Chapter 49

2.9K 128 0
                                    

Mereka berdua telah sampai di kediaman Zhafir. Namun bukannya turun dari mobil, Clem justru terlihat melamun.

"Clem?"

"E-emm?" Gelagapnya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Zhafir menatap perempuan itu.

"Aku berpikir jika sebaiknya aku kembali saja. Kau tidak mengenal Frankl, terlebih saat aku meninggalkannya. Apa kau lihat dia diam saja? Kita tidak tahu arti diamnya itu dan kupikir akan terjadi badai hebat kelak. Sebaiknya aku kembali,"

"Aku tahu konsekuennya, dan aku siap. Kau tidak perlu cemaskan itu." Ujar Zhafir mengelus pucuk kepala Clem menenangkan.

Apakah setelah sekian lama sikap pria itu telah berubah? Lebih dewasa dan matang pemikirannya. Entahlah, Clem tak mengerti.

"Aku memcintaimu Clem, maukah kau menikah denganku?" Lanjutnya sambil mengeluarkan kotak beludru merah dari dalam saku celana kainnya.

Clem mengernyit bingung. "Aku sudah menikah."

"Itu tidak masalah, aku akan mengurus surat perceraianmu secepatnya." Desak Zhafir. Ia tidak peduli bagaimana perasaan Clem padanya. Hingga,

"Aku mengandung anaknya." Balas Clem cepat.

Zhafir terdiam sejenak, apakah hatinya sanggup? Jauh di dalam lubuk hatinya, pria mana yang sudi memelihara anak orang lain? Walaupun itu dari wanita yang ia cintai. "Berapa bulan?"

"Jalan 4."

Zhafir menyugar rambutnya ke belakang pusing. Apa dia harus merawat anak itu? Mau tidak mau.

"Kau tidak perlu merawatnya karena anak ini adalah milik Frankl." Itulah jawaban dari pertanyaan batin Frankl yang sudah dapat ditebak dari raut pria itu. "Sebab itu aku harus kembali." Lanjutnya ingin membuka pintu mobil dan menyadari terdapat beberapa mobil yang mengiringi mobil Zhafir. "Mengapa ada banyak sekali orang di luar sana?"

"Mereka teman-temanku. Karena itu aku bilang aku sudah siap untuk menghadapi segala kemungkinan. Kau tidak perlu khawatir."

Clem diam. Dia sangat takut untuk membayangkan apa yang akan terjadi dan berapa banyak yang tumbang? Siapapun tolong hentikan drama ini.

"Clem," tutur Zhafir lagi. Perlahan mulai memajukan wajah ke arah Clem. Ia sangat mengidamkan perempuan di depannya ini, iris hijaunya yang indah, hidung kecil mancung yang terpahat sempurna, serta bibir oren sexy miliknya. Tangan Zhafir mengurung tubuh Clem dengan meletakannya di kaca pintu mobil.

Mata mereka bertemu, sedikit lagi bibir mereka saling bersentuhan, namun seketika Clem menolehkan wajah, tidak habis pikir. "Kini bukan waktunya melakukan itu."

Hati Zhafir rasa tersentil karena penolakan itu. Tapi apa mau dibuat? Zhafir kembali ke posisinya di bangku kemudi. "Ayo kita keluar." Lanjutnya membuka pintu mobil di sampingnya diikuti dengan pintu mobil di samping Clementine.

Clem keluar dan membuntuti Zhafir ragu. Sampai di pintu masuk mansion, seorang wanita cantik membukakan pintu. Kontan wanita itu cemberut melihat kedatangannya. "Siapa dia?" Tanya Clem spontan.

"Bukan siapa-siapa." Zhafir menarik tangan Clem, membawanya masuk melewati wanita itu- Jean. Pandangan Jean mengikuti arah kedua orang itu berjalan.

Sampai di ruang tamu, "Duduklah dulu aku akan membuatkanmu hot tea. Agar kau lebih relex."

Clem menganggut singkat. Ia melihat ke sekeliling ruangan. Mansion ini jauh berbeda dengan milik Frankl, baik ukuran maupun desainnya. Milik Frankl bangunannya seperti Classic Eropa, sedangkan Zhafir lebih seperti modern style dengan tangga melingkar di sebelah kiri sampai ke lantai 3.

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang