5. Hujan🌿

631 113 3
                                    

Sore hari hujan turun dengan sangat derasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sore hari hujan turun dengan sangat derasnya. Tiada henti Kasih mengukir senyuman indah di wajahnya. Hujan adalah hidupnya. Tiada berarti hidupnya tanpa hujan.

Kasih menyukai hujan lebih dari hidupnya sendiri. Setiap tetes air hujan yang jatuh ke daratan, Kasih selalu menikmatinya. Sore ini, sehabis pulang sekolah tepatnya saat dia turun dari angkot, hujan mengguyur penuh tubuhnya.

“Hujan ... Kasih sangat mencintaimu,” gumam Kasih merentangkan tangannya, membiarkan tetesan air hujan menetesi tangannya.

Kasih mendongkak, menatap luasnya langit. Tiada petir atau pun angin, hujan kali ini terasa datar. Namun, Kasih sangat menyukainya.

Kakinya meloncat-loncat, iringan melodi jatuhnya rintik hujan ke bumi seperti mengalun indah di telinganya. Tubuhnya berputar-putar, menikmati derasnya air hujan. Hening dan sepi, tidak ada orang di sini. Di tanah lapang luas nan hijau.

Bruk!

Tiba-tiba saja Kasih menabrak seseorang. Keningnya berkerut, senyuman di wajahnya memudar.  Tempat yang Kasih kira sepi, ternyata—ada orang? Apa orang itu mengamati tingkah anehnya? Sejak kapan?

Berbagai pertanyaan meluncur di benaknya. Dengan keberanian tinggi, Kasih berbalik. Kepalanya tertunduk, dia melihat sepatu putih yang kotor terkena tanah dan air. Perlahan, kepalanya mendongkak menatap orang itu.

Alangkah terkejutnya Kasih ketika tahu orang itu memakai seragam yang sama dengannya. Seorang cowok bertubuh jangkung sedang menatapnya lekat-lekat. Air hujan mengalir membasahi wajah tampan pria itu. Kedua tatapan bersatu, di tengah derasnya air hujan.

“Hujan, pemberi kedamaian,” kata cowok itu secara tiba-tiba.

Kasih tersenyum mendengar itu. “Hujan ... pemberi ketenangan.”

“Kenapa?”

Kasih menutup kelopak matanya pelan. Bodoh sekali berbicara dengan orang asing. Kenapa Kasih hanyut, ketika pria itu membicarakan tentang hujan.

Sorry,” ucap Kasih sedari melengos pergi meninggalkan pria itu.

Cowok itu diam memandangi punggung Kasih yang semakin menjauh. Ingin memanggil gadis itu tapi dia tidak tahu namanya.

“Gadis hujan?”

***

Kasih masuk ke dalam kost-an dengan pakaian basah kuyup. Penghuni kost-an menggerutu tidak jelas, pasalnya Kasih sudah mengotori lantai keramik di depan kamar mereka. Dengan tampang datarnya, Kasih hanya tersenyum tipis dan meminta maaf. Kata siapa kata maaf sangat susah diucapkan? Buktinya gadis itu bisa mengucapkan kata maaf tanpa terbebani apa pun.

Masih soal pria tadi. Sampai sekarang, pria itu masih menjadi pusat pikirannya. Tampang pria itu sangat mengagumkan. Bukan karena tampang Kasih memikirkan pria itu, tapi—Kasih bisa merasakan adanya kesamaan dirinya dengan pria itu.

Rain For KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang