HAPPY READING
Shtt, sudahkan kalian tersenyum hari ini? Tersenyum lalu apresiasi diri sendiri di depan cermin.
🌧️🌧️🌧️
Tubuh Kasih mengigil kedinginan. Malam-malam dia main air hujan bersama Marka. Kasih tidak mengajak cowok itu untuk ikut main air hujan, tetapi cowok itu bersikukuh memaksa. Katakanlah Marka kejam, bersenang-senang di atas penderitaan ayahnya sendiri. Wira—ayah Marka—dirawat di rumah sakit, penyakit jantungnya kambuh. Anaknya malah menari bersamanya, di tengah derasnya air hujan.
Saat ini Kasih tengah bersama Biru. Rasa kekhawatiran Biru tampak jelas di wajah tegasnya. Membuka jasnya kemudian memakaikannya ke Kasih. Menekan pedal gasnya, melaju secepat mungkin agar Kasih tidak sampai sakit. Obsesi Kasih terhadap air hujan membuat Biru khawatir. Dari kecil Kasih menyukai hujan. Sejak kecil Kasih selalu menantikan turunnya hujan. Untungnya Kasih memiliki daya tubuh yang kuat, berbeda dengan Vanila.
“Dad, aku mau pulang ke kost,” pinta Kasih ragu. Di rumah sakit tadi, Biru menyaksikan perselisihan ayah Marka dengannya bahkan ada adegan Jambak rambut. Entah apa yang dipikirkan Biru, hanya Tuhan yang tahu.
“Malam ini saja, kamu menginap di apartemen,” tegas Biru tidak ingin mendengar bantahan.
“Dad, soal tadi ... lupakan.”
“Lupakan?”
Lirikan singkat dari Biru membuahkan degupan kencang di jantung Kasih yang sebelumnya normal-normal saja. Tatapan mengejek serta smirk menyeramkan terekam jelas di otaknya. Bagaimana Biru melihat detik-detik Wira kesakitan dengan pandangan takjub. Kasih meneguk salivanya susah payah. Lupa siapa Biru sebenarnya.
“Kamu bilang lupakan? Setelah kamu dihardik dan dijambak orang asing? Tidak Kasih, Dad tidak bisa melupakan kejadian itu dengan mudah. Jangankan orang asing, bahkan keluarga sendiri saja Dad tidak akan menerimanya termasuk Dad sendiri,” sambungnya sambil menatap sampai beberapa detik sebelah telapak tangannya. Tangan ini yang sudah melukai Kasih. “Tangan ini yang sudah melukaimu, Kasih. Dan Daddy masih belum bisa menerimanya.”
Sesampainya di basement apartemen Biru memarkirkan mobilnya di tempat biasanya mobilnya terparkir. Kasih dan Biru keluar dari mobil secara bersamaan. Tangan Biru terulur, menyambut tangan dingin Kasih. Dipeluknya erat, menyalurkan kehangatan tanpa memedulikan pakaiannya ikut basah.
“Ngomong-ngomong Dad, sejak kapan Daddy kerja di rumah sakit itu?” tanya Kasih penasaran. Mereka berdua masuk ke dalam lift, Biru menekan tombol menuju lantai 20.
“Daddy tidak bisa berdiam diri di apartemen. Menunggumu pulang sekolah. Daripada menganggur, lebih baik membantu orang yang membutuhkan.”
“Dad, aku ingin menghubungi Vanila. Boleh?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain For Kasih
Teen FictionIni tentang Kasih dan hujannya. Diasingkan kemudian ditarik kembali, seperti sampah yang didaur ulang lalu dibeli kembali. Ini tentang Kasih, yang tidak sengaja membunuh sahabatnya sendiri. Masa lalu kelam membuat Kasih tidak pantas hidup bersama m...