38). MENCARI ALINA

33.9K 3.4K 432
                                    

Singkat saja, saya kecewa.

• • •

Selama dua hari ini Alam tidak tidur, bahkan istirahat pun tidak. Dia sedang sibuk mencari keberadaan Alina. Sialnya, dia tidak tau di kota mana ayah gadisnya itu tinggal.

Dia lupa menanyakan dulu kepada Alina dimana tempat ayahnya bekerja. Dia hanya tau ayah gadis itu kerja di luar kota.

Sudah dua hari ini juga dia gencar menghubungi Alina maupun Indah, tapi ponsel keduanya tidak pernah hidup. Selama dua hari ini juga teman-temannya menemaninya mencari Alina.

Alam sudah memencarkan anak buahnya untuk mencari Alina, tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda Alina akan kembali ataupun mereka menemukannya.

"Lam, gimana kalo lo minta bantuan Leo?" Saran Erik tiba-tiba.

Alam diam mendengarnya. Dia yakin Leo tidak akan membantunya, dia masih ingat perkataan Leo tempo hari yang menyuruhnya memutuskan Alina.

Alam juga sudah meminta bantuan ayahnya, tapi Josua tidak membantunya. Alam ingin marah, tapi dia sadar disini salahnya.

"Udah Lam, sekarang lo sebaiknya pulang dulu."

Bukan menjawab pertanyaan Vino, Alam malah menatap serius Vino. Matanya menajam seketika. "Lo beneran gak tau dimana Alina?"

Vino mengangguk, dia memang benar-benar tidak mengetahui kemana adiknya itu pindah.

"Persahabatan kita jadi taruhannya kalo lo bohong." Ucap Alam final.

Dia serius mengatakan itu, dia benar-benar sudah sangat merindukan Alina. Setelah mengatakan itu, Alam langsung pergi melenggang keluar dari markas.

"Lo serius gak tau No?" Tanya Haikal dengan penasaran.

"Buat apa juga gue boong Kal."

Vino menghembuskan nafasnya. Kalopun dia tau, dia pasti memberi tahu Alam. Dia juga tidak tega melihat sahabatnya kacau seperti dua hari belakangan ini.

"Untung gue ganteng, jadi gak kena ancaman Alam." Celetuk Vito tiba-tiba.

"Bego" Umpat Arlan pada Vito.

Setelah itu Arlan berjalan menyusul Alam yang sudah pergi. Vito menatap Arlan yang seperti tidak merasa bersalah. Teman-temannya pun hanya menertawakannya.

"Emang gini ya punya resiko ganteng, banyak yang iri."

• • •

Alam memasuki rumahnya dengan langkah yang lesu, di susul oleh Arlan dibelakangnya. Alam tidak tahu untuk apa sahabat terdekatnya itu mengikutinya, namun Alam tidak mengatakan apapun.

"Bi" Panggil Alam sedikit keras, memanggil pembantu di rumahnya.

Seorang wanita paruh baya berjalan tergopoh-gopoh ke arah mereka berdua. "Iya den" Ucapnya sambil menunduk.

"Papa udah pulang?"

"Belum den, sepertinya tuan lembur."

Alam diam-diam menghela napasnya dengan lega. Pria itu tanpa terimakasih langsung melenggang pergi menuju ruang kerja ayahnya.

Arlan yang melihat itu mendengus. "Makasih bi." Ucapnya mewakili Alam. Pria itu lalu menyusul sahabatnya.

"Mau nyari apa lo?"

LIGHTERS (OPEN FREE ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang