Chapter 20

5.3K 238 3
                                    

"Kau tahu Clem akulah penyebab ibumu menjadi seperti itu." Senyumnya sentimental ganjil. Barangkali itulah sosok dirinya yang sebenarnya. Tidak berperikemanusiaan dan psycho. "Well, kau tahu scane apa yang aku ciptakan setelah itu." Akunya layaknya orang yang tak berdosa.

Clem terdiam mencerna setiap kata yang baru saja Frankl ucapkan. Apa yang pria itu coba sampaikan kepadanya? Clem sama sekali belum mengerti.

"Akulah yang membawamu ke pulau itu, dan membuatmu seolah-olah terdampar." Hening sejenak, "Tepatnya akulah yang mempermainkan hidupmu. Akulah tuhanmu yang mengatur segala takdirmu. Haha"

Frankl menepuk sekali tangannya. Seketika dua bodyguard yang berada di luar kamar masuk. Lalu tanpa adanya peringatan apapun kedua bodyguard itu menahan masing-masing lengan Clem. Sontak saja Clem berontak. "Apa yang kalian lakukan! Lepas!" Clem mencoba menarik kedua lengannya agar terlepas dari genggaman maut pria berotot besar itu. Tetapi naas keinginannya untuk terlepas dari cengkaraman sangat tidak mungkin, malah terasa makin meremukkan. "Sakit.." ringis Clem pelan.

"Ada apa my lady?" Ucap Frankl dengan raut iba yang terlihat begitu fake. Clem benci itu.

"Aku paham sekarang," ucap Clem pelan, mendongak menatap iris coklat di depannya entah pasrah, ataukah kebencian yang terpancar dari tatapannya itu. "Siksa saja aku, tapi lepaskan ibuku. Kau sudah mengambil orang yang paling kusayangi. Apa itu tidak cukup bagimu?"

"Ck ck ck kau tidak dapat mengatur Tuhan, dear. Kau adalah hamba yang tidak tahu apapun akan takdir yang menimpamu kelak. Jadi nikmatilah saja takdir seperti neraka didalamnya, karena Tuhanmu ini tengah berbelas kasih, tidak langsung mengirimmu ke neraka bersama para iblis-iblis yang hanya penuh dengan kekosongan dan kedengkian." Senyum Frankl, tidak, tetapi menyeringai lebih tepatnya. "Siksa dia dan patahkan semangat dan kesombongannya." Perintahnya kepada orang-orang yang menggapit lengan Clem. "Berhentilah menatap seolah akulah yang menginginkan ini terjadi. Memang seperti yang aku katakan, akulah Tuhanmu, tapi ayahmu lah yang membantuku menuliskan takdirmu dan keluargaku dengan jalan yang seperti ini." senyum Frankl penuh dengan kedustaan dan pesakitan.

"Kau bukan Tuhan." Tekan Clem penuh kebencian. "Kau hanyalah pria kesepian yang hampir gila karena dendam." Telak Clem, hal itu membuat Frankl tersenyum kecut.

"Right, i'm a mad." Senyumnya masih sama. Senyum pesakitan. "Hancurkan kehormatannya."

Salah satu bodyguard terlihat ragu akan perintah itu, yang benar saja dia menyetubuhi istri dari majikkannya? "T-tapi, Nona adalah istri tuan." Ucap salah satu bodyguard takut-takut. Pasalnya bosnya ini sangat tidak suka segala sesuatu yang berlebel mutlak miliknya disuntuh orang lain.

DOR DOR suara letusan senjata api mengaum, peluru melesat menembus atmosfer menghancurkan tengkorak salah satu bodyguard yang kini telah terbujur kaku di lantai marmer. Tenkorak dan dada orang itu telah ternodai dengan darahnya sendiri yang mulai merembes. Clementine berteriak ketakutan, sama halnya dua wanita yang pulang bersama Frankl tadi. Kedua perempuan itu berlari ingin meninggalkan ruangan tetapi naas keduanya pun ikut roboh ketika peluru berikutnya melesat dan bersarang di punggung masing-masing wanita bayaran itu.

Lantai dipenuhi darah dari tubuh yang tanpa nyawa. Sedang Clem hanya bisa berteriak, menangis, tanpa bisa berbuat apapun, karena satu bodyguard masih menahan lengannya.

"Aku memang tidak suka apapun yang telah menjadi milikku disentuh dan diusik orang lain, tapi.." Frankl bersandar dan duduk di sofa kamar mewah miliknya menelisik pemandangan di depannya yang penuh seni estetik-menurut pria itu, hingga pandangannya jatuh pada wajah pucat Clem. Sepertinya sebentar lagi perempuan itu akan memuntahkan sebagian isi perutnya. "Perempuan ini tidak ada artinya untukku."

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang