Beberapa minggu kemudian.
Pagi ini Nayeon sedang berada di kantor pengadilan untuk menghadiri sidang perceraiannya dengan Jinyoung. Nayeon didampingi oleh nyonya Park, ibu mertuanya eits tunggu sebentar lagi sudah bukan ibu mertuanya bukan? Perempuan paruh baya itu hanya akan menjadi nenek bagi anaknya, bukan mertuanya lagi. Tapi lain halnya jika dia yang meminta Nayeon untuk menjadi putrinya.
Di sini sudah jelas siapa yang salah kan? Apalagi nyonya Park lebih memilih untuk mendampingi Nayeon dari pada putranya sendiri. Dia terlalu kecewa dengan putranya yang bernama Park Jinyoung itu, alhasil dia tidak memperdulikan putra yang dulu dia banggakan itu.
Lain halnya dengan Nayeon, pria yang bernama Park Jinyoung itu baru memasuki ruang sidang dengan di dampingi seorang perempuan. Kalian bisa menebaknya bukan? Dia Jisoo, orang yang membuat Nayeon dan Jinyoung harus duduk berdampingan namun dengan jarak di ruangan yang benar-benar asing bagi mereka.
Nayeon berusaha menenangkan gejolak dihatinya. Ini adalah kali pertama Nayeon bertemu dengan Jisoo yang benar-benar keduanya sadar. Sebenarnya Nayeon sudah sering melihat Jisoo namun orang yang dilihat tidak menyadari keberadaan Nayeon.
Jisoo terlihat tersenyum sinis saat melihat Nayeon. Apa dia sudah merasa menjadi pemenangnya? Ohh... tidak semudah itu. Pemenang bisa ditentukan saat semuanya sudah berakhir, tapi kali ini bukanlah akhir bagi Nayeon bukan? Jelas, Nayeon akan baik-baik saja tanpa Jinyoung di sisinya.
Waktu berjalan dengan cepat, bahkan sangkin cepatnya proses sidang yang dilakukan beberapa jam itu terasa lebih singkat. Ya Nayeon bersyukur proses perceraiannya berjalan dengan lancar. Dan saat ini yang ingin Nayeon lakukan hanya cepat-cepat keluar dari ruang sidang. Rasanya dia sudah tidak tahan lagi melihat orang yang sedari tadi tidak mau melihat ataupun melirik dirinya meskipun hanya sedetik.
Nayeon beranjak dari duduknya dan menyalami deretan hakim dan jaksa yang ikut terlibat dalam perceraiannya. Setelah itu dia keluar dari ruang persidangan.
(Eh.. aku nggak tau siapa aja yang terlibat dalam proses perceraian seseorang jadi aku nulisnya cuma nulisnya cuma yang aku tau doang😂)"Nay" panggil nyonya Park yang saat ini sudah berada di belakang Nayeon.
"Ah ibu em maksudku nyonya Park" Nayeon lumayan gugup.
"Nyonya Park? Apa sangkin bencinya kau pada Jinyoung kamu jadi tak mau memanggilku ibu lagi?" tanya Ny. Park yang kaget mendengar sebutan Nayeon terhadap dirinya.
"Bukan begitu... maksud-" perkataan Nayeon terputus tatkala Ny. Park mulai berbicara lagi.
"Bukankah aku pernah bilang, meskipun kamu bercerai dengan Jinyoung kamu akan tetap menjadi putriku. Bahkan aku malah ingin menggantikan Jinyoung dengan dirimu, tapi apalah dayaku, bagaimanapun dia adalah darah dagingku. Kau adalah ibu dari cucuku, kamu adalah anakku. Jadi panggil aku ibu, ah tidak hanya memanggil kamu juga harus menganggapku sebagai ibumu" jelas Ny. Park panjang lebar seolah-olah tidak ingin kehilangan orang yang sudah dianggapnya sebagai putrinya sendiri.
"Kamu maukan menganggapku sebagai ibumu?" tanya Ny. Park untuk memastikan.
"Y ya, aku mau bu" jawab Nayeon sambil menganggukkan kepalanya.
"Bagus. Sudahlah ayo kita pulang. Ibu sudah merindukan Greyna. Dia pasti sudah menunggumu juga" ajak Ny. Park.
"Baiklah"

KAMU SEDANG MEMBACA
A Marriage || JinYeon Story
عاطفية"I Believe and I Know" JinYeon Story Again A Wedding (old title) by.ImYeowo00 or Seoyeona (old name) ?