Chapter 27

3.8K 217 5
                                    

Hanya untuk memastikan keadaan Clem, Frankl kembali ke rumah yang terpisah dari mansion malam harinya. Suara jangkrik memenuhi gendang telinga, seperti ada berlusin-lusin jangkrik di setiap sisi rumah itu.

KLEK akhirnya pintu terbuka juga. Iris Frankl menyusuri sisi rumah dan mendapati Clem berada di sudut ruangan tepat di depan jendela. Berbaring meringkuk juga gemetaran menghadap dinding memunggungi dirinya. Sinar bulan yang berpenjar dari kaca jendelalah yang menjadi satu-satunya Sumber penerangan Clem.

"Apa kau sudah menyadari kesalahanmu?"

Hening. "Clem?" Frankl membalikkan tubuh Clementine agar menghadapnya.

Perlahan Clem membuka kelopak mata lemah. "Apakah kau sudah menyadari kesalahanmu?" Ulang Frankl pada Clem. Sedang Clem diam saja menatap Frankl penuh kebencian.

"Masih belum hemm?" Frankl bangkit, ingin meninggalkan perempuan itu lagi. Namun, ketika berbalik Clem menahan celana Frankl. Tentu saja Frankl kembali berjongkok dan menatap iris hijau Clem menunggu.

"Sudah menyadari kesalahanmu?" Ucap Frankl mengulang pertanyaan yang sama.

Clem menganggut pelan. Wajahnya pucat pasi, dikarenakan belum makan ditambah trauma yang menyelimuti diri.

Frankl tersenyum remeh kemudian menepuk sekali tangannya. Seketika dua pelayan masuk dan membawa beberapa piring makanan. "Aku memberikan dua pilihan. Kau mengambil makanan itu namun tetap di sini atau dengan menukar jatah makanmu kau akan keluar dan tidak boleh makan hingga besok?"

"Aku ingin pulang.." lemah Clem seperti berbisik.

Mendengar itu Frankl mengangkat kedua alisnya, lalu menggendong tubuh Clem. Membawanya keluar dari gudang itu. Pemahamannya jika Clem ingin kembali ke mansion, tapi sebenarnya kata-kata itu memiliki arti jika ia ingin pergi dari tempat ini dan kembali ke rumah aslinya, tempat di mana tidak ada Frankl.

Clem meremas kemeja abu yang dikenakan Frankl sambil menangis pilu. Dia bertanya-tanya mengapa ada orang sangat kejam seperti Frankl.

Mengingat jika dia tidak bisa terlepas dari pria itu, membuat hatinya seperti diremas dari dalam nyeri. Air mata Clem semakin menjadi mengeluarkan kristal beningnya, seperti anak kecil yang meminta perlindungan, namun kepada orang yang salah.

Sampai di kamar mereka, Frankl menurunkan Clem di atas tempat tidur. Samar dia mendengar Clem berkata 'maaf', walaupun suaranya seperti berbisik, telinganya tidak mungkin salah menangkap apa yang Clem katakan barusan.

Kata 'maaf' pertama kali yang dia dengar dari perempuan itu dan akan menjadi yang terakhir.

Semenjak itulah Clem tidak ada berbicara lagi kepadanya bahkan sekedar membantah seperti yang sering ia lakukan sebelumnya. Sikap Clem sudah berubah. Tidak ada lagi semangat dalam dirinya, hanya ada aura kesuraman yang menyelimutinya.

Bahkan ketika Clem di tuduh ini itu oleh Zia dan mendapat hukuman lagi dan lagi dari Frankl, perempuan itu tidak ada bersuara. Hanya jeritanlah yang keluar dari bibir tipis Clem setiap kali dirinya menerima hukuman.

Seperti sekarang ketika Zia menuduhnya menyembunyikan handphone milik perempuan itu. Lalu, untuk membuktikan jika benar Clem yang menyembunyikan handphone miliknya, dia berakting seolah-olah menemukan handphone itu dalam lemari baju Clem. Tentu saja itu adalah akal-akalan Zia saja untuk melihat Clem dihukum karena tahu jika Clem tidak akan membela diri. Dan menurutnya Frankl akan selalu memihaknya.

Tapi, sebenarnya Frankl tidak sebodoh itu. Dia tahu jika selama ini Zia lah yang berulah, namun ia tetap akan menghukum Clementine karena tujuannya memanglah menyiksa perempuan malang itu.

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang