Chapter 64

2.3K 86 9
                                    

Beberapa dari mereka terus saja meminta ampunan ketika Frankl sudah masuk kedalam ruangan. Sebuah gudang di dekat pelabuhan. Ketujuh pria dan seorang wanita, sudah digantung terbalik, tepat di depan Frankl yang sedang duduk di kursi dengan anggunnya sembari orang kepercayaannya berbisik mengenai apa-apa saja yang mereka bocorkan kepada perampok dan kapan mereka akan menjalankan aksinya. Frankl melirik ke salah satu wanita yang juga terikat terbalik yang merupakan profokator dan penghasut dari ketujuh rekannya. Mereka yang tergantung merupakan orang yang terlibat dalam konspirasi memberikan informasi mengenai di mana kokain dan sabu miliknya berlabuh kepada para perampok. Dari perjanjian itu, mereka bersekongkol merampok 'barang' milik Frankl dengan pembagian seperempat dari hasil jika mereka sukses. Harga kokain dan sabu milik Frankl ditaksir 2.406 triliun dengan berat sabu 220 kilogram dan 5000 kilogram kokain.

"Ck ck ck tikus kecil yang serakah." Decak Frankl menggeleng-geleng tak percaya. Tak percaya orang lemah seperti mereka mau melawannya? Yang benar saja. "Siapkan orang-orangmu dan basmi mereka yang ingin mencuri barang kita."

Sebenarnya Frankl ingin menghabisi 8 orang di depannya dengan tangannya sendiri. Tapi karena mengingat janjinya kepada Clementine, membuatnya mengurungkan niat dan hanya menjadi penonton serta penilai dari maha karya algojonya saja. "Eksekusi mereka dengan cara yang sangat menyakitkan." Tutur Frankl tajam. "Jika mereka mati sebelum waktunya, aku sendiri yang akan menghukummu." Peringat Frankl pada algojo yang siap memisahkan nyawa dengan raga para penghianat-penghianatnya.

"Baik my lord."

"Ahh ya, aku ingin perempuan itu yang terakhir." Tunjuk Frankl tertarik.

Algojo itu memulai dengan menghantamkan kapak di bagian yang tumpul ke perut salah satu tahanan di sana keras. Pria terikat paling ujung terbatuk darah akibat kerasnya pukulan itu. Ia memekik kesakitan lalu menangis dan memohon untuk nyawanya. "Ampunilah aku tuanku, aku berjanji akan menjadi anak buanmu yang setia." Tuturnya menangis.

Tapi tentu, Frankl tidak pernah memberikan kesempatan kepada para penghianatnya. "Potong lidahnya." Tutur Frankl memegang dagu menimbang-nimbang.

Tanpa pikir panjang algojo itu langsung memotong lidah pria itu dengan tang dan gunting berkarat. Dari satu orang ke orang berikutnya terkecuali satu perempuan di sana. Mereka semua terus menjerit. Namun, karena gedung ini didesign dengan kedap suara maka jeritan mereka tidak bisa sampai keluar. Walau wajah mereka telah bermandikan darah, namun Frankl belum puas melihatnya, masih kurang berdarah pikirnya. "Masing-masing satu mata mereka berikan padaku." Frankl tersenyum devil.

Seketika suara teriakan menggelora ketika algojo itu menarik keluar satu bola mata dari orang-orang yang tergantung. Frankl hampir tertawa ketika algojo itu menyerahkan masing-masing bola mata ke tangan asistennya yang kemudian diberikan kepada dirinya. Mereka benar-benar terlihat sama sekali tidak menyesali perbuatan mereka kepada para manusia malang di sana. Begitu pula puluhan anak buahnya di dalam ruangan itu yang hanya menatap datar adegan penyiksaan di depan mereka. Hanya untuk mengerjai anak buahnya Frankl melempar beberapa mata di tangannya ke arah mereka. Reaksi mereka hanya diam kemudian memunguti kembali mata-mata itu dan memberikan lagi kepadanya. Benar-benar membosankan, tapi hampir membuatnya terkekeh geli.

Sembari algojo Frankl menyiksa para penghianat, Frankl memilah-milah mata mana yang akan menjadi koleksinya. Mata berwarna hazel? Ah tidak, dirinya memiliki warna itu bahkan lebih indah dari yang ada di tangannya. Frankl melempar bola mata itu layaknya sebuah sampah ke arah para penghianat, begitu pula beberapa warna lain seperti biru dan abu. Ahh hijau, itu mengingatkannya pada istrinya. Seandainya Clem menyukai ini, niscaya ia akan membawakannya sebagai pemberian.

Frankl kembali memerhatikan algojonya yang sedang mengerjakan tugas, pada tubuh-tubuh manusia tanpa busana di depannya. Mereka ada yang kehilangan kedua telinga, hidung, sebagian kulit wajah, jari-jari tangan, kuku kaki, beberapa jari, satu jari, satu tangan, dua tangan, hingga satu titik yang mencuri perhatian Frankl, yaitu kemaluan mereka yang sudah terpotong dan jatuh di lantai. "Ambil ketujuh kemaluan penghianat itu dan paksa masukkan ke dalam mulut wanita di sana." Perintah Frankl masih tersenyum gila.

Tentu hal tersebut langsung di turuti. Frankl hampir terbahak-bahak ketika melihat algojo itu menyumpal mulut sang wanita dengan beberapa penis pria. Perempuan itu menangis dan meronta sambil memohon dari sorot matanya.

Melihat sorot memohon itu tambah membuat Frankl bersemangat untuk terus menyiksa perempuan itu. "Yang aku tahu kau senang berbagi bukan?" Tanya Frankl pada wanita di depannya. "Berikan aku satu payudaranya." Perintah Frankl, sedang perempuan itu menggeleng ketakutan.

Perempuan itu meronta-ronta menahan sakit yang luar biasa saat picis demi picis tubuhnya terpisah dari tempat yang seharusnya. Perempuan itu melemah. Saat sang algojo berhasil memisahkan satu payudara miliknya lalu memberikannya ke tangan Frankl.

Lihat, algojo milik Frankl adalah orang yang professional, ia merupakan ahli bedah terhebat yang dirinya kenal. Terbukti saat Frankl menerima potongan tubuh perempuan itu, sangat rapi bahkan lobus dari perempuan itu tidak terlihat. Dan darah perempuan itu pun tidak begitu banyak di tangannya. "Terima kasih," tutur Frankl mengejek sambil menatap wanita itu yang juga balas menatapnya lemah. Ingin tambah menghina serta mengejek, Frankl mendekatkan ujung payudara di tangan ke depan mulutnya sensual, lalu menghisapnya sambil tersenyum mengejek pada perempuan itu. "Tidak enak! Ambilkan yang lainnya." Tutur Frankl tajam membuang potongan tubuh di tangannya ke sembarang arah, lantas tersenyum devil. Sisa darah yang ada di tangannya ia usap ke sebelah wajah miliknya sambil tersenyum gila. Tatapannya tak lepas dari wanita di sebrang sana.

Perempuan itu terus meronta tak karuan saat mulutnya tak mampu berucap untuk mengekspresikan rasa sakit yang ia dera. Perempuan itu semakin lemah saat kedua payudaranya telah bolong dan berpindah ke tangan Frankl.

Ah.. sudah lama Frankl tidak merasakan sensasi luar biasa ini. Frankl kembali melakukan hal yang sama pada payudara sintal di tangannya, menghisapnya penuh gairah lalu mencelanya. "Kalian semua cobalah ini." Tutur Frankl menawarkan potongan tubuh itu ke semua anak buahnya.

Hampir dari semua orang yang ada disana mendekat menuruti Frankl. Dan melakukan hal sama pada payudara di tangannya. Ada beberapa yang tidak ikut melakukan yang ia lakukan, namun Frankl tetap memaksa mereka. "Kalian berani melawanku?" Pada beberapa orang yang hanya diam di tempat, 3 orang, kemudian ragu mereka mendekat dan melakukan hal yang sama. "Kalian bertiga harus terus menghisapnya hingga ini selesai." Perintah Frankl mutlak. Ia memerhatikan wajah orang-orangnya yang hampir semua terkena darah di sebagian wajah mereka. Itu membuatnya puas. "Akhiri ini sekarang juga, brother." Perintah Frankl pada algojonya tegas, pembawaan yang penuh dengan karisma dan keangkuhan yang tak terbantahkan. "Tapi perempuan itu, aku ingin kau belah tubuhnya hingga menjadi dua,"

"Baik my lord." Algojo itu memotong urat leher semua pria yang tergantung hingga tewas kemudian beralih ke tubuh satu-satunya perempuan di sana. Ia menyalakan gergaji mesin, suara dari benda itu mengaum marah bersiap mengoyak apapun yang mengenainya. Hingga dengan perlahan ia mengarahkan gerigi-gerigi yang tajam ke tengah-tengah selangkangan perempuan itu, memotongnya searah vertikal. Suara teriakan perempuan itu teredam dan hilang saat gergaji itu sudah sampai di tengah-tengah dadanya. Dan ahli bedahnya berhasil membagi dua bagian tubuh wanita yang tengah tergantung dengan isi jeroan menjijikan terhambur di lantai.

*

To be continue, masih kurang sadis? Vote and comments-nya duls thanks in advance. With love,

Ulqquiora 🌹

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang