Chapter 63

2.2K 112 1
                                    

Clem menatap keluar jendela kamarnya dengan tatapan kosong, entah mengapa rasanya begitu sepi. Ia tidak tahu harus melakukan apa tanpa adanya Frankl di sisinya. Mengapa Frankl pergi tanpa memberitahukan kepadanya terlebih dahulu? Clem menumpukan dagu dengan satu tangannya, sedang satu tangannya yang lain mengukir gambar abstrak di bingkai jendela lemah. Sudah dua hari dari kepergian Frankl, dan selama itu pula dirinya tidak ada melihat wajah pria itu. Bagaimana ia bisa? Sedang Frankl tidak memberikan fasilitas itu untuknya. Handphone misalnya? Ia mengembuskan napas panjang.

Tunggu sebentar, handphone? Frankl pernah memberikan ponsel padanya bukan? iPhone 11 beberapa waktu lalu? Namun ke mana smartphone itu? Clem bangkit, beranjak menuju lantai dasar. Seingatnya handphone Frankl masih ada padanya sebelum Zia berulah. Clem mengingat reka adegan saat Zia menjambak rambutnya dulu, menariknya dan menghempasnya ke lantai pantry. Perempuan itu mencari-cari di sekitar bawah meja, tidak ada. Di mana? ia kembali merunduk mencari di sela-sela yang memiliki celah terjatuhnya ponsel itu.

"Nona mencari apa?" Tanya seorang maid yang tidak sengaja lewat ingin membersihkan sekitar ruang makan.

"Apakah kau ada menemukan ponsel di sekitar sini? Atau mungkin di antara kalian?" Tanya Clem penuh harap.

Maid tadi menggeleng tidak tahu. "Tidak ada Nona." Akunya ikut merunduk dan mencari-cari bersama Clem.

"Baiklah, siapa namamu?" Tanya Clem yang setelah sekian lama tinggal di sana, sama sekali tidak mengetahui satu pun nama orang yang bekerja di mansion Frankl.

"Cloe, nona."

"Baiklah Cloe, tolang bantu aku menemukan benda itu." Pinta Clem.

"Baik, Nona." Tutur maid bernama Cloe patuh. "Tetap, jika Nona mau, Nona bisa menggunakan ponsel saya untuk menghubungi orang yang ingin Nona telephone."

Mata Clem beralih ke wanita itu. "Benarkah?" Binar bahagia terpancar, ternyata di mansion ini ada juga yang peduli padanya.

"Tentu saja Nona," ia merogoh kantong gaun miliknya lalu memberikan ponsel iPhone kepada Clementine.

"Umm apakah kau memiliki nomor Frankl disini?" Tanya Clem ragu, pasalnya ia tidak hapal nomor pria itu ataupun sekretarisnya.

"Maksud nona, Mr. Mendenhall? Maaf Nona, saya tidak ada." Memang siapa dirinya? Memiliki kontak pribadi Frankl. Dirinya bukanlah orang penting sehingga bisa memiliki nomor pribadi majikannya.

Raut Clem kembali berubah lesu. "Terima kasih Cloe, tapi aku tetap ingin menemukan iPhone 11 milik Frankl." Ia memberikan ponsel milik Cloe lemah dan kembali mencari-cari benda itu. Walaupun kemungkinan ditemukan sangat kecil, pasalnya benda itu telah lama hilang.

Namun, ketika mereka berdua lagi khusyuk mencari benda yang bernama smartphone itu, tiba-tiba seorang pria mendatangi mereka. Bisa Clem tebak jika pria itu adalah orangnya Frankl. Karena tidak mungkin orang luar bisa masuk mansion Frankl dengan sembarangan.

Pria itu menyerahkan smartphone keluaran terbaru iPhone 12 pro berwarna dusty pink. "Ini Nona, dari Tuan Mendenhall." Ia menyerahkan smartphone itu ke tangan Clementine.

Sedang perempuan itu hanya melongo, dan mengedip-ngedipkan matanya bingung. Bagaimana Frankl bisa tahu jika ia membutuhkan ini. Clem mengecek kontak, hanya tertera nama The King disana. Nomor siapa lagi jika bukan Frankl. Seketika Clem tersenyum.

"Baiklah Nona, saya permisi dulu." Tutur Cloe pamit sedikit membungkukan badan sopan.

"Terima kasih Cloe karena sudah membantuku," senyumnya pada maid itu, lalu mencari tempat duduk ternyaman untuk ia memainkan ponsel di tangannya.

Tetapi pria itu tidak meninggalkan dirinya bersama ponsel baru miliknya. "Ada apa?" Tanya Clem bingung saat pria itu hanya memerhatikannya.

"Jika ada lagi yang Nona butuhkan, Nona bisa memberitahukan kepada saya." Tawar pria itu menunggu.

"Terima kasih, kau bisa kembali." Senyumnya ramah. Setelah orang Frankl yang mengantar ponselnya telah pergi, ia langsung menekan tombol panggilan video kapada nomor satu-satunya di ponsel itu.

*

Di sisi lain Frankl terus saja memerhatikan kegiatan Clem sedari tadi hingga ketika tablet miliknya menunjukan ada panggilan video masuk dari nick name My Queen. Sontak saja, tanpa menunggu lama jarinya langsung men-swep icon untuk mengangkat panggilan video tersebut. "Apa kau merindukanku?" Senyum Frankl percaya diri.

Clem melirik ke arah lain malu. Lalu bergumam, "Yes,"

Ah.. Frankl senang bukan kepalang ketika mendengar pengakuan istrinya itu. Rasanya ingin ia cium saja. "Aku merindukanmu juga baby, beri aku kecupan." Frankl memanyunkan bibirnya pada kamera.

Sontak Clem memutar kedua bola matanya muak lagi jijik. Tanpa membuang waktu lebih lama, ia langsung menekan tombol matikan panggilan. Dia hapal benar pringai Frankl yang selalu berlebihan ketika mengutarakan perasaan cinta kepada dirinya.

Ketika Frankl ingin kembali menelpon, tetiba saja sekretarisnya masuk dan memberitahukan padanya jika para penghianat telah tertangkap, hanya tinggal menunggu instruksi dari Frankl untuk mengambil keputusan, serta pertimbangan hukuman apa yang pantas mereka terima. Namun tenang eksekusi pasti terjadi tapi tidak sekarang. "Bawa mereka kehadapanku." Perintah Frankl tajam, sangat berbanding terbalik ketika ia berhadapan dengan istrinya, Clementine.

*

To be continue, pendek banget gaess tapi gak papa lah yah.. votes and comments yaw, Thanks.

Ulqquiora 🌹

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang