49). BERTEMU KEMBALI II

22.9K 2.9K 632
                                    

SEMOGA FEEL NYA DAPAT YA😊

Aku nyoba rekomendasiin lagu yang dari dulu selalu menemani kegalauanku, cek mulmed ya❤

HAPPY READING🎉

• • •

Alina memakan makanannya dengan lahap. Satu yang kalian tidak tahu tentang Alina, yaitu jika sedang galau dia akan makan banyak. Dia cukup lelah menangis sedari pulang sekolah, dia juga kasihan melihat orang tuanya yang pusing melihat dirinya menangis terus.

Alhasil, dengan mata sembab dia turun dan berniat menghabiskan menu makanan hari ini di rumahnya. "Biarin aja Ayah sama  Bunda gak makan. Lagian jahat sih, Alina nangis bunda malah ngeledekin terus." Gerutunya sambil menghapus air mata yang lagi-lagi mengalir.

"Tadi aja nangis-nangis, sekarang makan juga kan. Mana kayanya mau abis semua itu, emang gak inget punya orang tua kali yah." Cibir Indah yang baru saja datang bersama Keano.

"Bun" Tegur Keano. Dia kasihan pada anaknya karna Indah terus saja meledek putrinya. "Masih kurang?" Tanyanya pada Alina. Keano mengelus rambut anaknya lalu duduk di samping anaknya.

Alina menggeleng dengan makan yang masih memenuhi mulutnya. Lalu dia kembali makan dan tidak menghiraukan orang tuanya.

Indah yang melihat itu menghe nafas. Dia tidak tega melihat Alina yang terus saja menangis. Namun dia juga harus menghargai keputusan Alam, dia tahu apa yang di rasakan Alam sangat jauh lebih tersakiti dibanding anaknya.

Sedangkan Keano sendiri bingung harus bagaimana. Kemarin dia sudah menemui adiknya untuk menceraikan Eva, namun belum ada kabar baik sampai saat ini.

"Jangan nangis terus, nanti mau jalan-jalan gak sama Ayah?" Alina hanya menggeleng, membuat Keano tersenyum tipis. "Berdua deh, gak usah ajak Bunda."

Indah yang mendengar itu mendelik sinis pada suaminya. Sedangkan Alina langsung menghentikan makannya dan menatap ayahnya sendu.

"Alina gak mau apa-apa. Alina cuman mau kakak pacar, udah itu aja."

Setelah mengatakan itu Alina beranjak dari duduknya dan meninggalkan keduanya yang tak bergeming.

"Yah" Panggil Indah lirih, dia tidak tega melihat anaknya yang kehilangan cintanya. Keano hanya diam dan menarik Indah pada pelukannya.

Sedangkan Alina berjalan keluar dari rumah, dia berniat menghirup udara segar di teras agar kesedihannya sedikit berkurang. Dia menduduki kursi yang memang ada di depan rumahnya. Memperhatikan jalanan yang sepi karna memang rumahnya berada di perumahan, jadi yang melewat pun hanya orang-orang yang tinggal disini.

"Banyak banget bintangnya" Gumamnya terkagum-kagum melihat bintang yang terlihat bersinar malam ini.

Tanpa sadar, Alina berjalan ke arah halaman rumahnya lalu duduk di kursi yang terbuat dari besi itu, dengan pandangan mengarah ke langit. "Itu pasti bintang Altair, soalnya paling terang."

"Alina pengen deh jadi bintang Vega yang dicintai bintang seterang bintang Altair" Gumamnya lagi penuh harap.

"Lo gak perlu jadi Vega buat di cintai"

Deg

Suara itu.

Suara seseorang yang sangat Alina kenali. Suara yang membuatnya berlarut dalam kesedihan, dan suara yang slalu ingin Alina dengar setiap detiknya.

Membalikan badan guna memastikan dirinya tidak sedang berhalusinasi, matanya membulat mendapati Alam yang sedang menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

LIGHTERS (OPEN FREE ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang