21. Tragedi Radio Sekolah🌿

330 66 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading ❤️

 
 

Marka adalah anak yang keras kepala, siapapun tidak bisa menghalanginya terutama keluarganya sendiri. Acara belum selesai tapi Marka sudah mengantarkan Kasih pulang. Sedari tadi Kasih hanya diam dengan pandangan kosong, tidak menangis atau pun marah-marah padanya. Hal inilah yang membuat Marka terluka, pasti Kasih kaget sekaligus sedih mendapati bentakan orang tua Lila dan orang tuanya.

Sesampainya di depan kost, Kasih langsung keluar dari mobil dan melangkah menuju bangunan tempat tinggalnya. Namun, belum sampai gerbang Marka menahan lengannya. Kasih menoleh, meminta Marka untuk melepasnya tapi bukannya melepasnya, Marka malah menarik Kasih ke dalam dekapannya.

Sorry, sorry, sorry Audelia Kasih. Kamu berhak marah sama aku, maaf ... Maaf aku gak tau kalau kejadiannya bisa kayak gini,” ucap Marka penuh penyesalan, “Kas, ayok ngomong. Ayo marah sama aku, jangan diem. Aku gak suka didiemin sama orang yang aku sayang!”

Kasih mendorong tubuh Marka keras, membuat tubuh Marka sedikit terhuyung ke belakang. “Iya, aku mau marah tapi aku pending besok. Aku lagi seriawan, jangan sampe bengkak gara-gara ngomelin kamu,” pungkas Kasih berbalik badan, kemudian pergi meninggalkan Marka seorang.

Tidak, Kasih hanya membual, dia tidak seriawan. Matanya ingin sekali mengeluarkan cairan bening tapi Kasih menahannya. Betapa sesak hatinya mendengar teriakan dan bentakan itu. Sedih rasanya disebut sebagai perusak hubungan antara Marka dan Lila. Ini bukan salahnya, ini semua salah Marka yang seenaknya masuk ke dalam hatinya.

Suara high heels tidak terlalu tinggi terketuk seirama dengan langkah kaki. Suara langkah kaki yang terdengar tidak niat, kadang lambat, kadang juga cepat sampai akhirnya gadis itu berhenti tepat di depan pintu kamar kost-nya. Sebelah tangannya terangkat, mengetuk singkat pintu kamar sebelum pintu itu terbuka menampilkan Selly dengan pakaian piyama berwarna hitam.

Keduanya saling bertatapan, menerima sinyal permusuhan di sana, lebih tepatnya Kasih yang lebih dulu mengeluarkan sinyal itu. Kasih tidak lama menatap wajah Selly, gadis itu langsung masuk, merapikan diri lalu berbaring di kasurnya. Mulutnya seakan diberi perekat lem, tidak bisa berucap satu patah kata pun.

“Kas, aku ... aku minta maaf. Aku gak bisa marahan sama kamu, aku tau kamu kaget ‘kan denger bentakan aku. Tolong, maafin aku ....”

Kasih menarik selimutnya, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Dia menangis tersedu-sedu di sana, mulutnya masih terkunci rapat tak ingin Selly sampai mendengar suara tangisannya. Sementara Selly menatap Kasih sendu, di dalam matanya terdapat penyesalan yang begitu mendalam.

“Kasih, kamu marah banget ya sama aku? Aku gak mau kamu berurusan sama Raya, cukup aku aja Kas.”

“Sel?” panggil Kasih di balik selimutnya.

Rain For KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang