43. Welcome🌿

586 85 26
                                    

*Happy Reading*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Happy Reading*



Kasihku

Marka, aku mau pamit pergi ke kota asalku. Sepertinya mereka muak lihat wajah si perusak hubungan orang ini. Kamu bebas mau balik lagi sama Lila, aku udah anggap hubungan kita udah berakhir. Anggap aja kamu lagi mimpi buruk ketemu sama aku, main air hujan bareng dan buat wanita lain jatuh sejatuh-jatuhnya sampai kamu lupa kalau kamu sebenarnya punya pacar.

Kamu enggak perlu takut atau merasa bersalah, karena aku baik-baik aja. Aku mau kembali ke keluargaku. Mereka menungguku pulang. Makasih ya atas kenangannya.

Pesan itu sudah dibaca lima belas menit yang lalu oleh Marka. Bergegas Marka menuju bandara menggunakan motor berbodi tinggi. Kebut-kebutan seperti orang kesetanan. Tidak ada yang dipedulikan olehnya selain Kasih. Masalah ini cukup berat, dan dia yakin Kasih pergi karena masalah ini. Dia bisa menggertak orang-orang yang terlibat agar tidak membully Kasih lagi, atau jikalau perlu dia akan membuat pengumuman satu sekolah.

Sampai di bandara Marka berlarian ke sana ke mari mencari-cari Kasih. Mencari ke tempat-tempat umum yang mungkin saja Kasih berada di sana. Terutama dia menuju tempat tunggu. Belum dia ke ruang tunggu, dia sudah menemukan punggung seseorang yang dia kenal.

“Kasih!”

“Kasih! Audelia Kasih!” Sekali lagi, Marka memanggil si pemilik tubuh ideal. Gadis itu menghentikan langkahnya. Bersamaan dengan itu, lelaki paruh baya ikut berhentilah.

Kasih menoleh, menatap ke sumber suara. Saat ditemukannya sosok yang dia kenal, barulah dia menatap pria paruh baya di sampingnya seraya memohon. Biru menoleh menatap Marka sebentar kemudian mengangguk sebagai tanda setuju, lantas pria paruh baya itu pergi meninggalkan Kasih.

Marka berhambur ke pelukan Kasih. Tidak, hanya Marka yang memeluk sementara Kasih hanya terdiam bak patung. Dihirup kuat-kuat aroma sampo yang tertempel di rambut Kasih. Seperti biasa, aroma rambut Kasih mampu menangkan hati gelisahnya. Sempat dia berpikir tak akan ada kesempatan lagi bertemu Kasih tapi ternyata Tuhan memberikannya. Meski nantinya dia akan dipisahkan oleh jarak kota bukan negara apalagi maut, tetap saja Marka merasa berat harus berpisah dengan Kasih.

“Kasih, please jangan pergi. Aku masih butuh kamu. Dan sahabat kamu itu? Selly, dia juga masih butuh kamu. Dia pasti sedih banget lihat sahabatnya ma—"

“Bukan sedih, Ka.” Kasih melepaskan pelukan Marka paksa. “Tapi seneng, seneng akhirnya aku pergi juga dari kehidupannya dan juga kehidupanmu. Buat apa aku masih ada di sini Ka? Aku enggak punya alasan apapun untuk tetap ada di sini.”

“Aku! Aku yang mau kamu ada di sini, Kas. Kamu janji kan? Bakal tetap di sini sampai lulus? Setidaknya kamu harus tepatin janji kamu itu.” Kedua Marka menyentuh bahu Kasih. Namun gadis itu spontan menepisnya.

Rain For KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang