Chapter 43

2.9K 136 1
                                    

Tidak lama Frankl mengetuk pintu kamar mandi. "Ini baju handukmu!"

Clem menyadarinya. Mengapa dirinya tidak sadar sama sekali? Malah justru Frankllah yang memperingatinya. Berpikir jika ada hal yang buruk ketika ia membuka pintu, lantas ia berdiri saja di balik pintu kaca kamar mandi yang didesain blur.

Frankl menyadari jika Clem berdiri depan pintu dan ragu untuk membuka pintu kamar mandi. "Buka saja, mengapa kau hanya berdiri di sana?" Frankl mengetuk lagi. "Bahkan aku sudah sering melihat dan menikmati tubuhmu." Gumamnya pelan namun masih terdengar dipendengaran Clem.

Benar juga, namun kenapa Clem masih malu? Atau dirinya masih menanggap Frankl sebagai orang asing? Clem membuka sedikit celah pintu kamar mandi ragu.

Frankl langsung menjulurkan tangannya ke dalam. Clem menyambut dan langsung memakai baju handuk itu. Membiarkan rambut basahnya tergantung-gantung, perempuan itu keluar berbalutkan baju handuk yang hanya sebatas paha.

Pria itu memandang dengan penuh minat. Namun, ia tersadar dan cepat-capat kembali ke atas tempat tidur dan menutup kepala dengan bantal. Meredam gejolak lelakinya.

Di samping itu Clem mencari pakaian dari dalam paper bag yang dibawakan pelayan kamar tadi. Terdapat beberapa stel pakaian dengan model dress berwarna hitam, merah dan emas. Pasti itu warna kesukaan pria itu, pikir Clem. Apa pria itu tidak memikirkan warna kesukaannya? Clem memutar kedua bola matanya. Apakah itu mungkin? Frankl memikirkan hal yang disukainya? Kiamat.

Tanpa pikir panjang lagi, Clem mengenakan dress short shoulder berwarna merah sepanjang lutut. Tumben pikir Clem, pria sinting itu membelikan baju manusia normal seperti ini? Biasanya baju kekurangan bahan lah yang terus ia kenakan.

Clem meng-shading foundation dan bedak tipis ke wajah, lalu mengoleskan lipstick berwarna oren tipis ke bibir miliknya, tidak lupa eyes shadow kuning mix oren menghias kelopak matanya. Serta blash on pink yang tipis sebagai sentuhan terakhir. Perfect.

Clem melihat pantulan dirinya di meja rias, merasa kembali ke masa ketika ia melihat dirinya sendiri di kaca kamar miliknya. Rutinitas yang selalu ia lakukan ketika selepas mandi. Saat ini ia menjelma ke dirinya di masa lalu dan tersenyum sumbang.

Selesai dengan dirinya, Clem mengambil posisi duduk di sisi Frankl sambil bersandar di kepala tempat tidur. Memainkan gaun merahnya di lutut, bingung ingin melakukan apa lagi.

Teringat dengan kertas perjanjian di atas nakas, tangan Clem terjulur meraihnya, melewati kepala Frankl yang tengah tertutup bantal tepat di bawah perutnya.

Karena merasa gaun Clem menyentuh tangannya, sontak Frankl membuka penutup bantal di wajah. Mencari tahu apa yang Clem lakukan kini. Dan langsung, pandangan matanya seketika disuguhkan perut Clem yang masih terlihat rata berbalutkan dress merah yang melekat di tubuhnya yang ramping. Frankl menatapnya tanpa berkedip. Frankl pikir, apa Clem sengaja menggodanya?

Saat sudah berhasil meraih kertas itu, Clem tetiba merasa sepasang tangan memeluk tubuhnya dan membalikkan perlahan posisi mereka. Clem berada di bawah sedang Frankl di atasnya sambil menahan tubuh besarnya dengan lengannya.

Ditatap lekat dengan sepasang mata tajam itu, Clem melirik ke samping tak percaya diri, sedang tangannya masih menggengam kertas di depan dada.

"Manis sekali, boleh kah aku menyentuh istriku?" Ijin Frankl lembut, yang sangat menggelikan dan menggelitik di telinga Clem saat mendengarnya. Sejak kapan pria itu butuh ijinnya?

Clem tidak membalas. Justru membatasi wajah mereka dengan kertas di tangannya sebagai penolakan. Ia membaca surat perjanjian itu lagi. Surat yang dia tunggu-tunggu namun masih tidak terdapat tanda tangan pria itu di sana.

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang