26. Tapak Sepatu🌿

453 81 4
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

"Sejahat apapun masa lalu, hubungan darah mutlak tak bisa dipisahkan."

-Biru




Ditatapnya lekat-lekat tangan kanan yang dia gunakan untuk menampar darah dagingnya sendiri. Sesekali pandangannya beralih ke kamar kost lantai dua. Di pintu pertama, tepat saat di mana tubuh putrinya menghilang. Dia menjambak rambutnya kuat-kuat, berteriak sekencang mungkin meminta maaf pada Kasih. Namun Kasih tak juga memunculkan batang hidungnya. Ini salahnya, seharusnya dia bisa lebih mengontrol emosi. Membujuk harus menggunakan cara halus, bukan kasar. Akan semakin sulit baginya untuk mendapatkan maaf dari Kasih.

“Maaf, Bapak siapa ya?” tanya seseorang membuat Biru yang awalnya menatap pintu kost lantai dua, kini beralih memandang sumber suara.

Seorang wanita paruh baya berpenampilan modern dengan dress simpel berwarna biru tua. Manik mata berwarna biru terang itu menatap intens Biru. Tampaknya wanita paruh baya itu memakai softlens.

Biru menjulurkan tangannya. “Saya Elbiru Anfrans, panggil saya Biru.”

Wanita itu tersenyum semringah, membalas jabatan tangan Biru. “Saya Julia, pemilik kost di sini.” Jabatan tangan itu dilepas oleh Biru. “Saya tadi denger Bapak manggil-manggil nama Kasih. Kalau boleh saya tahu, ada hubungan apa ya Bapak sama Kasih?”

“Kasih ... Kasih itu putri kandung saya,” ungkap Biru, sontak saja Julia terkejut.

Pantas saja wajah Biru tidak asing, ternyata pria itu ayah kandung Kasih. Tampang-tampang bulenya terlihat. Rambut pirang berdominan cokelat, sama seperti warna rambut Kasih. Rahangnya tegas serta tubuh kekar. Sudah berumur tapi terlihat tampan dan berwibawa. Melihatnya saja membuat jantung Julia berdebar-debar.

“Apa kalian berdua bertengkar?”

“Iya, belasan tahun kami bertengkar.”

Julia ingat, malam-malam di mana dia mendengarkan semua cerita Kasih. Dari tatapan tulus Biru, dia rasa Kasih hanya salah paham.

“Belasan tahun?” beo Julia, “maaf, saya gak bermaksud buat kepo, tapi jujur emang kepo.”

“Ada masalah pribadi yang tidak bisa saya jelaskan. Yang pasti Kasih putri saya, tapi mungkin Kasih tidak menganggap saya sebagai ayahnya. Wajar, mengingat ucapan-ucapan saya dulu.” Biru tersenyum kecut, menghela nafasnya panjang. “Saya mengirim Kasih ke rumah ibu saya, di Cambridge. Berkali-kali saya pulang pergi Indonesia-Cambride hanya untuk membawa Kasih pulang. Alangkah terkejutnya saya saat tahu ternyata Kasih sudah pulang ke Indonesia, tapi ... ke daerah lain.”

Julia bergeming. Masalah antara Kasih dan keluarganya pasti sangat besar. Rumit seperti gumpalan benang kusut. Susah untuk diperbaiki, tapi sesusah apapun itu pasti bisa diperbaiki walau ada hal yang dikorbankan. Hubungan darah tidak bisa dipisahkan. Dia sudah menyayangi Kasih seperti anaknya sendiri. Seberat apapun permasalahan, dia hanya bisa berdoa memberikan yang terbaik untuk Kasih.

Rain For KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang