"Aku telah memerintahkan sekretarisku, Kenth untuk membantu dan menjagamu. Besok kau akan menikah dengannya agar dia bisa selalu menjagamu dan menjamin kau tetap aman." Frankl sengaja memilih Kenth karena pria itu sangat loyalitas padanya. Lagipula karakteristik mereka pun tidak jauh berbeda dan orang itu tidak mungkin mengkhianatinya. "Dia akan menggantikanku untuk menjagamu dan anak kita." Tuturnya merapikan anak rambut di kening Clem lembut.
Clem mengernyit, memerhatikan Frankl yang berada di sampingnya sedang berbaring dengan memiringkan badan menatapnya. Tangan pria itu bermain di rambutnya, mengusap pelan. "Apa yang kau pikirkan Abraham?" Tanya Clem tidak suka. Bahkan dia tidak membutuhkan orang lain untuk menjaga dia dan anaknya hingga harus menikahkan dirinya? Apa yang pria itu pikirkan?
"Clem dengarkan aku-"
"Tidak Frank,"
"Clem, aku hanya ingin melihatmu baik-baik saja bersama anak kita," tutur Frankl pelan, ibu jarinya mengelus pelipis Clem lembut sarat akan kesedihan karena mereka akan segera berpisah.
Clem menatap Frankl teduh, ia akan menerima apapun yang akan terjadi padanya, tapi tidak jika menikahi dengan pria lain. "Tidak ada yang ingin menyakitiku Frank." Clem balas menyentuh pipi Frankl menenangkan.
"Clem, aku mohon dengarkan aku untuk yang terakhir ini, sayang," Frankl menurunkan nada suaranya, lebih seperti memohon. Dirinya tidak pernah sekalipun memohon untuk nyawanya sendiri, namun kini ia memohon untuk nyawa orang lain? Benar. Ia pun sadar, karena ini demi perempuan itu, perempuan yang mengandung benihnya, juga cintanya.
Tanpa aba-aba Clem langsung mengecup bibir Frankl agar segera melupakan kekhawatiran terhadap dirinya. Ia akan baik-baik saja selama pria itu masih mencintainya, karena alasannya masih bertahan adalah pria itu-Frankl. Walaupun kini harapan itu mulai memudar, ia akan mencari cahaya yang lain, yaitu anak mereka yang berada dalam kandungannya.
Frankl membalas sentuhan lembut bibir perempuan itu, mengimbangi. Satu tangannya menahan leher jenjang Clem agar jangan dulu berhenti dari kegiatan mereka.
Clem melepas pagutan mereka, sedang Frankl melepasnya tidak rela. "Kau tidak perlu mencemaskanku Frank," tuturnya menatap iris hazel pria itu intense dan penuh arti.
"Clem.." lemahnya, masih berharap perempuan itu mendengar permintaannya.
"Aku tidak akan pernah menikah dengan siapapun setelah perceraian ini love, aku mencintaimu dan anak kita. Aku yakin aku pasti bisa merawatnya walaupun seorang diri."
"Shhh shhhh," Frankl menutup bibir istrinya agar tidak melanjutkan ucapannya yang sangat menyayat, terlebih mereka saling memiliki rasa.
Lagi-lagi air mata Clem menggenang di pelupuk mata. Tidak dapat dibendung lagi, akhirnya lahar bening nan hangat mengalir, "Aku ingin bersamamu," lemah perempuan itu sendu.
Pria itu tidak tahu harus membalas dan bersikap bagaimana, lantas ia pun mengecup bibir Clem, lagi dengan intens dan menghayati, meresapi setiap inci bibir wanitanya. Ia jarang memerhatikan bahkan meresapi di setiap kegiatannya bersama Clem, ia begitu menyesalinya. Karena ia merasa tidak akan ada orang yang mampu memisahkan mereka, hingga waktu yang berbicara, adiknya datang, memaksanya menceraikan istrinya lalu memisahkan mereka. "Clem," ucapnya menyesal.
*
Semua orang berkumpul di lantai dasar kecuali Bethany yang memang tidak ingin melihat anak dari pembunuh ayahnya barang sedetikpun. Dendam akan keluarga Jordan akan terus ada sampai Bethany membalas kontan pada anaknya, Clementine.
Beberapa orang ada yang terlihat senang akan kepergian Clem dari mansion itu, Zia. Ia sangat menantikan moment ini.
Namun, hal sebaliknya dengan Daniel, Martha terlebih Frankl yang terlihat sangat tidak rela melepaskan little bird-nya. Walau ia memasang tampang datar dan dingin, tapi ketahuilah hatinya sedang meringis.
Clem menghapus air matanya dengan punggung tangannya lalu berpamitan dengan Daniel kemudian meneluk Martha yang juga sangat terpukul dengan keputusan Frankl. Daniel pun tidak tega melihat wajah sahabatnya yang tampak sayu sarat akan kehilangan, "Jaga dirimu nak, pastikan rumahmu terus terbuka, karena aku pasti akan sering berkunjung." Tutur Martha mengusap pucuk kepala Clem mencoba menghibur.
Clem melepas pelukannya, lalu tersenyum sumbang. "Terima kasih, mom." Sebelum pergi ia menoleh pada Frankl yang sepertinya tidak ingin mengucapkan kata-kata perpisahaan padanya. Lantas ia pun berbalik diikuti dengan supir yang membawa kopernya dan seorang pria sedikit di belakang mengikuti ke mana arah Clem memanglah, Kenth.
Pria itu membukakan pintu mobil Mercedes Benz untuk Clementine, kemudian ia membungkuk hormat pada Frankl sebelum ikut masuk ke dalam mobil.
Suara derum halus mobil yang di nyalakan, semua orang menatap ke arah kuda besi yang ditumpangi Clementine. Tak lama kedaraan itu meninggalkan halaman mansion mewah Frankl.
Tatapan mata Frankl tak lepas dari mobil yang sudah meninggalkan titik diamnya. Bahkan ketika mobil yang Clem tumpangi sudah pergi dan tak terlihat lagi, Frankl masih setia ditempatnya. Menatap kosong halaman indah bernuansakan Eropa klasik yang di penuhi dengan pohon-pohon hias, serta ukiran nama Mendenhall. Ia membuka telphon pintar miliknya lalu menghubungi seseorang. "Pantau terus dan hubungi aku jika terjadi sesuatu."
"Baik sir," balas orang di ujung sana.
Frankl mematikan sambungan secara sepihak, lalu bersiap untuk kembali ke wujud semula.
*
To be continue, vote and comments yaw Thanks in advance,
Ulqquiora 🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Storms END√
RomanceWARNING 21+ No. 02 di Action (26 Maret 2023) Cerita dark romence yang berawal dari sebuah insiden di mana kapal pesiar mewah Symphony Of The Seas karam. Membuat kedua manusia dengan berbeda pemikiran bertemu. Sebenarnya semua kejadian itu adalah seb...