45. Kecelakaan🌿

702 84 13
                                    

HAPPY READING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING


“Memangnya kamu enggak muak, Sha? Kamu tinggal putusin aja apa susahnya sih? Kamu enggak enak sama orang tuanya Marka?”

Deg!

Marka bersembunyi di balik dinding. Beberapa meter dari tempat bersemayamnya, ada dua sejoli sedang duduk berhadapan. Sebelum itu mereka berdua saling berpelukan erat. Sakit, sesak dan kecewa. Ada sepercik harapan muncul di hatinya, berharap orang yang dia cintai menepis perkataan seorang cowok berambut gondrong. Buket bunga yang Marka pegang digenggam kuat-kuat. Matanya fokus menatap Lila, memerhatikan detik-detik Lila berbicara.

Lila berdecak. “Aku muak, Ley. Aku muak terus ada di samping dia, enggak boleh ini, enggak boleh itu. Tau kan lebih gilanya? Dia maksa tunangan sama aku, kalau bukan karena orang tuanya dia aku males banget ladenin.”

Hancur sudah Marka.

Cowok itu tertawa, mengusap rambut Lila pelan. “Terus gimana? Kamu masih lanjut tunangan sama Marka atau putusin dia?” Jemari cowok itu memutar-mutar anak rambut Lila lalu diselipkan ke belakang telinga.

“Entah Ley. Aku mau lepas tapi aku gak bisa, mungkin nanti. Lihat orang tergila-gila sama kita ternyata seru ju—"

Krek!

Tak sengaja Marka menginjak ranting pohon. Refleks kedua sejoli itu menoleh menatap Marka. Mata Lila melotot, kaget melihat Marka ada di sini. Marka tetap diam. Hatinya tak mampu dikondisikan lagi. Dirinya sedang tidak baik-baik saja sekarang. Sakit mendera seluruh pusat sensorik. Pun hati yang serasa mati.

Lila bangkit dari duduknya. Berlari menghampiri Marka. Ingin dia memegang tangan Marka tapi cowok itu langsung menepisnya. Emosi dan rasa sakit bersatu-padu. Buket bunga yang Marka pegang dilempar ke wajah Lila kemudian membalikkan badannya, berlalu meninggalkan Lila. Marka berlari kencang, dikejar oleh Lila. Samar-samar Marka bisa mendengar teriakan Lila sampai—

Brak!

Sebuah mobil menghantamnya.

“Marka!!”

Marka bangun dari tidurnya. Nafasnya tercekat, keringat bercucuran di pelipisnya. Dia bergeming, pandangannya lurus ke depan. Itu bukan mimpi, dia sadar itu berupa potongan memori yang belum sepenuhnya dia ingat. Bagian potongan terpenting yang baru muncul saat ini.

Lila.

Kecelakaan itu ....

Kecelakaan yang membuatnya amnesia.

Air matanya menetes. Sakit yang dia rasakan lewat kepingan memori itu juga terasa sampai saat ini. Bagaimana Lila menipunya. Berpura-pura mencintainya padahal tidak. Terus menerus bersikap seolah-olah Lila mencintai dan menjadikannya manusia gila. Ada sebab ada akibat, dan Lila yang menjadi penyebab kenapa dia sangat gila dulu.

Rain For KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang