18). PENGHIANAT WOREWOLF

42.4K 4K 178
                                    

HAPPY READING❤


• • •

Alam melangkahkan kakinya memasuki markas wolf. Malam ini dia dihubungi oleh Arlan jika salah satu anggotanya yang berhianat. Itu sebabnya dia tidak bisa berkunjung kerumah Alina seperti permintaan gadisnya itu.

Bukannya tidak mau, dari sehabis mengantarkan Alina pulang Alam belum beristirahat ke apartemen karena ada beberapa alasan.

Tadi Alina memintanya kerumah karena Alina kangen katanya. Alam tadinya bisa dan akan kesana, tapi Arlan menghubunginya dan membawa kabar yang membuat Alam tidak bisa mengunjungi gadisnya.

Alam tak ingin Alina marah, tapi dia juga garus mengurus masalah ini. Dia janji jika urusannya sudah selesai, dia akan langsung menuju rumah Alina.

"SI BOS DATANG" Teriak salah satu anggota wolf kepada yang lainnya.

Terlihat anggotanya yang lain sudah berkumpul disalah satu ruangan tengah yang besar yang ditengah-tengahnya ada kursi kebesarannya.

Hening.

Tidak ada yang bersuara karena aura yang dibawa Alam malam ini tidak bersahabat. Rahangnya mengeras, dan langkahnya begitu cepat.

Alam mendudukan dirinya dikursi kebesarannya. Aura kepemimpinan menguar didirinya. Dia menatap dingin semua anggota yang berada dibawahnya.

Pandangannya berhenti kepada Arlan. "Mana?"

Arlan berdiri menegakkan tubuhnya "Tempat biasa" Alam mengangguk lalu.

"Kalian tunggu disini"

Semuanya mengangguk. Mereka bergidik ngeri membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Karena mereka tau apa yang akan terjadi selanjutnya, ritual saat ada yang menghianati geng mereka.

Alam dan Arlan berjalan dengan Alam yang memimpin. Tangan Alam sekarang terkepal dan smirik mengerikan muncul pada wajah tampannya.

"KAKAK PACAR"

Pria bertato itu langsung menoleh pada sumber suara. Disana ada gadisnya yang sedang tersenyum sambil menangis sedang berlari padannya.

Alam baru sadar dari keterkejutannya saat Alina memeluk dirinya sambil menangis. Alam langsung membalas pelukan Alina. Dia bingung mengapa gadisnya menangis.

"Stttt kenapa?" Tangannya ia gunakan untuk mengusap punggung Alina.

Pandangannya menyapu pada seseorang yang barusaja datang bersama Alina, Vino.

Ya Vino. Dia baru menyadari bahwa tadi saat ia memasuki gedung ini Vino tidak terlihat. Alam menajamkan pandangannya pada Vino seolah meminta penjelasan.

Vino yang ditatap seperti itu pun mengerti. "Tadi gue liat dia di jalan lagi diganggu sama geng Lion. Leo malahan mau nyium dia"

Alam menajamkan pandangannya. Ragangnya semakin mengeras dan giginya bergemelatuk "Sialan Leo"

Alina yang tau Alam marah pun semakin ketakutan. Dia mengeratkan pelukannya pada Alam. Dia mendongak menatap Alam "Takut"

Alam seakan baru menyadari bahwa gadisnya ketakutan. Dia langsung menggendong Alina dari depan, persis seperti menggendong anak kecil dari depan. Alina melilitkan kakinya ke pinggang Alam dan menyerukan wajahnya diceruk leher Alam, kebiasaan baru Alina ketika sedang ketakutan. Persis seperti seorang kakak dan adik, atu seorang ayah dan anak.

Semua orang yang ada disana melongo melihat itu. Bagaimana mungkin sang ketua mereka tunduk dengan satu gadis yang sangat polos dan aneh seperti Alina.

LIGHTERS (OPEN FREE ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang