Chapter 7

8K 399 2
                                    

Clementine menarik napas panjang dan mengeluarkannya perlahan. "Haa.. kau benar-benar pria yang menyusahkan." Walau dia perempuan, jangan dikira lemah seperti kebanyakan wanita di luar sana. Clementine menarik tangan Zhafir untuk menyeret tubuh pria itu. Namun, pergerakan yang dia timbulkan hanya 50 centi dari tempat awal. "Ayolah bergerak! Kau ingin pergi dari pulau ini tidak?"

Tetap saja pria itu bungkam. Clementine merasa tidak akan sanggup bertahan di pulau ini jika bersama seorang pria seperti Zhafir. Terlalu banyak mengeluh dan sedikit berusaha. Otot saja yang dibesarin, tanpa pikir panjang gadis itu duduk di atas tubuh Zhafir layaknya sebuah kursi. "Hoi! gadis gila apa yang kau lakukan?"

"Berpikir."

"Jangan lupakan, kau masih ada satu hutang pembuktian padaku."

"Hutang? Kau pikir aku akan melakukan hal yang kau inginkan itu? Tidak akan pernah! Teruslah bermimpi pria mesum!"

"Kau pikir apa yang ada di otak para pria jika hanya berdua di sebuah pulau bersama seorang wanita? Sangat tidak rasional jika kau menampiknya, bahkan pria yang kau pikir baik sekalipun pasti di otaknya tidak jauh berbeda dengan apa yang aku pikirkan sekarang."

"Jangan seenaknya menilai jika semua pria mempunyai otak kotor macam kau." Hardik Clementine sambil menunjuk-nunjuk dada pria itu tanda tidak setuju.

"Cih.. bocah kemarin sore kau tahu apa? Aku bahkan tidak yakin jika kau bisa membedakan tatapan pria yang mencintaimu dengan tatapan yang memanfaatkanmu."

"Tentu saja, karena aku bukan psikolog yang bisa menilai hanya dengan melihat tatapan mata atau mimik, bahkan bahasa tubuh seseorang!" Balas Clementine tidak mau kalah.

"Sebab itu aku mengatakan 'kau tahu apa?' bodoh." Suasana semakin memanas. Clementine menajamkan matanya. Tidak lama berselang gadis itu merubah posisi duduk, yang tadinya menyamping kini langsung menghadap Zhafir. Tanpa aba-aba, dia langsung menjambak rambut pria menyebalkan itu kesal.

Tidak tinggal diam, saat di perlakukan seperti itu Zhafir mencoba menahan tangan putih Clementine, namun tidak berhasil karena perempuan itu seperti kerasukan iblis. Hingga, beberapa kali kepalanya dihentak ke tanah. "Hen-hentikan bocah!"

Sungguh, bersikap sabar menghadapi kelakuan pria itu tidak ada artinya bagi Clementine. Dia tidak akan bisa. "Ayo.. kumpulkan.. ranting kering... Sekarang.. jugaaa..." Perintah Clementine masih mengacak-acak rambut Zhafir kasar.

"Sudah cukup!" Bentak Zhafir menahan kedua tangan Clementine. Dengan sekali gerakan kini posisi mereka tertukar. Zhafir menahan tangan Clementine dan menekannya agar menempel pada tanah.

"Lepas!" Ronta Clementine. Kini pergelangan tangannya terasa cukup sakit. Alasan yang baik untuknya mulai meringis.

"Aku tidak tahu kau sehebat apa tentang hal sial semacam ini. Tapi kau harus ingat aku sangat tidak suka diperintah oleh siapapun termasuk bocah sepertimu. Dan mengenai semua hal yang kau lakukan padaku," Zhafir menajamkan matanya menatap Clementine intimidasi. "kau! Satu-satunya orang yang berani memperlakukanku seperti ini. Aku sudah putuskan, mulai sekarang... akulah bosnya!" Keputusan Zhafir, menunjuk dirinya sebagai bos. Oh really? suatu keputusan yang hanya sepihak. Dalam situasi seperti ini, siapapun bisa mengatakan hal konyol itu.

"H-hehh?!"

Senyuman mengambang dari bibir pria itu.

"Hoi-hoi pria gila, kau tidak berhak memutuskan hal konyol seperti itu-"

"Ingat ya bocah, kau tahukan aku bisa melakukan apa saja semauku sekarang. Termasuk berbuat kurang ajar padamu. Tapi itu tidak akan aku lakukan jika kau menuruti semua perintahku."

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang