15. Bukan Pacar!🌿

348 64 3
                                    

“Kasih!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Kasih!”

“Kasih, woi budek! Kalau kamu budek bilang, aku mau beliin korek kuping nih siapa tau banyak kotorannya!”

“Serius, Kas. Kamu budek!”

Kasih menulikan pendengarannya. Sejak tadi, gadis itu mengejarnya sambil berteriak bak toa berjalan, bahkan toa tukang perabotan pun kalah oleh suara Selly. Sebenarnya, Kasih tidak marah atau kesal pada Selly. Cukup sadar diri, kalau dirinya bukanlah siapa-siapa. Pertahanannya di sekolah itu hanya sebatas pijakan kaki, kapan saja bisa lepas. Nilai saja tidak cukup untuk bertahan di sekolah itu.

Orang-orang mencap dirinya sebagai anak penerima beasiswa yang tidak tahu diri, ditambah lagi gosip yang menyebut dirinya perusak hubungan orang sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Sebagian murid di sini bergosip tentang dirinya, sebagian lagi hanya sebatas menatapnya iba.

Marka yang murni mendekatinya, dia tidak menyuruh cowok itu untuk dekat dengannya. Kasih nyaman dekat dengannya, tapi bukan berarti Kasih ingin merebut Marka dari Lila. Dilihat dari pengamatannya, sepertinya Lila bukanlah cewek baik-baik, gadis itu sedang bersembunyi di balik topeng manisnya. Kisah klise seperti di sinetron televisi, memuakkan.

“Kasih! Kena kamu sekarang!” Selly menarik lengan Kasih, membuatnya berbalik badan menatap Selly. “Kamu marah? Maafin aku, Kas, aku cuma gak mau kamu berurusan sama mereka.”

Kasih menepis tangan Selly pelan. “Aku tau, kamu cuma peduli sama aku dan aku harus sadar diri, siapa aku sebenernya,” sahut Kasih santai, sementara Selly terhenyak – dia merasa sangat bersalah pada Kasih.

“Kas, aku gak bermaksud ... ngomong itu.”

“Santai aja, aku gak kenapa-kenapa.” Kasih menaikkan tas ranselnya lebih sedikit ke atas. Dia berbalik, melanjutkan perjalanannya.

“Kamu gak mau ikut aku? Aku jualan di bazar daerah sini!” teriak Selly.

“Aku capek, Sel. Kamu aja, sorry ya gak bisa bantu,” jawab Kasih tanpa menoleh ke arah Selly.

***

Seperti biasa, Kasih berangkat ke sekolah naik kendaraan umum. Hari ini dia berangkat lebih awal dari biasanya, beberapa meter sebelum sekolah, Kasih turun. Sayang sekali, jika pagi-pagi harus lari-larian mengejar pintu gerbang agar tidak ditutup. Biasanya murid non normal yang berulang kali telat dan berurusan dengan guru Badan Kesiswaan. Padahal guru BK selalu memberikan sanksi berupa hukuman bagi murid yang melanggar peraturan, tapi anehnya seperti narkoba para murid kecanduan. Murid seperti itu seharusnya ditendang saja dari sekolah, mereka berbuat salah dan tetap saja dilakukan. Inilah yang bisa mengundang amarah dari guru BK.

Seorang gadis berambut panjang bergelombang sedang asyik berteleponan. Posisi gadis itu berada jarak lima meter dari jarak sisi pembatas jalan. Tidak hanya kasus murid terlambat, kali ini Kasih menemukan spesies baru yaitu menantang maut. Seorang pengendara motor melaju dengan sangat kencangnya mendekat ke arah gadis itu. Kasih berlari, setelah sampai di dekat gadis itu, Kasih langsung menariknya kencang. Nyaris saja gadis itu terserempet motor. Tidak apa jika gadis itu terluka karena terbentur aspal, setidaknya gadis itu tidak masuk rumah sakit.

Rain For KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang