Tahan kegelian kalian saat membaca part ini! Dan juga tahan baper ya, aku tadi nyisain kemanisan cokolatos panas aku disini😝❤ Happyreading💛
• • •
Alina menggeliat didalam tidurnya. Dia ingin berguling kesana kemari di atas tempat tidurnya, tapi dia merasa aneh karena kakinya susah untuk di gerakan. Merasa ada yang ganjal, Alina membuka kedua matanya.
"AAAAA BUNDAAA TOLONG!!"
Gadis itu terkejut saat melihat kakinya terbungkus ekor puteri duyung berwarna emas yang bergambar sisit-sisit persis seperti yang asli. Matanya memanas dan tangisnya langsung pecah. Dia ingin membuka duyung mainan itu, tapi dia takut untuk menyentuhnya.
Indah yang mendengar teriakan anaknya langsung berjalan menuju kamar putrinya itu. Dia berjalan dengan tergesa karena panik.
"Kenapa saya-- astagfirullah"
Indah semakin panik karena Alina sudah tidak sadarkan diri. Dia langsung melepaskan duyung mainan itu. Ini pasti ulah keponakannya, Aluna. Aluna menginap karena adik iparnya akan keluar kota jadi mereka menitipkan Aluna padanya.
Indah bingung harus apa. Apa dia menelpon Alam saja? Ah sepertinya ia. Dia langsung mengeluarkan ponselnya dan menelpon Alam.
"Hallo tante" Terdengar sapaan Alam dari sebrang sana.
"Hallo bang. Kamu kesini ya cepet" Ucap Indah dengan cepat.
"Kenapa tante?"
"Alina pingsan"
"Alam kesana" Putus Alam. Terdengar nada kecemasan dari sana.
Setelah telponnya terputus sepihak dari Alam. Indah langsung menatap Alina khawatir. Dia meyentuh kening Alina, Panas. Indah jadi semakin khawatir.
"Maafin bunda" ucapnya lirih.
"Bundaaaaa"
Indah mengalihkan pandangannya pada gadis kecil yang barusaja memasuki kamar Alina. Dia adalah Aluna. Indah ingin marah, tapi bagaimanapun Aluna hanyalah gadis kecil yang belum mengerti apa-apa.
"Sini sayang sama nda" Aluna memang memanggilnya dengan panggilan bunda, sama seperti Alina.
Aluna melangkahkan kakinya menuju Indah, dia memperhatikan kakak sepupunya yang sangat pucat.
"Kak Alina kenapa bun?" Tanyanya polos.
Indah menghela napasnya, di usapnya rambut keponakannya itu "Aluna yang pakein ekor duyung-duyungan ini ke kaki Kakak kamu?"
Aluna mengerjap dan matanya memanas, dia takut akan dimarahi bundanya "Maaf bun. Aluna cuman iseng aja"
Indah kembali menghela napas, ini juga salahnya. Harusnya dia lebih memperhatikan Alina saat gadis delapan tahun itu menginap disini.
Dulu saja Aluna sengaja membawa boneka besar dan alhasil Alina ketakutan sampai sakit.
"Jangan di ulang ya? Emang luna gak sedih liat kak Alina sakit?"
Aluna menggeleng, dia menangis sekarang. "Luna cuman pengen main sama kak lina. Tapi kak lina semalam udah tidur, yaudah luna jailin"
"Tante"
Indah mengalihkan pandangannya pada Alam yang sedang berjalan menuju mereka dengan pandangan yang khawatir.
"Maaf tante, Alam langsung masuk"
Indah mengangguk mengerti. "Gapapa nak, ini Alina pingsan"
Alam langsung berjalan menuju gadisnya setelah menyalimi Indah. Dia menyentuh dahi Alina, panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIGHTERS (OPEN FREE ORDER)
Teen Fiction[FOLLOW AKUN AKU DULU SEBELUM MEMBACA] Cover by: Dngraphiccc_ Alam Erlangga Addison, Ketua dari Geng besar di kotanya, Geng Worewolf. Pria dengan Tatto di seluruh tubuh atasnya dan juga Tindik yang slalu menjadi ciri khasnya. Selain karena Alam itu...