44). BUCINNYA ALINA II

25.1K 2.9K 504
                                    

HAPPY READING❤

• • •

Alina dengan telaten mengobati luka Alam yang sebenarnya tidak banyak, hanya di sudut bibir pria itu dan juga di pipi kirinya. Namun ada satu luka yang membuat Alina khawatir, yaitu luka di punggung Alam.

Katanya, tadi saat dia berkelahi Alam terdorong ke tembok dan membuat punggungnya sedikit luka.

"Kenapa hm?"

Alina menatap Alam yang sedang menandangnya. Tangannya yang sedari tadi mengobati wajah pria itu sudah ia turunkan ke bawah.

"Kakak pacar gak kesakitan? Ini luka loh," Tunjuknya ke arah lebam-lebam yang berada di wajah Alam.

Alam menggeleng, baginya tidak apa-apa. "Gapapa" dia tersenyum tipis melihat Alina yang seperti cemas memikirkannya.

"Lain kali jangan gini lagi, muka kakak pacar jelek kalo kaya gini." Omel Alina tanpa takut.

"Emangnya gamau kalo muka aku gini?" Tanya Alam memancing, sebenarnya dia ingin tertawa mendengar Alina mengatakan dirinya jelek.

"Gamau lah, zaman sekarang gak good looking gak di hargai. Bener gak sis?" Celetuk Vito tiba-tiba yang memang sedari tadi sedang menonton kedua sejoli itu.

Alam dan Alina memang sedang berada di markas, Alina yang minta. Setelah melihat Alam yang jelek Alina tidak mau pulang sebelum Alam kembali tampan. Begitu katanya.

"Yoi Vit"

"Zaman sekarang, glowing dulu baru boleh baper."

"Jangan bikin perempuan insecure." Arlan mengetuk kepala Vito dengan pulpen yang sedari tadi di tangannya.

"Tau lo Vit, mentang-mentang ceweknya banyak." Sinis Vino.

"Kak Arlan, Intan kenapa gak dibawa kesini?" Tanya Alina.

"Eh iya, lo sama si Intan udah pacaran belum sih? Kalo belum biar sama gue." Ucap Vito dengan tengil.

Arlan langsung memandang Vito dengan dingin. "Kalo dia mau, silahkan." Tukasnya angkuh.

"Anjay, sudah jadi kalo begindang." Sambar Erik yang sedari tadi menonton.

"Cakep" Vino memberi jempolnya pada Arlan.

"Ih kak Arlan, kan Alina nanya sama kak Arlan." Alina kembali bersuara, membuat Alam yang berada di sampingnya langsung menatap tajam Arlan.

"Iya, Intan mau belajar katanya."

"Rajin banget Intan," Jawab Alina terpukau. "Kakak pacar, kita sekarang pulang dan langsung belajar. Jangan sampe Alina kecolongan pinter sama Intan." Ucapnya menggebu-gebu.

"Dadah semuanya, Alina mau pulang. Assalamualaikum abang Vino sama kakak-kakak." Setelahnya Alina langsung menarik lengan Alam untuk segera pulang.

Alam yang tangannya di tarik Alina hanya pasrah saja, "Nanti kalo ada Haikal suruh ke rumah." Pesannya pada teman-temannya.

Setelah itu Alam berjalan menyusul Alina. "Tangannya jangan di tarik Ai."

"Biar cepet kakak pacar."

Alam menggeleng pelan, dia meraih tangan Alina yang menarik-narik tangannya dan segera ia genggam tangan mungil itu kedalam genggaman tangannya yang besar.

"Gini aja, biar gak lepas."

• • •

Namanya juga Alina, dan menurut Alam Alina menjadi keras kepala. Itu benar, bahkan semakin menjadi-jadi. Namun selagi permintaan dan pemikiran gadisnya itu tidak macam-macam, Alam tidak masalah.

LIGHTERS (OPEN FREE ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang