Sorry banget. Tiba-tiba kerjaan numpuk dan lagi, UAS dan tugas-tugas kuliah. Ini hari terakhir aku di lapak Rain For Kasih, inilah endingnya. Ending yang aku udah tetapkan sebelum aku keluarkan cerita Rain For Kasih. So ....
HAPPY READING GUYS
Satu jam lebih Kasih menghabiskan waktu di dalam pesawat. Sesuai informasi dari adiknya, Marka dirawat di rumah sakit bernama Putra Hospital yang letaknya tidak jauh dari bandara. Rasa khawatir mendominasi hatinya serta pikiran-pikiran buruk bergentayangan mengendalikan pikirannya. Di sisi lain dia juga merutuki kebodohannya, mengapa dia langsung datang ke kota ini sebelum berpikir dahulu? Bisa saja Marka menipunya, sengaja ingin memancingnya ke kota ini.
Sampai di rumah sakit, Kasih menanyakan kamar rawat Marka pada resepsionis. Kamar Mawar nomor tiga, ya, di sanalah Marka dirawat. Tanpa basa-basi lagi Kasih bergegas pergi menuju kamar Mawar yang terletak di lantai dua.
“Tapi aku sekarang cinta kamu Marka. Demi Tuhan aku gak bohong, dulu emang aku pura-pura suka sama kamu tapi sekarang udah beda lagi, Ka. Aku cinta kamu!”
Suara itu berhasil menghentikan langkahnya. Tangan yang semula memegang knop pintu turun perlahan.
“Aku udah ingat semuanya, Lila. Mau sekarang suka atau enggak, aku udah enggak peduli lagi. Ma, Pah, usir dia dari sini, Marka enggak mau lagi liat muka dia.”
Itu Marka.
“Lila, sebaiknya kamu pulang, Nak.”
Dan itu suara Wira. Terdengar beda dari sebelum-sebelumnya. Lebih dingin, sama seperti Wira ketika berbicara dengannya.
Ceklek!
Pintu ruangan terbuka, dia melihat Lila hendak pergi dari ruangan ini. Wajahnya sembab, tanpa berkata sepatah kata pun gadis itu langsung pergi. Orang tua Marka terutama Marka sendiri kaget melihat Kasih ada di sini. Kepala Marka diperban begitu juga kakinya. Apa Marka sudah mengetahui semua kebenarannya? Kebenaran bahwa Lila tak benar-benar mencintai Marka.
“Ka-Kasih? Kamu ...?”
Marka baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dia khawatirkan. Lagi pula untuk apa Kasih berada di sini? Kota ini bukan tempatnya lagi. Dibalikkan tubuhnya, berniat pergi meninggalkan ruangan ini tapi ditahan oleh seseorang. Dia menoleh, tatapannya tertuju pada seseorang yang telah menahan kepergiannya.
Mawar menatap Kasih sayu, genggaman tangan itu terlepas pelan. “Maafin saya Kasih. Tolong, saya mohon sama kamu, bicara sama anak saya ya? Sebentar,” mohon Mawar. Wanita paruh baya itu menggenggam lengan suaminya lalu pergi dari ruangan ini meninggalkan Kasih dan Marka.
Keduanya diam hanyut dalam pikiran masing-masing. Marka, cowok itu berusaha turun dari brankar tapi tak bisa dikarenakan kakinya yang patah.
“Aku sudah tahu semuanya, Kas,” ucap Marka memecah keheningan, “kalau Lila ternyata—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain For Kasih
Teen FictionIni tentang Kasih dan hujannya. Diasingkan kemudian ditarik kembali, seperti sampah yang didaur ulang lalu dibeli kembali. Ini tentang Kasih, yang tidak sengaja membunuh sahabatnya sendiri. Masa lalu kelam membuat Kasih tidak pantas hidup bersama m...