Walau matahari tidak sepenuhnya tampak, tapi suara ciutan burung yang begitu kentara dapat menjadi tanda bahwa hari sudah pagi.
Sejenak Zhafir memerhatikan setiap inci wajah gadis yang berada di pangkuannya. Memang sangat cantik. Tangannya terasa gatal untuk mengelus rambut coklat gadis itu, membenarkan letak anak rambut ke belakang telinga Clementine. Namun pergerakan itu membuat makhluk cantik di pangkuannya mulai terganggu.
Perlahan mata Clementine sedikit terbuka, tanpa bisa dicegah iris hijau itu langsung menyuguhkan sesuatu yang mengerikan "Aaaa!" Jerit Clementine. Hilanglah semua kantuk yang awal tadi masih dirasa menyempil.
"Ada apa Clem?"
Clementine mendongak "Aaaa" lagi-lagi jantungnya kembali menggedor rongga dada. Jantung Clementine terasa ingin keluar dari tempatnya.
Seketika Clementine terlonjak bangkit. "A-apa? M-mengapa aku bisa tidur di pangkuanmu?!" Pekiknya tak tertahankan.
"Bukankah kau menikmati tidurmu?" Zhafir tetap memasang wajah santai layaknya di pantai, by the way kini dirinya memang dekat dengan pantai.
Pipi Clementine bersemu merah padam "K-kau gila! B-benda apa itu?! Mengapa benda itu bisa langsung menghadap wajah ku!" Sungut Clementine menggebu-gebu. Tangannya menunjuk sesuatu yang menyembul di balik celana Zhafir.
Bukannya menjawab, justru Zhafir terkekeh geli. Hal itu tampak membuat Clementine tambah geram. "Aku ini pria, apa kau tidak tahu apa yang ada di dalam sana?" Tunjuk Zhafir pada miliknya sendiri, seolah-olah tanpa beban. Atau mungkin tidak punya malu?
"Menjijikkan," hardik Clementine.
Zhafir bangkit mendekati Clementine yang mengernyit tidak suka. "Apa kau belum pernah melihat harta paling berharga milik pria?" Tuturnya terus mendesak Clementine.
"Berhenti di situ tuan!" Pekik Clementine memperingati, kakinya mundur beberapa langkah.
"Kau ini sudah dewasa bukan? Apa kau tahu apa yang dilakukan orang dewasa di luar sana? Atau kau ingin aku ajari di sini?" Tanya Zhafir, yang menurut Clementine sangat menyebalkan.
Seandainya kini dia berada di penangkaran buaya ingin rasanya Clementine mendorong Zhafir agar menjadi santapan para buaya yang kelaparan. "A-aku t-tahu!"
"Benarkah? Bisa kau tunjukkan apa yang kau sebut 'tahu' itu?" Masih dengan wajah menyebalkannya, Zhafir terus menggoda dengan mendekati Clementine.
"Isshh.. ini tidak lucu!" Bagaimana bisa Clementine terjebak di pulau ini bersama seorang pria gila macam Zhafir!
Clementine terpekik kaget saat kedua tangan Zhafir merengkuh pinggangnya. "Aaaa! Tidak mau! aku tidak mau hamil!" Tangan putih Clementine terus meronta mendorong dada bidang itu.
Zhafir terkekeh geli "Mengapa tidak mau hamil? Sebagai seorang wanita sudah kodratnya kelak kau akan mengandung seorang anak. Nah sebelum itu, aku akan mengajarimu bagaimana cara memanjakan suamimu kelak."
"Tidak mau! Aaaa! biarkan tunanganku saja yang mengajariku setelah aku keluar dari pulau ini!"
Seketika rengkuhan tangan di pinggang Clementine mengendur. Perasaan tidak mengenakan apa yang tengah Zhafir rasakan kini? "Tunangan?"
"Ya! Empat bulan mendatang kami akan menyelenggarakan pernikahan, jadi kau tidak perlu repot-repot mengajariku!"
"Aku tidak percaya, lagipula aku juga tidak tertarik dengan bocah sepertimu." Elak Zhafir melangkah pergi ingin meninggalkan Clementine.
"Apa kau bilang?! Bocah?! Aku bukan bocah aku sudah 19 tahun." Kesal Clementine menyeruduk Zhafir dari belakang. Itu merupakan senjata satu-satunya jika ingin melumpuhkan lawan.
Lagi-lagi Zhafir dibuat tersungkur ke tanah. "Sial," dengan cepat Clementine membalik tubuh itu lalu mendudukinya.
"Lihat! Dia sudah memberikan cincin ini padaku!" Clementine menunjukkan jari manisnya yang masih tersemat cincin berlian ke depan wajah Zhafir. Beruntung tidak hilang jadi dia bisa memamerkannya pada pria gila itu dengan bangga.
"Oh.. ternyata kau sudah dewasa rupanya,"
"H-hah?" Ucap Clementine tak mengerti, "H-hei! Apa yang kau lakukan!" Lanjutnya terpekik saat kedua pahanya ditahan Zhafir.
"Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa kau sudah dewasa? Kini tunjukkan padaku bahwa kau memanglah seorang wanita dewasa." Tutur Zhafir serius. "Cium aku."
Mata Clementine membulat sempurna, apa yang sedang dipikirkan lelaki itu. "Apa kau sudah gila?" Bagi berbagai kalangan di negaranya ciuman merupakan hal yang biasa saja. Tapi tidak untuknya. Ciuman adalah sesuatu yang amat sakral yang akan dia lakukan hanya pada suaminya saja. Karena sampai sekarang pun dia tidak pernah mencium atau mencintai seseorang. Sekalipun tunangannya, dia sama sekali tidak pernah mencintai orang yang dia sebut sebagai tunangan itu. Jelas saja, bertemu saja belum, bagaimana mau cinta? Rencananya, dia berlayar untuk menemui tunangannya. Tapi Tuhan telah berkehendak lain.
Dan kini kenapa pula si gila Zhafir menyuruh untuk dirinya mencium seseorang yang bahkan bukan siapa-siapa. Itu tidak akan pernah dia lakukan! Bahkan jika matahari terbit dari arah barat sekalipun.
"Jika kau tidak melakukannya aku tidak tahu akan sampai kapan kita seperti ini."
Clementine berusaha melepaskan jari-jari itu dari pahanya. Memang sangat susah tapi tidak membuat dirinya menyerah begitu saja. "Lepas!"
"Oh aku tau kau butuh motivasi lebih untuk melakukannya," saat Zhafir mau menjelajahi paha mulus Clementine. Dengan sigap perempuan itu meninju wajah pria kurang ajar itu.
"Arghh," ringis Zhafir seketika kedua tangannya berpindah tempat sambil menahan sakit di hidungnya. 'sepertinya akan patah' batinnya terlalu mendramatisir.
"CK" Clementine mendelikkan mata, dia berdiri lalu tanpa Zhafir sangka, gadis itu menendang sesuatu yang pas di tengah-tengah selangkangannya.
"Arghhh gadis gila!" Pekik Zhafir berguling-guling kesakitan.
Clementine menatap pria yang sedang kesakitan itu dengan pandangan datar, seakan tidak ada rasa penyesalan sedikit pun "rasakan."
"Terkutuk lah kau bocah!"
Clementine manampakkan wajah menyebalkan, "apa! Mau lagi?!" Dia melayangkan tinjunya ke udara seraya memperingati.
"Arghh Aku tidak percaya pria bodoh mana yang ingin menikahi wanita barbar macam kau,"
Mendengar itu Clementine semakin memicingkan matanya. Mengintimidasi. Belum jera juga ternyata pria mesum itu. "Kau terlalu banyak bicara, cepat kumpulan ranting-ranting kering. Kita akan membuat unggun untuk memancing para tim penyelamat datang kemari."
"Kau habis menendang juniorku! Kau pikir aku akan kuat berjalan?!" Dongkolnya masih tergeletak di atas tanah.
"Baru begitu saja kau sudah K.O! Lemah!"
Oh.. gadis itu benar-benar membuatnya merasa amat dongkol. Sudah sakit ditambah Clementine terus meledeknya. Dia akan meledak sekarang juga. "Kau!"
Tapi, apa yang dikatakan gadis itu benar adanya. 'lemah'. Sebab dirinya memang tidak kuat melakukan aktivitas jika seperti ini keadaannya. Pria itu menarik napas panjang lalu membuangnya kasar. 'Pasrah' memang kata yang cocok untuk mewakili perasaannya kini. Zhafir menutup matanya menggunakan lengan tangan.
Clementine mendengus kesal. "Jika kau tidak membantuku mengumpulkan kayu dan ranting, jangan harap aku memberitahumu jika nanti ada orang yang datang ke pulau ini!" Ancamnya.
"Terserah apa yang ingin kau lakukan." Pria itu berbalik memunggungi Clementine acuh. Kini bumi adalah rumahnya. Dia sudah tidak peduli lagi akan pakaiannya yang kotor atau robek.
To be continue
Vote and coment yaw. Thank in advance ulqquiora 🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Storms END√
RomanceWARNING 21+ No. 02 di Action (26 Maret 2023) Cerita dark romence yang berawal dari sebuah insiden di mana kapal pesiar mewah Symphony Of The Seas karam. Membuat kedua manusia dengan berbeda pemikiran bertemu. Sebenarnya semua kejadian itu adalah seb...