Chapter 70

2.5K 144 36
                                    

Frankl sampai di kediamannya, dengan hati-hati ia menarik tangan dari wajah Clem tanpa ingin membangunkan perempuan itu dengan di bantu tangannya yang lain, berhasil. Ia keluar dari mobil dan membuka pintu di samping Clementine untuk mengangkat perempuan itu ke dalam gendongannya memasuki mansion.

Para pelayan yang melihat, ingin membantu mengangkat tubuh Clem namun ditolak Frankl. Saat memasuki mansion, pandangannya tak sengaja menatap keberadaan Zia, Daniel dan tentu saja Bethany di ruang tamu. Frankl mengacuhkan mereka dengan memasuki lift menuju lantai 4 mansionnya. Setelah sampai di kamar, ia meletakkan tubuh Clem hati-hati ke atas tempat tidur agar perempuan itu tidak terbangun.

Tetapi, tidak lama terdengar suara seorang pelayan mengetuk pintu kamarnya, memberitahukan jika Bethany ingin bertemu dan berbicara. Hal penting apa yang ingin dibicarakan lantaran melupakan jika masih ada hari esok? Ini sudah malam. Frankl membuka pintu dan keluar segera agar suara-suara berisik tidak menggangu tidur istrinya. "Ada apa?" Tanya Frankl saat sudah berada di luar kamar.

"Aku sudah tahu siapa perempuan itu. Apa kau telah kehilangan akal?!"

Right pengadu, siapa lagi jika bukan sepupu dan sahabatnya? Juga, mengapa mereka repot-repot mencampuri urusan orang lain? "Benar sudah lama sekali semenjak keluarga kita mati." Tutur Frankl tanpa dosa.

"Mengapa kau tidak membunuhnya sekaligus? dia telah membunuh seluruh keluarga kita Abraham." Tutur Bethany tak terima. Sungguh ia tidak habis pikir dengan apa yang telah kakaknya lakukan? Membiarkan pembunuh keluarganya masih hidup? Yang benar saja.

"Bukan dia yang melakukannya. Tapi ayahnya." Datar Frankl ingin pergi dari sana, karena ia pikir perdebatan ini tidak akan ada habisnya.

"Tetap saja di tubuhnya mengalir darah dari si sialan itu!" Bethany marah. Jujur saja dulu pun Frankl berpikir demikian, tapi perlahan pemikiran itu mulai berubah.

"Aku sudah tidak ingin mengungkit tragedy itu Alyssa, kau istirahatlah." Tutur Frankl malas. "Lagipula aku sudah membalas apa yang pria itu lakukan, tidak ada alasan lagi bagiku untuk melenyapkan anaknya."

"Setidaknya kau tidak harus menikahinya! Dan membuatku tinggal bersamanya! Aku sangat membencimu Abraham sungguh." Tekan Bethany di akhir kalimatnya. "Kini aku bertanya-tanya apakah kau masih Abraham dari Lowenstein atau bukan." Bethany menyipitkan matanya sambil menggeleng tidak percaya.

"Jangan berani kau menyentuhnya. Ini adalah keputusanku." Tutur Frankl tajam penuh akan peringatan.

Bethany menatap Frankl sedih, ralat sangat sedih. Bibirnya terkatup seraya menahan tangis. "Lebih baik kau membunuhku Abraham." Tutur Bethany lirih. "Kau bukanlah kakakku. Yang aku tahu, Abraham selalu mementingkan adik kecilnya dibandingkan dengan siapapun." Bethany mengambil vas bunga terdekat sebesar segenggaman tangannya yang berbahan kaca bening, lalu menghantamkan ujungnya ke sisi nakas hingga membuat vas itu pecah berkeping-keping dan menciptakan sisi yang tajam. Kalut, Bethany mengarahkan sisi yang tajam ke urat lehernya mengancam. "Kau memilih aku saudaramu atau anak pembunuh itu?" Ancam Bethany menggores sengaja bagian lehernya hingga berdarah namun bukan di bagian yang fatal. Ayolah dirinya telah belajar letak bagian tubuh yang jika di sayat dengan luka yang cukup besar akan membawanya kepada kematian.

"Alyssa, letakan itu." Tutur Frankl berancang-ancang ingin mengambil benda tajam dari tangan adiknya. Ia masih sempat merutuk ketika anak buahnya tidak ada sama sekali yang menunjukkan batang hidungnya di sekitar sini.

"Aku akan menghitung hingga 4, jika kau belum juga memberikan pilihan, aku akan menganggap jika kau memilih pembunuh itu." Desak Bethany menggetar, nekat ingin membunuh dirinya sendiri. Sebenarnya dia benar-benar buta akan tujuan hidup.

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang