Di sebuah taman kanak-kanak, seorang bocah perempuan menangis karena dijahili teman-teman seusianya. Isi tasnya berhamburan ke tanah. Kelihatannya orang tua dari gadis itu belum menjemputnya.
Ketika masih sibuk menangis, seorang bocah lelaki menghampiri dan memasukkan barang-barang berserakkan itu ke dalam tas sang gadis yang sedang menangis tersebut. "Berhenti menangis. Bilang ayah itu hanya untuk orang lemah." Tegur bocah lelaki menyenderkan tas pink ke kaki si bocah perempuan.
"Hiks hiks" bocah perempuan mendongak melihat orang yang tidak dikenalnya. "Siapa kamu?" Tanya sang bocah cadel. Apa mereka satu sekolah?
"Kenapa kamu ingin tahu?"
"Ayo kita berteman!" Gadis itu bangkit menepuk rok dan memasang tas pink-nya semangat sambil menjulurkan tangan. "Aku Clementine. Tapi ayah dan mom memanggilku Clem. Kau juga boleh memanggilku Clem. Hehe," Clem memamerkan gigi-gigi putihnya senang. Sebenarnya Clem adalah anak yang baik, namun teman-temannya tidak menyukai Clem karena terlalu polos dan cengeng.
Bocah lelaki itu menjabat tangan yang lebih kecil dari gemgamannya. "Aku Abraham."
"Senang bisa berteman denganmu Ablaham, Ayo main!" Sang bocah perempuan menarik tangan teman barunya senang sambil ke arah ayunan yang ada di belakang mereka.
"Ab, kau naik pertama dan Clem akan mengayun dari belakang." Tutur Clem lagi manis.
Ab? Ah.. mungkin Clem kesulitan memanggilku dengan nama itu, makanya memangkas beberapa huruf agar membuatnya lebih mudah diucapkan. "Bilang ayah, seorang laki-laki harus mengalah pada perempuan. Lagipun, aku tidak mau main ayunan, kamu saja yang naik. Aku akan membantu mengayunmu."
"Sungguh?" Ucap Clem berbinar-binar.
Bocah lelaki itu menangguk.
Lalu dengan senang hati Clem duduk di atas ayunan, sambil perlahan Sang bocah lelaki mengayun pelan dari belakang. "Mengapa kau menagis?"
"Mereka jahat. Masa mau ambil Tini Clem." Ujarnya manyun. Anak rambut Clementine kecil beterbangan ke depan dan ke belakang seirama ayunan dari bocah lelaki yang merupakan teman barunya.
"Siapa Tini?"
Clem memberhentikan ayunan Abraham dengan menurunkan kaki ke tanah menahan. Tangan mungilnya merogoh ke dalam tas dan menemukan boneka kecil berbulu putih lembut seukuran genggaman tangannya. "Ini Tini." Clem menengadahkan kedua tangan menampung benda lembut itu. "Ab, mau ini?"Tanya Clem ragu lagi sedih. Dia tidak rela memberikan benda kesayangannya pada orang lain. Tapi, sebagai tanda mereka telah berteman, apa boleh buat Clem terpaksa menawarkan benda itu. Huftt..
"Tidak perlu, aku laki-laki. Laki-laki tidak bermain boneka." Tolak bocah lelaki spontan. Seketika wajah Clem kembali ceria.
"Benarkah?!" Matanya berbinar-binar bahagia. Namun itu tidak berlangsung lama, "emm.. tapi Ab, harus menerima ini sebagai tanda bahwa kita telah berteman," Clem menyerahkan benda itu ke tangan bocah lelaki yang terlihat keberatan. Padahalkan benda itu sangat ringan buuuu.
Tidak berlangsung lama ibu Clem datang menjemput "Clem sayang, ayo kita pulang!" Panggil ibu Clem ingin menghampiri keberadaan anaknya di ayunan.
Clem menoleh, dan berlari sambil melambaikan tangan pada Abraham. "Sampai jumps besok!"
*
"Aku tidak pernah menyangka kau anak dari pembunuh itu." Frankl merapikan anak rambut di wajah terlelap Clem. Satu tangannya menopang kepala dengan badan mereng ke arah gadis itu.
Sesaat tidur Clem terganggu. Ia mengigau memanggil ayahnya pilu. Mendengar itu membuat tangan yang mengelus kepala Clem terhenti, rahangnya mengeras seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Storms END√
RomansaWARNING 21+ No. 02 di Action (26 Maret 2023) Cerita dark romence yang berawal dari sebuah insiden di mana kapal pesiar mewah Symphony Of The Seas karam. Membuat kedua manusia dengan berbeda pemikiran bertemu. Sebenarnya semua kejadian itu adalah seb...