Chapter 57

4.2K 124 0
                                    

Kini matahari telah menyembunyikan diri, berganti shift dengan bulan untuk menyinari bumi walau tak sebanyak matahari di siang hari. Walau tidak begitu terang namun cukup untuk menjadi penerang kala gelap gulita menyelimuti.

Senyap sunyi, ketika hanya ada suara alat makan yang beradu argumen sedari tadi. Orang-orang yang ada di balik meja makan hanya melahap makanan dengan pikiran melayang ke mana-mana. Tak terkecuali Frankl yang sedari tadi hanya diam dan tersenyum-senyum sendiri. Seperti orang bodoh. Tidak biasanya pria itu bertingkah aneh di depan banyak orang. Apa lagi tersenyum-senyum kala menatap makanannya.

Sedang Clem tidak berani menatap wajah Frankl karena malu dengan aktivitas dan pengakuannya tadi.

Jean dan Zhafir pun hanya diam menyantap makanannya. Jean tahu jika Zhafir tengah menahan marah karena cemburu saat mendengar desahan-desahan Clem dan Frankl di kamar sebelah. Semua orang pasti tahu apa yang sedang mereka lakukan sore itu. Pria itu muak! Tanpa siapapun sangka Zhafir menghempas sendok dan garpu di tangannya kasar, hingga membuat semua orang di sana terperanjat.

"Ada apa Vy?" Tegur Clementine menatap Zhafir tak mengerti.

"Tidak apa, besok aku dan Jean akan pergi dari sini." Tutur Zhafir ketus.

"Oh bagus kalau begitu," celetuk Frankl mengukir senyuman remeh.

Sontak Clem menatap Frankl mengintimidasi, sedang yang di tatap hanya mengangkat bahu acuh. Clem beralih menatap Zhafir bertanya-tanya apakah dia ada melakukan kesalahan, "Mengapa cepat sekali?"

"Menurutmu?" Ketusnya, sama sekali tidak ada memberikan kesan ramah. "Selain itu aku jadi tidak perlu mendengar desahan wanita penjilat sepertimu di sini. Aku tidak tahan." celanya tidak tanggung-tanggung.

Clem mengatupkan bibir kesal. Sedang Frankl sudah ingin menghadiahi Zhafir bogeman jika saja Clem tidak menghentikan Frankl cepat. Frankl kembali duduk lalu menarik tengkuk Clem dan mengecup bibir perempuan itu panas di depan Zhafir, menegaskan bahwa perempuan itu adalah miliknya. Hingga dapat ia pastikan Zhafir tengah mengeraskan rahang menahan amarah di sebrang meja sana. Itu membuatnya puas.

Clem mendorong tubuh Frankl, melepaskan pagutan mereka. Ia pun melemparkan tatapan kesal pada pria itu sebelum kembali duduk. "Jika kau sudah memutuskan aku tidak dapat melakukan apa-apa."

"Dan kami akan melangsungkan pernikahan,"

Clem terdiam sejenak, Frankl melirik ke arahnya yang terlihat memendam sesuatu, kecemburuan? "O-oh selamat." Ucap Clem bukan dari hatinya. Yang benar saja? sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya?

"Bagus, jika itu benar. Jadi kau tidak bisa merayu istriku lagi." Frankl mencoba menghangatkan hati Clem karena raut wajah perempuan itu terlihat tidak bahagia.

"Frankl!" Tutur Clem semakin tidak suka. Ia bangkit dan meninggalkan ruang makan karena berada di sana hanya membuat perasaannya sama sekali tidak nyaman.

Frankl mengikuti dari belakang.

Sedang Zhafir mengembuskan napas panjang. Setidaknya ia berhasil membuat Clem merasa cemburu. Dan juga, sebenarnya ia tidak sungguh-sungguh menghina Clem atau ingin menikahi Jean. Hanya saja, dirinya kesal pada Clem karena bersetubuh dengan pria lain sedang ia menggantungkan perasaannya.

Jean yang hanya diam, membantu Zhafir ke kamar saat pria itu ingin beranjak.

Clem keluar, menatap pemandangan malam dari teras mansion. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Dia kesal pada Frankl yang terus menambah bumbu kecemburuan saat di ruang makan tadi. Sedang Zhafir, entahlah dirinya pun bingung harus bersikap bagaimana pada pria itu.

"Ada apa sayang?" Frankl muncul dan memeluk tubuh Clem dari belakang lembut lagi posesif. Ia menghujani tengkuk Clem dengan kecupan lembut.

"Lepas Frank!" Ronta Clem tidak suka, bagaimana jika orang lain melihat mereka?

Namun bukan Frankl namanya jika melepaskan miliknya. "Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu my little bird." Tuturnya manja, mencium tengkuk Clem gemas tidak ingin berhenti.

"Ishhh Frank!" Risih Clem mencoba melepaskan pelukan pria itu dari tubuhnya. "Ada apa dengan dirimu!" Jengah Clem saat tak berhasil melepaskan kaitan tangan Frankl yang bagaikan prangko di tubuhnya.

"Aku gila karenamu babe," tutur Frankl manja, membuat Clem ilfil sendiri.

"Jangan berlebihan, kau membuatku jijik dan mual." Tutur Clem sarkas yang langsung disambut dengan gelak tawa pecah dari Frankl.

"Aku pun jijik saat mengatakannya, tapi apa boleh buat aku sangat mencintaimu Clem." Tuturnya terkekeh geli.

"Terserah kau saja." Pasrah Clem tak peduli.

"Aku mencintaimu," Frankl menirukan gaya Clem saat mengatakan cinta padanya waktu di bath tub tadi. Lalu mengecup pipi Clem lembut seperti halnya saat Clem mengecupnya.

Antara merona dan malu, ia pikir saat Frankl mengungkapkan hal tersebut sepertinya lebih baik dari pada dirinya. Clem tersenyum. Pria ini benar-benar manis. Tidak pernah sekalipun ia menyangka jika Frankl memiliki sisi lembut nan romantis. "Apakah ini benar-benar Frankl yang aku kenal?" Tanya Clem menoleh tidak percaya, namun ia hanya melihat senyum sentiment di wajah tampan itu.

Frankl melirik bibir sexy Clem dan ingin sekali menghukum bibir yang berani meragukannya itu. Pelukannya mengendur satu tangannya beralih menahan pipi Clem agar tetap pada posisinya sehingga ia dapat mendaratkan kecupan pada bibir pink itu.

Saat satu tangan kekar Frankl yang lain menyingkap rok miliknya, dengan cepat Clem menarik bibir lalu menatap iris hazel itu, "No finger."

Frankl terkekeh pelan lalu kembali melumat bibir istrinya yang seperti candu itu. Seandainya ia bisa menghentikan waktu, ia ingin seperti ini selamanya.

*

To be continue, vote and comments gaes thanks in advance

Ulqquiora 🌹

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang