Chapter 29

3.6K 199 1
                                    

Frankl menyenderkan tubuh ke daun pintu dengan menggunakan alasan tangan. Tatapannya tertuju pada Clem yang menyuapi ibunya, sesekali Clem berbicara pada perempuan di kursi roda, dan berkali-kali mengusap air mata berusaha tegar di depan ibunya yang hanya memandang ke arah depan.

Ketika iris Clem tak sengaja bertemu keberadaan Frankl. Seketika mimiknya kembali berubah datar. Perempuan itu berubah menjadi sosok yang dingin dan bisu. Frankl menahan tangan Clem ketika perempuan itu ingin meletakkan piring di tangannya ke dapur. "Mengapa kau tidak pernah berbicara padaku lagi. Aku ini adalah suamimu."

Clem menyipitkan mata. Setelah semua yang Frankl lakukan? Pria itu masih ingin Clem menganggapnya sebagai suami? 'Musuh' lebih tepatnya. Clem menarik tangannya kasar. Dan terlepas. Ia meninggalkan pria itu tanpa sebuah jawaban. Dia pikir aku ini manusia batu yang tidak memiliki perasaan? Yang ketika disakiti akan tetap bersikap seolah semuanya baik-baik saja? Tidak.

Tak mau kalah, pria itu terus saja mengikutinya. "Apa kau sudah makan?"

Clem diam saja, peduli apa dirinya Clem sudah makan atau belum? "Kau mengandung anakku. Maka kau harus menjaga kesehatanmu." Peringat Frankl.

Tanpa ingin mendengar ceramah Frankl lebih panjang, Clem menyiapkan makanannya sendiri. Ia duduk tenang sambil menyuap bubur sisa ibunya yang ia masak tadi. Tapi baru beberapa suap saja, perutnya mulai terasa mual. Clem berlari ke toilet terdekat. Sebagai SUAMI YANG BAIK, Frankl mengikuti Clem masuk dan memijat punggungnya pelan.

"Apa makanan itu tidak bisa masuk ke perutmu? Apa kau ingin yang lain?"

Sebagai jawaban Clem melepas pijitan tangan Frankl di belakang lehernya. Tapi terus berusaha mengeluarkan isi perutnya.

Tidak lama berseling Frankl keluar dari toilet menyuruh beberapa maid memasak makanan berbeda, khusus untuk ibu hamil. Disusul Clem di belakangnya yang kemudian duduk di kursi makan lemas dan wajahnya agak pucat. Clem tidak pernah menyangka akan merasakan mual seperti ini.

Frankl kembali duduk di sisinya, "Aku dengar wanita hamil akan menginginkan hal-hal aneh, apa kau menginginkan sesuatu?"

Clem menggeleng, sepertinya dia mual karena jarang makan hingga perutnya kini susah menerima makanan. Fase mual yang ia tahu ketika hamil, saat usia kandungan menginjak tiga bulan. Dan kini usia kandungan Clem belum memasuki fase tersebut.

"Hamil?" Zia ikut masuk ke pembicaraan dengan raut cemas-cemas takut. "Siapa yang hamil Frank?" Kemudian ia menatap Clem jijik.

Frankl enggan menanggapi perempuan itu alsebab masih marah karena kejadian beberapa jam lalu.

"Frank?" Panggil Zia membujuk pria itu agar tidak marah lagi padanya. "Jawab aku Frankl."

Makanan siap dan telah tersaji di atas meja. Daripada menjawab Zia, Frankl lebih memilih menyibukkan diri membantu menuangkan makanan ke piring Clem. Perempuan itu hanya diam dan menatap Frankl aneh.

Walaupun perlahan, Clem tetap berusaha memasukkan makanan ke dalam perutnya. Hingga akhirnya, Clem tetap berlari ke toilet. Ia terduduk di depan closet lemah. Hingga, Frankl membapah tubuhnya kembali ke kamar mereka. Mengacuhkan keberadaan Zia yang sedari tadi terus bertanya. "Bagaimana perasaanmu?"

Clem menggeleng lemah,

"Apa kau ingin makan sesuatu?"

Lagi-lagi Clem hanya menggeleng sebagai jawaban. "Katakan sesuatu, agar aku mengerti."

"Benci.." bisik Clem tajam.

Frankl mengatupkan gigi graham, mencoba agar tidak terpancing emosi. "Aku melakukan ini bukan untukmu."

Clem menyunggingkan salah satu sudut bibirnya sambil tersenyum remeh. Dia pun tahu akan hal itu.

"Ponselku?" Frankl menagih barang miliknya, ketika sampai di kamar mereka.

Ah.. Ponsel, ponsel, dimana aku menaruhnya? Clem mengingat-ingat. Sepertinya ia menjatuhkan benda itu.

"Lupakan." Ucap Frankl tak jadi karena melihat raut Clem. Sudah pasti gadis itu lupa meletakkan benda pipih itu.

Frankl keluar dari kamar, dan tak lama kembali dengan iPad di tangannya. Ia berjalan ke depan jendela besar tanpa tralis untuk menelpon seseorang. Saat selesai dengan orang itu, Frankl pun memesan banyak makanan dari sebuah restoran.

Sambil menunggu pesanan makanannya datang, Frankl menyibukkan diri dengan membaca artikel-artikel tentang wanita hamil. Dirinya akan memberikan yang terbaik untuk anaknya kelak. Pasti. Awalnya Frankl memang bersemangat, namun ketika teringat yang mengandung anaknya kini adalah musuhnya, Frankl menutup dan mematikan iPad-nya tidak tertarik.

Jiwa kebapakan Frankl tidak dapat berbohong. Walau ia benci dan tidak peduli pada Clem, tapi dia tidak akan bisa menelantarkan anaknya, bahkan ketika anak itu belum lahir. Ia kembali menghidupkan tablet-nya lalu mengirim pesan pada Daniel untuk mencarikan dokter kandungan untuk Clementine.

Sesekali Frankl melirik Clem yang duduk di sisi tempat tidur, tidak melakukan apapun. Hanya memainkan ujung rok miliknya. "Apa kau tidak ingin melakukan sesuatu?"

Clam tidak mengubris perkataan Frankl. Dia tidak peduli dengan apa yang pria itu katakan atau bahkan lakukan.


*



To be continue, wkwkk pendek lagi cuk Chapternya. Chapter yang ringan-ringan dulu cuk.. nanti baru yang.. yang biasa aja.. 😂 Vote and comments yaw.. Thanks in advance. Anyway let's be friend 😍

Ulqquiora 🌹

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang