Sebelum memasuki mobil, Clem memeluk wanita tua yang telah ia anggap sebagai ibunya sendiri itu lembut, "Bye, Martha." Tuturnya melepas pelukan itu.
Dilanjutkan Frankl yang memeluk ibunya. "Jaga kesehatanmu, kapanpun kau ingin berkunjung, aku akan menyuruh orang untuk menjemputmu."
Clem dan Frankl memasuki mobil, setelah itu Frankl memacu kendaraannya ke jalan raya. Selama di perjalanan mereka hanya berdiam-diaman.
Sesekali Frankl melirik istrinya itu heran karena rautnya selalu tertekuk murung. "Kau kenapa?"
"Aku benci bersamamu," ucap Clem memutar kedua bola matanya kesal. Kenapa pria itu masih tanya alasannya?
Frankl tergelak lalu tangannya terulur mencubit hidung Clem gemas. "Kau tidak boleh seperti itu dengan suamimu sayang, kita sudah membuat perjanjian bukan, apakah kau ingin membatalkan perjanjian itu?"
Ah iya perjanjian, Clem baru ingat dia harus berkelakuan baik pada pria itu. Dengan cepat Clem merubah rautnya kemudian tersenyum dipaksakan "baiklah sayang, maafkan aku okay?" Tuturnya dibuat-buat.
"Hahaha" Frankl tergelak lagi. Sambil tertawa ia mengatakan okay.
Mendengar itu Clem memutar kedua bola matanya lagi, lalu memunggungi keberadaan Frankl di sampingnya. Frankl menepikan mobilnya di sisi jalan, tangannya terulur lagi ke kepala Clem dan mengelusnya lembut hingga membuat Clem mengernyit lalu menengok ke arah pria itu. "Apa?"
"Tidak, aku hanya menyukai rambut coklatmu, lembut. Bagaimana kau merawatnya?"
Clem membalikkan tubuhnya menghadap Frankl dan menatapnya aneh. "Hanya berkeramas dan memberikan conditioners setelah berkeramas."
"Hanya itu?"
Clem menganggut, "dan memberikan vitamin rambut tiga kali seminggu."
"Cantik, emm maksudku apakah kau juga melakukan itu selama tinggal bersamaku?"
"Bagaimana aku bisa? Bahkan aku tidak pernah berpikir untuk mengurus tubuhku karena kau selalu menyiksa dan menyetubuhi saja," senyum Clem mengejek. "Tidakkah kau liat memar-memar ini?" Clem menunjukan lengannya yang berwarna biru kekuningan, bekas memar yang sebentar lagi akan menghilang. "Lagi pula aku menikmati perlakuanmu padaku, membuatku mendambakan kematian agar lebih cepat menghampiriku."
Frankl mengembuskan napas panjang, kemudian kembali menyalakan mesin mobil.
*
"Ingin aku masakan Spanish Mackerel Stew?" Tawar Jean.
"Tidak perlu, aku tidak lapar."
"Bagaimana jika fruitcake saja? Sangat segar-"
"Stop Jean! Aku bilang aku tidak lapar." Bentak Zhafir tanpa sadar meninggalkan kamarnya menuju ruang baca sekaligus ruang kerjanya.
Jean terdiam, sesuatu di dalam dadanya terasa amat nyeri. Mengapa perlakuan Zhafir padanya sangat berbeda? Zhafir memperlakukannya seolah-olah seperti orang asing. Zhafir menolak untuk dicium, disentuh olehnya, bahkan pria itu menjauhinya sekarang. "Apa dia masih marah?" Gumam Jean sedih, tapi tadi Zhafir bilang dia tidak marah karena itu, lantas karena apa?
Jean menyusul Zhafir ke ruang kerja pribadinya, pria itu terlihat sibuk dengan laptop di depannya. Ataukah karena banyak pekerjaannya yang tertunda dan karena itu juga dia menjadi stress lagi sensitive seperti ini? Namun, sebelumnya Havy tidak pernah menyakitiku jikalau menyangkut pekerjaannya, batinnya terus saja menduga-duga. "Umm maaf soal tadi, aku tidak bermaksud memaksamu. Apakah aku boleh masuk?"
"Hmm," balas Zhafir, membuat Jean bertanya-tanya lagi, deheman itu untuk pertanyaan yang mana? Mengapa semuanya menjadi rumit begini?
Jean memasuki ruang kerja Zhafir memandang sekeliling. "Rasanya sudah lama sekali aku tidak ke sini,"
Zhafir tidak membalas masih fokus dengan laporan-laporan yang tertera di layar laptop.
Kali ini Jean lagi dan lagi menatap Zhafir sedih, ia merasa dirinya benar-benar diacuhkan oleh pria yang berjanji akan saling menukarkan cincin di altar kelak. Tidak menyerah, Jean berjalan ke belakang kursi Zhafir lalu memijat pundak pria itu. "Apa kau tidak ingin beristirahat barang sejenak bersamaku vy?"
"Aku sudah terlalu lama beristirahat."
"Apakah ada masalah di perusahaan?"
Zhafir tetap bungkam, tidak ingin mengubris perkataan perempuan itu. Otaknya sudah pusing karena masalah mansion, Frankl dan Clem. Mengapa sekarang Jean malah ingin menambahnya?
Kesal, Jean menutup paksa laptop milik Zhafir kasar. "Hey! What the?"
"Kau mengacuhkan keberadaanku Zhafir!" Kesalnya.
"I didn't." Elak Zhafir ikut terpancing emosi.
"No! I can feel that you're ignored me."
"Mungkin sebaiknya kau pulang ke hotel, besok kau bisa kembali lagi ke sini." Tuturnya datar.
"Lihat, kini kau mengusirku. Apa yang terjadi denganmu?" Tutur Jean sendu, "Apa kau sudah tidak memcintaiku lagi?" Kali ini perempuan itu mengeluarkan bulir bening dari sudut matanya tidak menyangka.
"Jean, mengertilah." Tuturnya kembali melembut. Mengusap air mata perempuan itu iba. "Aku tidak bermaksud menyakitimu, tapi.." kata-kata Zhafir mengambang di kerongkongan.
"Tapi apa?" Tanya Jean meminta penjelasan.
"Aku juga tidak tahu dengan keadaanku saat ini. Semua hal berubah menjadi lebih rumit sekarang, termasuk hubungan kita."
"Apa yang terjadi? A-apa k-kau ingin mengakhiri hubungan kita?" Air mata semakin deras mengaliri pipi tirus Jean. Apakah ini balasan dari penantian dan kesabarannya menunggu Zhafir pulang?
"Beristirahatlah dulu, kita bisa melanjutkannya dilain waktu," ucapnya menyentuh pipi Jean lembut.
Namun, dengan cepat ia menepis tangan Zhafir dari wajahnya kasar. "Tidak, jelaskan sekarang juga!"
"Jean.."
Jean menunggu kelanjutan dari ucapan pria itu dengan raut kecewa. Untuk persekian detik ia tidak ada mendengar lanjutan perkataan Zhafir lagi, justru Zhafir hanya menatap Jean seolah menderita dengan keadaannya kini.
Karena waktu terus berputar, dan Zhafir tidak ada mengatakan apapun, Jean pun pergi begitu saja keluar dari mansion dengan perasaan terluka.
*
To be continue, vote and comments yaw Thanks in advance.
Ulqquiora 🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Storms END√
RomanceWARNING 21+ No. 02 di Action (26 Maret 2023) Cerita dark romence yang berawal dari sebuah insiden di mana kapal pesiar mewah Symphony Of The Seas karam. Membuat kedua manusia dengan berbeda pemikiran bertemu. Sebenarnya semua kejadian itu adalah seb...