Chapter 12

5.9K 271 2
                                    

Astaga Zhafir hampir gila karena perempuan itu selalu menolaknya! Di dunia ini tidak ada yang bisa lolos dari pesona maut yang telah ada pada dirinya sejak lahir. Harta? Tunggu saja jika aku keluar dari pulau ini i'll show you. Tampan? Kau buta jika tidak melihatnya pada diriku nona. Sexi? Kau akan meleleh ketika melihat kejantananku.

Tapi Clementine adalah pengecualian. Zhafir sakit hati! Hingga membuatnya hampir gila karena menginginkan seseorang yang telah bertunangan. Satu hal yang dia sadari baru-baru ini bahwa kepolosan itu merupakan nilai plus bagi Zhafir. Selama ini wanita yang dia kencani semuanya sebagian besar orang yang telah berpengalaman, sedangkan Clementine? Gadis suci yang tidak terjamah oleh pria manapun. Gadis yang jarang ditemui di era seperti ini.

PLAK Zhafir menampar wajahnya sendiri berulang kali, "Sadar! Sadar! Sadar! Sadar! Sadar! Kaulah sang Angel, kau tidak pantas mengemis cinta hanya karena tidak ada perempuan lain, bersabarlah kau akan segera keluar dari pulau sialan ini Havy." Zhafir mencoba memulihkan harga dirinya yang telah tercoreng. Guna meningkatkan kepercayaan diri. Tapi, sangat sulit karena nama Clementine terus memenuhi otaknya setiap saat setiap waktu.

Pria itu berjalan mondar mandir sambil mengelus jambang yang mulai tumbuh dengan satu tangannya, sedang tangan yang lain dia sampirkan ke pinggang. Hal itu terus ia lakukan sampai seseorang muncul dari balik pepohonan. "Havy," panggilnya pelan.

Keduanya saling menatap dan suasana terasa canggung. "Maaf," tutur mereka bersamaan.

Clementine berjalan lebih dekat sambil menundukkan kepala, sedang Zhafir menatapnya heran. "Ada apa?"

"Aku hanya berpikir jika tidak seharusnya aku menamparmu disamping hubungan kita yang kian membaik."

Tanpa siapa pun tahu Zhafir mengulas senyum tipis, 'kan apa yang dia bilang, polos itu suatu hal yang menggemaskan. Tapi, senyuman Zhafir seketika musnah ketika Clementine mengangkat wajah berniat menatapnya. Tangan putih Clem terulur dan menyentuh kening Zhafir pelan.

"Aku baik-baik saja," ucap Zhafir memberitahukan apa yang dia rasakan. Kondisinya kini jauh lebih baik. Mungkin. Setidaknya itulah yang dia rasakan ketika ramuan herbal Clementine mengcover tubuhnya di bagian tertentu.

"Terima kasih," ucap keduanya bersamaan. Mereka kembali terdiam. Hingga Clementine berinisiatif untuk membuka suara saat tidak ada kata yang terlontar dari bibir pria di depannya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka berdua?

"Aku bahkan belum sempat mengucapkan terima kasih karena kau telah menolongku dari serangan serigala milik Frankl." Clem menyelipkan anak rambut ke belakang telinga canggung.

Ah betapa manisnya gadis ini, mengapa aku baru benar-benar menyadarinya sekarang? Rambut coklat panjang miliknya, iris hijau cerah bagaikan taman di musim semi, kulit putih mulus yang bagaikan salju itu. Aku sungguh mengidam-idamkannya terbangun di balutan tanganku, kulit kami yang saling bersentuhan, udara di malam hari yang mengitari bertukar satu sama lain, ah my little bird. Tapi satu yang kurang, mungkin dia terlalu kurus-

Clementine melambaikan tangan di depan pria itu, sontak saja Zhafir tersentak dari pemikiran liarnya. "A-ada apa Clem?" Ucapnya salah tingkah.

"Kau memikirkan sesuatu?"

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang