24. Menanam dan Menuai🌿

463 75 23
                                    

 "Jangan terlalu berekspektasi tinggi. Niscaya, ekspektasi itu yang akan membuatmu jatuh serendah-rendahnya dan terbang setinggi-tingginya."

-Audelia Kasih

.
.

Hilangnya handphone Valery membuat satu kelas cemas. Pasalnya, di kelas ini belum ada satu pun orang yang melapor kehilangan barang. Semua tas milik murid ini diperiksa satu persatu oleh Bu Tantri, wali kelas dan guru BK. Keributan ini memicu desas-desus murid kelas lainnya. Sama-sama cemas, takut kejadian sama terjadi pada mereka. Valery adalah seorang anak pejabat, handphone miliknya setara motor terbaru.

Selly menggenggam tangan Kasih takut. Tangannya sudah dingin dan gemetar. Apa yang sedang Selly pikirkan sudah tertangkap di otak Kasih. Gadis itu takut jika seseorang menuduhnya atau tiba-tiba handphone Valery ada di tasnya. Semua tas sudah diperiksa, aman, tidak ada handphone Valery di tas mana pun. Kali ini guru BK menginterupsi pada murid agar meletakan kunci loker di meja masing-masing. Loker murid ada di belakang kelas, setiap murid diberi satu loker.

Beberapa loker sudah terbuka, tersisa beberapa lagi. Sekilas Kasih melirik Jane, senyuman kecil Jane masih tercetak di sana. Kasih membalas senyuman Jane, santai tanpa ada rasa takut sedikit pun. Beberapa murid waswas, tidak siap mendengar teman sekelasnya pencuri.

“Audelia Kasih?!”
 
Senyuman Jane tampak lebar tapi tak selebar senyuman Kasih. Semua murid memandang tak percaya, sedangkan Selly ketakutan.

Guru BK berbalik badan, menunjukkan buku rumus matematika yang sudah terbakar setengah. Kasih berdiri, sekilas melirik Jane lalu menjelaskan, “itu buku catatan waktu saya di Cambridge, Bu. Kebetulan kebakar, karena saya sayang banget sama buku itu, jadi sampe sekarang masih saya simpan.”

Yuri—guru BK—tersenyum bangga. “Baiklah, saya simpan buku ini.” Bu Yuri kembali menyimpan buku usang Kasih ke tempat asalnya, kemudian mengunci loker Kasih.

“Valery!” panggil wali kelas, berbalik badan menunjukkan sebuah handphone bermerk apel digigit berwarna merah dengan casing bening. “Ini handphone kamu?”

Sontak saja mata Jane membelalakkan matanya kaget. Begitu juga dengan guru dan murid kelas ini, menatap Jane kaget. Valery melirik Jane sekilas lalu mengangguk.

 
“Iya, Bu. Itu handphone saya. Tapi, kenapa ada di loker Jane?”

Beberapa jam lalu.

Murid kelasnya berbondong-bondong menuju kamar mandi untuk berganti pakaian. Hari ini dan dijam ini adalah pelajaran olah raga. Selepas Kasih berganti pakaian, Kasih melihat seorang gadis sedang menoleh ke kanan dan kiri. Dari gerak-geriknya Kasih curiga. Gadis itu bernama Jane Casandra, sang sekretaris kelas. Siapa yang tidak mengenal Jane? Bagian pokok kelas ini dan juga anggota OSIS.

Tanpa diduga, Jane mengambil handphone di tas milik seseorang yang pasti bukan milik Jane. Berjinjit, membuka lokernya. Ya, loker Kasih. Melihat kunci tergantung di tempatnya membuat Jane mungkin memilih lokasi itu, agar nantinya Kasih semakin dicurigai oleh guru. Kasih tersenyum penuh arti.

Setelah Jane keluar dari kelas, membawa baju ganti menuju kamar mandi, barulah Kasih masuk. Kebetulan yang sangat bagus, kunci loker milik Jane tergeletak di mejanya. Dia mengambil handphone itu kemudian dia masukkan ke loker Jane. Sengaja dia sembunyikan di tumpukkan buku agar Jane tidak sampai melihat handphone itu.

Ada pepatah mengatakan, ‘siapa yang menanam, dialah yang menuai’. Kasih akan membenarkan pepatah itu. Jane yang memulai dan harus diakhiri oleh Jane juga.

Rain For KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang