27. Datang Lagi🌿

455 76 5
                                    

H A P P Y

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H A P P Y

***READING***

*
*

Detik-detik seorang pria meludahi Kasih selalu teringat sampai terbawa ke alam bawah sadar. Tidak ingin menjadikan pria tua itu beban pikirannya, Biru langsung mencari informasi mengenai pria tua itu. Baru dia datang ke sekolah Kasih—berniat untuk menjemput gadis itu—dia justru dikejutkan oleh informasi. Ada seorang siswi yang mengatakan Kasih sering di-bully karena tersangkut isu perebut pacar orang. Sekarang dia mengerti, siapa pria itu sebenarnya. Pria tua itu ayah dari Marka, pacar Kasih. Entah itu benar atau tidak, yang pasti dia tidak menyukai keluarga kekasih putrinya. Terutama ayah Marka. Berani sekali pria itu meludahi putrinya.

Prinsip yang sejak kecil dia tanam; tamparan dibalas tamparan, makian dibalas makian, mata dibalas mata, dan nyawa dibalas nyawa. Segala sesuatu yang jahat, dia akan membalasnya lebih jahat begitu juga sebaliknya.

Suatu saat nanti, dia akan membalas apa yang sudah pria itu lakukan. Ini janjinya, janji seorang Elbiru Anfrans. Namun sekarang fokus utamanya tertuju pada Kasih seorang. Setelah urusan Kasih selesai, dia akan menyapa pria itu secara langsung.

Turun dari mobil, tidak jauh dari pintu gerbang kost. Melenggang masuk ke dalam area kost. Duduk di kursi kayu yang tersedia di halaman, tidak jauh dari bangunan. Dia akan menunggu Kasih. Terus meminta maaf sampai anaknya mau memaafkannya. Tidak ada kata bosan meminta maaf. Kesalahan yang sudah dia perbuat harus diperbaiki.

Di sisi lain, seorang gadis masuk ke dalam gerbang dengan langkah pelan. Mengendap-endap layaknya maling. Di depan gerbang ada mobil. Persis sekali dengan apa yang dia lihat tadi di sekolah. Benar saja, Biru sedang duduk di kursi kayu sambil menumpu siku di paha. Pandangan pria itu tertuju ke bebatuan di bawahnya. Kesempatan emas untuk lari masuk ke dalam kost.

“Kasih,” panggil Biru. Lambat-lambat dia mendongkak, menatap punggung putrinya. Kasih diam, tetap pada posisinya. Sama sekali tidak ada niatan berbalik badan.

Dilangkahkan kaki Biru menghampiri putrinya. Namun, Kasih malah berlari menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar kost. Biru mengejar Kasih. Mengetuk pintu pelan.

“Kasih, buka pintunya!”

“Kasih ... buka pintunya. Se-ka-rang,” tekan Biru, mengeja kata terakhir. Ketukan di pintu semakin keras.

“Kasih Bhatia Anfrans! Buka! Atau Dad dobrak sekarang juga,” ancamnya.

Tidak ada sahutan. Ancaman itu tidak mempan di telinga Kasih.

“Vanila rindu kamu—“

“Iya! Cuma Vanila doang yang rindu sama Kasih dan satu-satunya orang yang enggak pernah nganggap Kasih pembunuh!” potong Kasih menyahut. Berteriak di sela-sela tangisannya.

Rain For KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang