10. Suntik Vaksin🌿

479 85 8
                                    

Ketika suara langkah kaki terdengar, cepat-cepat Kasih naik ke atas kasur dan berpura-pura tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ketika suara langkah kaki terdengar, cepat-cepat Kasih naik ke atas kasur dan berpura-pura tidur. Sudah bisa dipastikan, suara langkah kaki itu milik Selly. Ketukan suara sandal jepit semakin jelas ke arah pintu kost-annya.

Brak!

Seseorang membuka pintu itu kasar, tenaganya seperti petarung tinju. Jika pintu rusak, bersiaplah Julia akan mengeluarkan jurus seribu wejangan. Awal mula langkah kaki terdengar grasah-grusuh, sekarang langkah kaki itu terdengar lembut bahkan nyaris tak terdengar.

Satu menit tak ada tanda-tanda kehidupan, selang beberapa saat kemudian suara kantung plastik memecah keheningan. Tidak lama suara kantung plastik berbunyi, aroma martabak menguar.

“Kasih udah tidur, jadi enaknya makan martabak sendirian,” ucap Selly mengambil satu potong martabak, matanya masih menatap Kasih. Dia tahu Kasih hanya berpura-pura tertidur, lihat saja nanti Selly pastikan Kasih akan terbangun. “Subhanallah. Gila enak banget, nyam-nyam.”

Masih belum bangun ternyata. Selly menyalakan kipas angin lalu mengangkat dus martabak. Aduhai, aroma ini semakin menguar. Kali ini Kasih tidak bisa berpura-pura lagi.

Kasih bangkit dari tidurnya sambil mengaruk-garuk kepalanya. Dia menguap khas bangun tidur, padahal hanya berpura-pura membodohi Selly. Tidak tahu saja, Selly sudah tahu acting amatiran Kasih.

“Apaan tuh?” tanya Kasih sambil mengendus-ngendus. Gadis itu turun dari kasurnya, berjalan ke arah Selly. Duduk di lantai, saling berhadapan.

Selly memutar bola matanya malas, lalu kembali menatap Kasih. “Kamu, kamu abis nangis?”

“Nangis? Enggak tuh.” Kasih mencomot sepotong martabak lalu melahapnya. Dalam hati Kasih merutuk, kenapa mata Selly jeli sekali padahal dia sudah membasuhnya berkali-kali.

“Bohong! Cepet siapa yang udah buat kamu nangis! Aku hajar! Mba Rina, Mita, Kiran, Nisa, Arum, atau Yeni! Cepet!”

Kasih tersenyum miring. “Gak usah jadi pahlawan. Cukup jadi pahlawan buat kamu sendiri aja.”

Selly diam, merasa tertampar oleh ucapan Kasih. Rupanya Kasih introvert, tidak suka banyak bicara tapi sekali bicara langsung to the point dan menancap ke hati. Kasih memakan martabaknya dengan sangat lahap, tidak memedulikan ucapan yang dia lontarkan tadi telah mengores hati Selly.
 
Tidak perlu waktu lama untuk Selly merenung. Dia ikut menghabiskan martabak bersama Kasih. Batin dan pikiran Selly dipenuhi pertanyaan tentang Kasih. Kenapa gadis itu menangis. Mata Kasih bengkak, itu artinya Kasih menangis dalam waktu lama.

“Kas,” panggil Selly membuat Kasih mendongkak, menatap Kasih dengan tatapan bertanya. “Ka—“ Sejenak Selly terdiam. Kasih tidak akan mengerti sekhawatir apa dirinya sekarang. Jika dia bertanya, maka Kasih akan memutar balikan pertanyaan itu. Ya, seperti tadi contohnya.

“Kenapa?”

“Mau ngeteh bareng gak? Kita habis makan, gak baik kalau langsung tidur.”

Bukan! Bukan ini yang ingin Selly tanyakan.

Rain For KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang