelan. "Apa? Kamu mau ketemu sama Kasih? Liburan nanti, kamu boleh ketemu Kasih. Dengan syarat, kamu belajar senyum ke semua orang, oke?"
Aira ingin bertemu dengannya?
Lagi-lagi, Gebra tertawa. "Udah ngomelnya? Kakak tutup ya?" Gebra bangkit dari duduknya. "Iya. Jaga kesehatan juga." Setelah menutup handphone, Gabriel langsung pergi menggeret kopernya.
Kasih menggigit bibir bawahnya pelan. Sekuat tenaga Kasih menahan air matanya agar tidak jatuh. "Kasih rindu semuanya," lirih Kasih menyentuh kursi yang diduduki oleh Gebra.
"Bukannya Kasih gak mau ketemu kalian, tapi Kasih cukup sadar diri. Kasih gak pantas ada di tengah-tengah kalian."
***
Jogjakarta, kota yang sangat indah dengan beragam tempat wisata. Saat menjelajah di internet, Kasih tertarik untuk menetap di kota ini. Selain biaya hidup yang lumayan murah, kota ini juga mungkin bisa membuatnya tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain For Kasih
Teen FictionIni tentang Kasih dan hujannya. Diasingkan kemudian ditarik kembali, seperti sampah yang didaur ulang lalu dibeli kembali. Ini tentang Kasih, yang tidak sengaja membunuh sahabatnya sendiri. Masa lalu kelam membuat Kasih tidak pantas hidup bersama m...