Chapter 75

3.9K 145 58
                                    

Clem memerhatikan handphone di tangannya berharap Frankl akan menelpon. Malam itu, ia hanya ditemani suara aliran air di samping pagar villanya. Begitu tenang. Suasan dingin malam menyapu, menyusuri kulitnya lembut. Gaun tidur yang terbuat dari satin pink miliknya melambai-lambai diterpa angin seolah menari.

Kenth yang cepat tanggap dengan cuaca dingin di bulan ini, membawakan Clem selimut yang ia sampirkan ke lengan, berjalan menuju di mana Clem duduk, kursi taman depan Villa.

Ketika sampai, ia menyelimuti pundak Clem. Ia harus benar-benar menjaga perempuan itu seperti yang bosnya katakan. Clem menatapnya, "terima kasih," tutur perempuan itu tersenyum.

Kenth hanya diam saja sambil mengambil dua langkah ke belakang dari tempat yang Clem duduki. Ia memang terbiasa bersikap formal dan kaku seperti ini. Jadi orang-orang yang mengenalnya pastilah sudah terbiasa akan sikapnya, namun lain hal dengan orang yang baru ia temui.

Aneh, Clem menoleh ke arah pria itu "Kemarilah," pintanya untuk duduk di sampingnya saja dari pada hanya berdiri seperti itu? Clem menepuk tempat duduk di sampingnya mengajak Kenth bergabung.

"Tidak Nona," tolak pria itu sopan.

"Please," paksa Clem dengan nada yang begitu lembut.

Jika sudah seperti itu, Kenth hanya menarik napas panjang lalu membuangnya pelan. Ia mendekati Clem dan mendaratkan bokongnya di tempat duduk samping perempuan itu dengan setengah hati.

Clem tersenyum sumbang, tatapannya terarah pada pria di sampingnya yang hanya menatap pemandangan di depannya, benar-benar terkesan kaku dan sangat formal. "Apa kau sudah lama bekerja dengan Abraham?"

Mendengar nama itu, sontak Kenth menoleh menatap orang yang baru saja berbicara.

"Ah.. maksudku Frankl," Clem mengangkat alisnya sambil menolehkan pandangan ke arah depan. Entah mengapa ia lebih menyukai nama asli pria itu ketimbang nama yang biasa orang-orang lain panggil kepadanya. Ia kembali melirik ponselnya. Tidak Ada tanda-tanda jika Frankl akan menghubungi, atau bahkan mengiriminya pesan. Clem membuang napas pasrah.

"9 tahun yang lalu. Saya bekerja dengannya tepat 9 tahun yang lalu."

Clem terkekeh miris, "Bahkan kau lebih lama bersamanya." Tutur Clem penuh arti. Orang yang lama dengan Frankl saja, Frankl sanggup melepaskannya seperti tidak memiliki beban sama sekali apa lagi ini dirinya? Musuhnya? Atau mantan musuhnya? Lagi-lagi rasa sedih menyapa hatinya, ahh mengapa sesuatu di dalam sana terasa begitu nyeri.

Kini justru Kenth lah yang menatap perempuan itu, ia mengerti maksud dari apa yang Clem katakan. Sebenarnya ia tidak ingin memasuki ranah pribadi orang lain, tapi "Dia mencintai anda."

Clem terkekeh, ia tahu pria itu hanya berusaha menghiburnya. "Tentu saja dia mencintaiku. Aku adalah istrinya-" Clem terdiam menyadari sesuatu. Relate bahwa dirinya sekarang hanya mantan istri dari pria yang membawa beberapa keping hatinya. "A-ahh lupakan." Clem membenarkan anak rambutnya ke belakang telinga ragu.

Kenth menatap datar perempuan di sampingnya yang berusaha tegar, tapi justru gagal. Perempuan itu kembali menangis sesegukan sambil menutupi wajah. Mengapa kali ini Frankl memberikannya pekerjaan yang sangat rumit. Menemani dan menjaga wanita yang tengah patah hati. Kenth membuang napas pelan. Tangannya menepuk-nepuk punggung Clem. Ah yang benar saja, selama hidupnya ia tidak pernah menghibur orang lain bahkan keluarganya sekali pun. Namun sekarang ia terpaksa melakukan hal gila ini untuk wanita di depannya?

Clem kembali berusaha tegar dengan menghapus air matanya kasar. "Ah.. aku tidak bisa terus seperti ini." Kau sudah tidak memiliki hubungan apapun dengannya. Jadi, berhentilah menangis! Clem menoleh menatap Kenth, "So, mengapa kau masih di sini? Kami sudah tidak memiliki hubungan apapun."

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang