20

1.2K 125 77
                                    

"Kemarin saat aku sedang membeli perlengkapan bayi tiba-tiba ada seorang pria yang menghampiriku. Dia memintaku menjadi..."

"Menjadi apa?"

"Menjadi..."











































"Model iklan untuk produk ibu dan anak"

Jihyo menghela nafas

"Menjadi model? Aku kira kamu dilamar seseorang. Aku mengira ada pria itu menyukaimu" Jihyo kesal karena cerita Nayeon tidak sesuai dengan ekspektasinya.

"Jadi menurutmu bagaimana?"

"Ya bagus lah... memang kamu sudah menolak tawarannya?"

"Belum. Dia memberiku waktu untuk berpikir. Setelah berpikir dia menyuruhku untuk menghubunginya"

"Kamu punya nomornya?"

"Ya, dia memberiku kartu nama. Jadi menututmu aku harus menerima atau menolak?"

"Terima saja, itu kesempatan bagus. Kenapa kamu meminta pendapatku?"

"Aku kan bekerja di tokomu, tentu aku harus izin bukan?"

"Nay aku mengajakmu bekerja di toko hanya untuk mengisi waktu luangmu, jika kamu punya pekerjaan yang jauh lebih baik ya tidak apa-apa. Anggap saja ini tokomu, kamu bisa keluar masuk kapan saja" jelas Jihyo.

"Memang itu iklan sejenis apa?" tanya Jihyo.

"Semacam perlengkapan ibu dan anak, dari mulai baju hingga aksesoris. Ini hanya iklan yang ditampilkan pada majalah saja" jelas Nayeon.

"Oh... sepertinya bagus, ini kesempatan yang besar. Terima saja tawarannya"

"Baiklah, aku akan mencobanya"




.

.

.




Minggu ini Greyna sedang berada di rumah keluarga Park, kemarin nenek Park menjemputnya. Sementara Nayeon tidak ikut, karena rencananya hari ini dia akan melakukan pemotretan iklan yang sudah ditandatanganinya beberapa hari lalu.

Greyna terlihat senang, saat ini dia sedang bermain dengan sepupu-sepupu dari keluarga jauhnya.
Anak-anak yang hampir sebaya itu sedang berlari-lari memainkan macam permainan.

"Ngomong-ngomong aku belum pernah melihat ibu Greyna secara langsung" ujar Ny. Shin adik ipar dari Tn. Park.

"Benarkah?" tanya Ny. Park tak percaya.

"Ya. Dulu mereka menikah di LA dan aku tidak datang dan sekarang dia tinggal di korea, malah sudah cerai dengan Jinyoung" tutur Ny. Shin.

"Bagaimana dia, kelakuannya tidak baik?" tanya Ny. Shin.

"Kamu salah, dia adalah perempuan paling baik yang pernah kukenal. Tak pernah sekali pun aku melihat dia marah pada Jinyoung. Tatapan matanya selalu menenangkan. Kau tau? Dia selalu menutupi keburukan Jinyoung dari semua orang, termasuk diriku. Dia tidak pernah mengadu kepadaku bagaimana perlakuan Jinyoung terhadap dirinya" Ny. Park.

"Aku kira meskipun Jinyoung tidak mencintai Nayeon dia bisa bersikap baik, tapi pada kenyataannya tidak. Selama ini Nayeon merasakan sakit fisik ataupun hati karena ulah putraku sendiri. Aku menyesal pernah menyuruhnya menjadi istri dari putraku" lanjut Ny. Park.

"Jadi Jinyoung sudah tidak tinggal di sini?" Ny. Shin.

"Ya, suamiku mengusirnya. Hitung-hitung untuk menebus rasa sesalku dengan Nayeon"

A Marriage || JinYeon StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang