Chapter 53

3K 133 7
                                    

Saat menuju kamar mereka, Clem kembali menemukan suaranya. "Frank," panggil Clem pelan, yah karena sekarang dirinya memang tidak bisa berbicara terlalu keras. Ia tidak tahu, tapi suaranya memang susah dan tidak mau keluar.

"Hmm?" Frankl membapah tubuh istrinya berjalan ke kamar mereka.

"Tolong biarkan Zhafir tinggal di sini hanya untuk beberapa hari lagi," tutur Clem sangat pelan seperti berbisik. "Aku masih ingin berbicara kepadanya." Lanjutnya.

Langkah mereka terhenti. Kau saja tidak bisa menemukan suaramu dengan benar, "Tentu saja, mereka bisa tinggal selama yang mereka mau." Ucapnya datar tanpa melihat mata lawan bicaranya. Ahh Clem.. betapa aku ingin melenyapkan orang itu. Frankl mengeraskan rahang. Apa kelebihan pria itu yang tidak ia miliki? Fuck mengapa ia jadi membandingkan dirinya dengan pria charming itu, sial.

Clem tersenyum senang. Lagi-lagi Frankl mau menuruti kemauannya. Ia tidak menyangka jika Frankl mengabulkan keinginannya, lagi! Bahaya bisa-bisa Clem akan sedikit menyukai pria itu. Hanya sedikit saja. Itu juga tidak boleh. Ia tidak boleh melupakan apa yang pria itu lakukan kepada dirinya dan keluarganya.

Mereka lanjut berjalan, saat di sepertiga jalan, beberapa pelayan menghampiri dan membantu Clem berjalan menuju kamar, tempat ia meminta Zhafir untuk menunggunya.

Sampai di kamar, Frankl tidak ikut masuk hanya bersender bahu di pintu kamar mereka sambil memerhatikan istrinya dari jauh. Dari Clem memberitahu jika Zhafir bisa tinggal, hingga beberapa pelayan mengantar Zhafir ke ruangan lain. Tatapan keduanya bertemu, mereka saling melemparkan tatapan membunuh. Ketika Pria itu pergi dan hilang dari pandangannya, barulah Frankl masuk sekaligus mengusir para maid pergi. Ia mendatangi Clem yang sedang duduk bertaut di depan cermin sambil menyisir rambut blonde coklatnya yang panjang.

"Terima kasih." Clem menatap wajah Frankl lembut dari pantulan cermin di depannya.

Frankl menarik salah satu sudut bibirnya menggoda Clem, "Mungkin, kau bisa menunjukkan rasa terima kasihmu dengan cara yang lebih aku sukai, misalnya dengan.." tangannya mengusap lembut leher Clem, perlahan mulai menjalar ke bagian tengah dadanya yang sedikit terekspos.

Ah ayolah! Clem memutar kedua bola matanya jengah, "Aku menarik kata-kataku. Ayolah Frank! Aku lelah menjadi mesin pemuas nafsumu setiap saat." Clem menekukan alis tidak suka. Mengapa Frankl hanya menganggapnya sebagai perempuan pemuas nafsunya saja? Apakah sebab itu juga Frankl tidak ingin melepaskan dirinya? "Aku bertanya- tanya apakah bagimu karena aku anak dari ayahku sebab itu kau memperlakukanku seperti itu. Ahh benar, kau ingin membuat jiwa ayah dan ibuku tidak tenang." Tanya dan jawaban asumsi dirinya pribadi.

"Apakah di dalam kepalamu aku hanyalah seorang yang maniak sex?" Tanya Frankl keberatan, ahh dia tidak seburuk itu bukan? "Dan asal kau tahu Clem, jika seorang pria hanya berduaan dengan orang yang mereka cintai maka pikirannya hanyalah ingin menyentuh dan lebih dekat lagi, tanpa dihalang oleh sekat apapun. Yah kau pasti tahu artinya. Lagipula kau adalah istriku," gumamnya di akhir kalimat. "Apakah aku salah?" Frankl menarik salah satu alisnya ke atas remeh. "Yang salah itu, jika kau berpelukan dan berselingkuh dibelakang suamimu." Tutur Frankl tajam seakan-akan menuduh.

Sontak Clem berbalik, menatap Frankl hina Arghh entah mengapa semua yang Frankl ucapkan rasanya salah. Jangan memaksaku untuk mengungkit hal barusan yang kau lakukan dengan perempuan di pantry, tapi jika kulakukan kau akan semakin senang dan beranggapan jika aku cemburu. Ahh damn it! "Tentu saja salah! Aku tidak menyukai atau mencintaimu karena itu aku benci ketika kau sentuh."

"Ahh benarkah?" Tutur Frankl remeh, setahunya Clem selalu membalas sentuhannya, baiklah bukan selalu tapi hanya di waktu-waktu tertentu, seperti di lift tadi misalnya. "Pembohong."

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang