SEBELUM BACA, PENCET DULU BINTANGNYA BIAR NANTI MATA KALIAN BERKACA-KACA.
HAPPY READING❤
• • •
Alina terbangun dari tidurnya, dia melirik jam yang ternyata sudah menunjukan pukul 11.00 siang. Cukup lama dia tertidur, mungkin karna kelelahan terlalu menangis. Mengingat itu, dia jadi mengingat Alam kembali. Seketika matanya kembali berkaca-kaca.
"Kakak pacar" gumam Alina, matanya mulai berair karna tak sanggup jika harus tanpa pria itu.
Semakin larut dalam tangisannya, Alina sampai tidak menyadari bahwa Intan dan Putri sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Mereka berdua memang sengaja datang kesini saat mendengar kabar bahwa Alam pindah ke Amerika. Tidak hanya mereka, di bawah juga ada teman-teman Alam.
Putri dan Intang saling pandang, lalu mengangguk. Mereka mendekat pada Alina dan langsung memeluk gadis itu.
"Na, kamu kuat."
Alina membalas pelukan mereka dengan isakan yang sekarang memelan. "Kali-an kesini?" Tanya Alina dengan suara serak karna kelamaan menangis.
Intan mengurai pelukan mereka bertiga, lalu mengangguk sambil tersenyum kecil. "Iya, di bawah juga ada banyak orang."
"Siapa?"
Putri terkekeh pelan karna Alina begitu lucu saat bertanya. "Ada Kak Vino, Kak Arlan, Kak Vito, Kak Erik sama Kak Haikal." Jawab Putri dengan semangat.
Alina terdiam sebentar lalu tersenyum kecil, tapi dia tidak membutuhkan mereka. Yang Alina mau hanya Alam. Catat, Hanya Alam!
"Kamu mau tau gak? Intan tadi kesini bareng kak Arlan loh"
Mendengar ucapan Putri membuat Alina tertarik, bahkan air matanya sudah tak lagi mengalir. Menampilkan senyum tipis, Alina menoleh ke arah Intan. "Intan pacar kak Arlan?"
"Iya Na." Intan mendelik pada Putri. Yang di tanya kan dia, kenapa Putri yang menjawab? Sedangkan Putri tertawa kecil. "Mereka tuh uwu banget tau, sampe-sampe aku kepanasan gara-gara gak kuat."
"Kok kepanasan? Putri berubah jadi hantu?"Tanya Alina dengan polos.
Putri melongo mendengar itu, sedangkan Intan tertawa puas mendengarnya.
"Ih pinter banget, jadi makin sayang." Ujar Intan sambil mengelus kepala Alina dengan sayang dan memberikan tatapan mengejek pada Putri.
"Ih Alina gak mau punya temen hantu." Rengek Alina pada Intan.
"Enggak Na, aku manusia ih." Ucap Putri dengan sebal.
"Udah deh mending sekarang kita turun" Putri mengangguk meski dengan wajah cemberut, sedangkan Alina hanya mengikuti mereka dengan keadaan bingung.
Kalo Putri bukan hantu, kok bisa kepanasan?
Di depan pintu kamarnya Alina dapat melihat teman-teman Alam di bawah sedang tertawa bersama, lalu pandangannya mengarah pada Putri dan Intan yang sudah turun duluan sambil tertawa.
Seketika Alina sadar. Hidupnya akan terus berlanjut ada atau tanpa adanya Alam.
"ALINA CANTEEKKK, SINI TURUN."
Tersadar dari lamunannya, Alina mengangguk sebagai jawaban. Kakinya melangkah mendekat pada mereka yang sudah menunggunya. Alina tidak melihat kedua orang tuanya, mungkin ibunya sedang memasak.
"Sini-sini, sama yang ganteng biar kamu makin cantik." Ujar Vito dengan genit saat melihat Alina yang masih berdiri.
"Jangan, disini aja sama abang." Alina mengangguk, lalu duduk nyaman di samping Vino. Hanya pria itu yang memberinya kenyamanan seorang kakak untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIGHTERS (OPEN FREE ORDER)
Teen Fiction[FOLLOW AKUN AKU DULU SEBELUM MEMBACA] Cover by: Dngraphiccc_ Alam Erlangga Addison, Ketua dari Geng besar di kotanya, Geng Worewolf. Pria dengan Tatto di seluruh tubuh atasnya dan juga Tindik yang slalu menjadi ciri khasnya. Selain karena Alam itu...