29). ALINA MENSTRUASI

37.1K 3.6K 516
                                    

SELAMAT MEMBACA!

• • •

"Engga akan lah kakak pacar, Alina kan engga meninggal." Alina menatap Alam yang menatapnya sendu setelah mendengar jawaban dari mulut nya.

"Gaboleh meninggal dulu" Pinta Alam pada Alina.

"Iya kakak pacar, siap. Jadi Alina gaaakan ninggalin kakak pacar, kecuali kalo Alina meninggal."

Alam tersenyum kecil mendengarnya, dia mencium kepala Alina dengan lembut. Setidaknya hatinya sedikit tenang sekarang.

"Udah makan?"

Alina mengangguk kecil, "Udah, kakak pacar udah makan belum?"

"Belum" Jawab Alam, jujur.

"Makan dulu ya kakak pacar?" Alam menggeleng, dia tidak selera makan sekarang.

"Ih kok gitu sih kakak pacar mah" Alina menjawab dengan sedikit kencang dan kesal.

"Aku lagi ga laper Ai." Alam memberi pengertian pada Alina yang sepertinya tengah kesal itu, tapi wajahanya sangat menggemaskan.

"Tetep aja harus makan kakak pacar."

Alina memperhatikan tato Alam yang berbentuk bunga di tangannya. Kemudian dia kembali fokus pada Alam. "Alina suapin, makan ya?"

Melihat ketulusan dari mata gadisnya, akhirnya Alam mengangguk. Dia berdiri dengan Alina yang masih di gendongannya kemudian membawa perempuan itu ke bawah.

Dia melihat Indah sedang berbincang dengan pembantu di rumahnya. Kemudian dia mendekatkan diri pada ibu dari gadisnya itu.

"Tante" Alam berjalan mendekat pada Indah dan menyalimi tangan Indah.

"Abang" Indah tersenyum kecil, namun juga sedikit khawatir saat melihat keadaan Alam yang sedikit berantakan.

"Maaf ya ngerepotin tante" Ucap Alam tidak enak, dia mendudukan dirinya di sebrang Indah dan membenarkan letak duduk Alina yang saat ini memeluknya.

"Engga kok, tante seneng bisa ke sini." Indah tidak mau Alam merasa tidak enak, karena Indah juga sangat berhutang budi banyak dengan kekasih anaknya itu. "Abang sehat kan? Muka abang pucet banget."

Alam mengangguk kecil, Indah begitu baik padanya. "Alam sehat tante, cuman kecapean mungkin."

"Alina nya turunin aja, kasian kamu pasti dia berat."

Alina yang mendengar itu memberenggut, dia menjauhkan kepalanya dari dada bidang Alam lalu menengok pada Ibunya.

"Apa si bunda, iri bilang sahabat."

Alina menjulurkan lidahnya pada Indah, membuat Indah menggelengkan kepalanya. Sedangkan Alam hanya terkekeh kecil dan menarik kepala Alina kembali untuk memeluknya.

"Gapapa tante." Jawab Alam dengan tenang. "Tante udah makan?"

"Tante udah makan, kamu belum?"

"Iya Bunda, kakak pacar belum makan." Alina menjawab dengan kecil.

"Bibi masak?" Tanya Indah pada pembantu Alam yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka dalam diam.

LIGHTERS (OPEN FREE ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang