64

495 64 5
                                        

2 bulan kemudian 


Matahari mulai bersinar dipagi hari ini. Biasanya Nayeon sudah bangun dan sibuk mempersiapkan segala hal, dari sarapan, keperluan anak-anak, dan tak ketinggalan keperluan Jinyoung. Tapi itu biasanya, entah kenapa sudah 3 hari ini dia sedikit malas bangun pagi. Bahkan 2 hari kemarin Jinyoung yang terus membangunkan dirinya. Hari ini pun sepertinya sama.


Cup


"Bangun sayang... ayo sarapan" ujar Jinyoung setelah mencium pipi cabi istrinya itu.

"Emmh..." Nayeon belum mau bangun, dia malah melenguh panjang.

"Hei ayo cepat. Anak-anak sudah menunggu"

"Kamu delivery saja. Aku sedang tidak mood untuk memasak" jawab Nayeon yang sedikit keluar dari konteks pembicaraan.

"Aku menyuruhmu bangun untuk sarapan, artinya sudah ada makanan. Aku tidak menyuruhmu masak, tadi aku sudah bangun pagi-pagi buta untuk memasak semuanya" tutur Jinyoung.

Lalu Nayeon perlahan membuka matanya.

"Kamu membuat sarapan?" tanya Nayeon kurang percaya.

"Iya" jawab Jinyoung.

"Anakku... kenapa kau membuat ibumu jadi pemalas" bisik Jinyoung di perut Nayeon yang membuncit.

"Biarkan saja, anggap ini sebagai waktu istirahatku. Nanti setelah dia lahir pekerjaanku akan bertambah lagi. Aku harus mengurus Greyna, Gyuna, baby ini, dan tentu saja kamu"

"Aku bisa mandiri. Aku bisa melakukan semuanya sendiri. Kamu urus saja anak-anak" Jinyoung.

"Kamu yakin?" Nayeon memincing kan matanya.

"Ten-tu" jawab Jinyoung ragu.

"Oke. Setelah baby ini lahir kamu jangan membangunkanku saat aku sudah tidur, jangan menyuruhku pindah kamar saat aku sedang tidur dengan anak-anak, jangan merengek 'Aku merindukanmu' jangan seperti itu"

"Ey... kalau itu beda lagi. Jangan menyuruhku melakukan semua itu" Jinyoung.

"Karena jika ingin aku tak bisa menahannya"

"Tadi kamu bilang kamu bisa mandiri dan bisa melakukan semuanya sendiri"

"Konteksnya beda sayang... Sekarang kamu harus bangun"

"Emmm..." Nayeon memejamkan matanya lagi.

"Oh apa kamu mau melanjutkan yang tadi malam" goda Jinyoung.

"Tidak!" Nayeon otomatis bangun dan menyibak selimutnya. Dengan langkah cepat dia menuju ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

Nayeon takut dengan ancaman halus dari Jinyoung.



.

.

.



"Ibu, kemarin dokternya bilang apa? Perempuan atau laki-laki?" tanya Greyna penasaran dengan jenis kelamin calon adiknya.

"Kemarin tidak terlihat. Dia menutupinya, sepertinya calon adik kalian ini ingin memberi kejutan" Nayeon.

"Bukan itu, adik menutupinya pasti karena malu dilihat. Gyuna juga seperti itu" jawaban polos Gyuna membuat semua yang ada disana mengangguk.

"Benar juga. Gyuna pintar sekali" Jinyoung mengelus kepala putri bungsunya.

"Bagaimana jika adiknya laki-laki?" tanya Greyna.

"Ayah akan senang" jawab Jinyoung.

"Kalau perempuan kamu tidak senang?" tanya Nayeon mengintimidasi.

A Marriage || JinYeon StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang