HAPPY READING
S
eorang gadis berseragam olahraga duduk di kursi panjang yang terletak di luar gerbang. Menunggu kedatangan Marka sambil memakan roti bakar yang kebetulan lewat depan sekolah. Kasih bersantai memandangi langit mendung. Akhir-akhir ini dia disibukkan oleh persiapan Olimpiade hingga tidak sempat bersantai-santai apalagi berjalan-jalan bersama Marka. Anehnya cowok itu tidak lagi mengirimkan spam chat atau datang secara tiba-tiba ke kost, memaksanya keluar dari kamar kost.
Angin bersilir-selir, debu tersibak mengenai wajah putih Kasih. Refleks tangan Kasih terangkat, menutupi wajahnya. Pohon menjatuhkan daun-daun kering. Suasana damai seperti ini yang paling Kasih nantikan. Detik-detik turunnya hujan. Suasana sedih yang cocok untuk menangis. Namun, alasan apa lagi Kasih menangis? Dia tidak mempunyai alasan apapun untuk dirinya menangis selain menangis kebahagiaan.
Lagi-lagi angin tersibak, menerbangkan debu. Kali ini tangannya lebih dulu menghalangi wajahnya. Ketika tangan Kasih hendak turun, matanya diperlihatkan sesuatu. Marka datang bersama motor tingginya. Cowok itu tidak sendiri, ada Lila memeluk Marka dari belakang. Matanya memanas, hati Kasih seolah tertusuk. Digigitnya bibir bawah pelan.
Rintik hujan turun, sebelum hujan itu bertambah besar dan Marka semakin melajukan motornya. Kasih bangkit dari duduknya, berlari masuk ke dalam sekolah. Hujannya bertambah lebat, membuat Kasih berteduh di koridor kelas 10 yang langsung mengarah ke parkiran. Di sana Marka sedang membukakan helm Lila. Raut wajah mengisyaratkan kekhawatiran mendalam. Marka mengelap air-air di tangan Lila menggunakan jaketnya.
Setetes air mata lolos begitu saja.
Sesak.
Namun kesesakan ini tidak bisa dia hindari dengan memalingkan wajah. Pandangannya masih tertuju ke dua sejoli itu. Di mana Marka memakaikan Lila jaketnya kemudian Lila memeluk Marka erat. Marka terlihat kebingungan di sana, tapi tangannya merambat dan membalas pelukan Lila. Begitu erat sampai Kasih semakin sesak.
“Kenapa aku jatuh sedalam ini?” tanya Kasih dalam hati. Hujan semakin lebat, mereka berdua memutuskan berlari menuju ke arahnya.
Melihat mereka berdua hendak menuju ke arah koridor ini, Kasih membalikkan tubuhnya. Berpura-pura menatap kaca kelas. Mereka berdua berlari saling bergenggam tangan.
“Seharusnya aku tidak boleh jatuh terlalu dalam,” gumam Kasih lantas pergi melangkah menuju kelasnya.
🌧️🌧️🌧️
Hujan belum juga berhenti. Kasih menyesali keringanannya untuk bersedih dan mencari-cari kesedihan. Sekarang kesedihan itu sudah ada di depan mata. Tepat di depan matanya ada penyebab utama mengapa Kasih bisa sesedih ini. Mengetahui jam pertama kosong, Marka menariknya keluar dari kelas. Marka ingin memberitahunya sesuatu, tapi Kasih tidak siap mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain For Kasih
Teen FictionIni tentang Kasih dan hujannya. Diasingkan kemudian ditarik kembali, seperti sampah yang didaur ulang lalu dibeli kembali. Ini tentang Kasih, yang tidak sengaja membunuh sahabatnya sendiri. Masa lalu kelam membuat Kasih tidak pantas hidup bersama m...