23. Biru Tahu🌿

519 77 4
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

Biru merebahkan tubuhnya di kasur. Punggungnya terasa kaku, seperti ada sekarung semen menempel di punggungnya. Besok adalah jadwal keberangkatan ke Cambridge. Mau tidak mau, suka tidak suka dia akan membawa putri pertamanya pulang. Sudah cukup dia menahan diri dan berenang dalam kubangan lumpur. Apapun akan dia lakukan, termasuk berlutut di depan putrinya.

Sudah bertahun-tahun hubungannya dengan Kasih retak. Semakin lama hubungannya semakin hancur dan jika terus dibiarkan akan menghilang. Wajar Kasih membencinya. Selama ini mungkin putrinya menyimpan kemarahan yang amat besar untuknya, atau bahkan tak lagi menganggapnya sebagai ayahnya. Hal itu ditunjukkan dari sikap Kasih yang tak acuh. Selalu menghindar dan mengunci diri saat dia datang.

Setetes air mata terjun, menetes bantal. Menyesal sekali dia telah menyalahkan putrinya. Usianya masih sangat kecil. Putrinya amat penurut, melakukan apa yang orang yang disayang perintahkan. Contoh saja sahabat Kasih satu-satunya. Meminta Kasih untuk mendorong kursi roda ke tengah jalan. Awalnya dia mengira Kasih sengaja mendorong sahabatnya. Beberapa lama setelah dia mengasingkan Kasih, kebenaran terungkap.

Dia bangun dari posisi tidurnya, mengambil handphone yang terselip di bawah bantal. Mencari-cari nama kontak seseorang lalu menghubunginya. Sekali tidak diangkat, dua kali, tiga kali, dan terakhir baru ada yang mengangkat.

 “Hello, Good morning. Qena is speaking. May I have your name?”

Waktu di Cambridge dengan Indonesia hanya enam jam. Di mana saat ini, waktu di tempatnya itu jam 10 pagi sedangkan di Cambridge itu sekitar jam 4 pagi. Mendengar suara lembut milik ibunya, Biru tersenyum.

“Hai, Mom. Good morning.”

“Oh, Biru! How are you? Mom kangen banget sama kamu. Kapan kamu ke sini?” tanya Qena antusias.

“Aku baik, Mom apa kabar? Besok aku ke sana,” jawab Biru.

“Mom tunggu, sayang. Jangan lupa ajak keluarga kamu ke sini, terutama Kasih. Cucu kesayangan Mom harus dateng!”

Deg!

Tunggu, apa maksudnya? Biru ingin datang ke sana karena ingin menjemput Kasih, dan ibunya malah ingin dia membawa Kasih? Apa maksudnya? Dia tidak mengerti.

Wait, Mom. Kasih?”

“Loh, iyalah Kasih. Gimana kabarnya dia? Udah lama gak ngabarin Mom.”

Apa? Sungguh, Biru tidak mengerti.

“Mom cukup! Maksud Mom apa?”

“Biru kamu kenapa si? Capek banget ya? Kasih udah pulang, sebulan yang lalu. Udah lebih si, lebih seminggu kayaknya. Kamu lagi keluar kota ya? Atau sekarang lagi di luar negeri? Putri kamu udah pulang,” jelas Qena, tertawa pelan.

Rain For KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang