Suasana gelap dan amis darah memenuhi indra Zhafir. Sudah berapa lama dirinya tidak sadarkan diri? Bukankah terakhir aku bersama Clem di pulau? batinnya bingung. "Di mana ini? Dan apa-apaan ini!"
SRENG suara deritan rantai yang bergesekan dari tangan yang coba ia gerakkan. "Clem!" Teriak Zhafir memanggil gadis itu. Namun, hanya ada sautan dari gema yang dia sendiri timbulkan.
"Fuck!" Desah Zhafir frustasi ketika mencoba melepaskan diri dari rantai-rantai besi yang sudah mulai berkarat, tetapi hanya membuahkan hasil yang sia-sia.
*
Clem menangis sesegukan di atas tempat tidurnya, sambil memeluk guling bertanda kekesalan yang hakiki. Dia tidak menyangka jika Frankl akan mengucapkan hal yang begitu menyakitkan kepadanya. Bahkan selama ini dia tidak pernah dekat dengan seorang pria manapun. Jadi bagaimana kata pelacur bisa melekat pada dirinya. Sungguh kata yang sangat sensitive di telinga Clem.
Tapi saat dirinya menangis, Frankl masuk ke kamarnya yang tidak terkunci. "Sayang.." Pria itu duduk di sisi tempat tidur mengamati Clem yang masih menangis di balik selimut. "Aku sangat menyesal Clem, karena terlalu berlebihan menaggapi masalah ini. Sungguh aku tidak bermaksud kasar padamu, maaf sayang."
Clem tidak menyahut, justru semakin menenggelamkan diri ke dalam selimut.
"Sayang.." Frankl membuka lembut selimut yang menutup kepala Clem. Namun, hal itu hanya sebentar karena Clem kembali menutupnya.
Tidak habis akal, Frankl ikut masuk ke dalam selimut dari arah kaki Clem lalu merangkak ke atas tubuh Clem. Kini wajah mereka sudah saling berhadapan. Frankl mengeluarkan smartphone-nya hingga memancarkan cahaya ke wajah mereka.
Clem mengedip-ngedipkan matanya yang sembab berturut-turut.
"Maafkan aku sayang," tutur Frankl dengan menunjukan wajah menyesal.
Tapi, Clem menolak maaf itu dengan menggelengkan kepala seperti bocah 5 tahun dengan wajah sedihnya yang sungguh imut.
Frankl mengusap wajah Clam lembut dengan jari-jarinya yang besar lagi bebas. "Kau harus memaafkanku sayang,"
"Ehh?" Clem mengernyit tidak mengerti akan sikap pria itu. "Mengapa aku harus memaafkanmu?" Tanya Clem begitu polos.
"Karena aku tampan. Semua orang akan memaafkanku Clem, termasuk kau," senyumnya menggoda seraya menggesekan hidung mancungnya ke hidung merah tomat Clem. Lalu, mengecup singkat bibir pink Clementine lembut. "Apa kini kau sudah memaafkanku?"
Clem menggeleng polos, jujur saja hatinya masih sakit. Tidak mungkin hanya dengan waktu yang singkat dirinya bisa melupakan kejadian di ruang makan.
Detik berikutnya Frankl mengecup bibir Clementine lagi kali ini sedikit lebih lama. Gadis itu dibuat gemeteran dan salah tingkah. "M-mengapa kau lakukan ini?" Tanya Clem takut lagi malu.
Salah satu sudut bibir Frankl terangkat, memancarkan aura memabukkan bagi siapapun yang menatapnya dari posisi sedekat ini. "Sekarang? Apakah kau sudah memaafkanku?" Bukannya menjawab pria itu justru balik bertanya.
Lagi-lagi Clem menggeleng menggemaskan. Membuat Frankl mendaratkan bibirnya lagi ke bibir tipis Clem. Dan kali ini Frankl mengecup bibir Clem dengan cara yang berbeda. Ciuman orang dewasa. Dia menyelipkan lidahnya setelah menggigit pelan bibir Clam agar sedikit terbuka.
Kini bukan hudung Clem saja yang merah, namun seluruh wajahnya pun berubah menjadi merah padam.
Setelah Frankl melepaskan ciuman mereka, Clem langsung membekap mulutnya sambil menggerutu. "Bibirku sakit." Tuturnya teredam dengan tangan yang bertugas membekap mulutnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Storms END√
RomansaWARNING 21+ No. 02 di Action (26 Maret 2023) Cerita dark romence yang berawal dari sebuah insiden di mana kapal pesiar mewah Symphony Of The Seas karam. Membuat kedua manusia dengan berbeda pemikiran bertemu. Sebenarnya semua kejadian itu adalah seb...