29. Terjebak🌿

507 93 4
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading


Tumbuh dan berkembang tanpa pantauan kedua orang tua. Selama bertahun-tahun diurus oleh Qena. Selama ini Biru tidak bisa melihat putri pertamanya dengan jelas. Lewat foto atau diam-diam saat gadis itu tertidur, itu pun bisa dihitung jari. Saat Biru mengunjungi Kasih di Cambridge, Kasih selalu mengurung diri. Dipaksa saja tidak bisa apalagi diancam. Bahkan dia hampir mendobrak pintu kamar karena saking kesalnya pada Kasih.

Hari ini dan detik ini juga Biru bisa melihat Kasih dengan sangat jelas. Rambut panjang berwarna cokelat tua bercampur pirang sama persis seperti rambutnya. Gennya cukup kuat menuruni putri pertamanya. Gadis itu terbaring lemah di atas ranjang. Di tangan kirinya terpasang selang infus.

Kasih mengalami dehidrasi, kelelahan dan maag. Kemungkinan besar Kasih tidak memakan apapun sedari kemarin. Kasih sering makan makanan sembarangan. Kasih memiliki daya tahan tubuh yang kuat, sekali tumbang akan sangat berbahaya.

Duduk di sofa memperhatikan tubuh mungil itu. Putrinya sudah dewasa yang mandiri. Satu bulan lebih Kasih tinggal di kota ini tanpa perhatian dari siapa pun. Dia khawatir sekaligus bangga. Namun dia tidak menginginkan putrinya terlalu mandiri. Terlalu mandiri membuatnya kehilangan peran seorang ayah.

Diraihnya handphone, mencari-cari nomor seseorang lalu melakukan panggilan video call. Baru beberapa detik sejak tersambungnya panggilan, seseorang langsung mengangkat panggilannya. Di layar tampak seorang wanita paruh baya, rambutnya dicepol memakai daster.

“Biru, kamu udah di rumah Mom?”

Biru menggeleng. “Aku enggak ke rumah Mom, karena Kasih tidak ada bersama Mom.”

“Maksudmu?! Coba El, yang jelas kalau ngomong. Jadi Kasih ada di mana? Di sekolah?” tanya Shila, istrinya mendesak. Wanita itu khawatir.

“Kasih pulang ke Indonesia—"

“A-apa?!” Kaget Shila. “Tapi—tapi dimana? Kasih belum pulang ke rumah, jangan bercanda Elbiru.”

“Kasih pulang ke Indonesia tapi bukan ke rumah tapi ke kota lain. Kamu denger dulu, jangan motong ucapanku sebelum aku menyelesaikannya, mengerti?” jelas Biru, dan Shila mengangguk, “Kasih ada bersamaku. Dia pergi merantau ke kota asing, aku rasa Mom sudah mendesaknya pulang. Dia tidak menghindar, dia belum siap bertemu kita.”

“Kota asing,” gumam Shila. Matanya berkaca-kaca, tak lama air mata wanita itu turun. Cepat-cepat Shila menghapus air matanya. “Tapi Kasih enggak papa, kan? I-ini salahku, aku terlalu jauh. Aku ibu yang buruk.” Kepala Shila tertunduk.

“Bukan salahmu Shila, ini juga salahku. Salah kita semua. Kali ini aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan maaf dari Kasih. Kamu ingin melihat Kasih?”

“Iya! Mau!” seru Shila tak sabaran.

Jari telunjuk Biru meng-klik icon kamera. Mengubahnya ke kamera belakang. Bangkit dari duduk, berjalan menuju Kasih. Di seberang sana, Shila menangis histeris. Terkejut, khawatir dan tidak mempercayai apa yang tengah wanita itu lihat. Biru duduk di tepi kasur. Mengusap rambut putrinya lembut.

Rain For KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang