Chapter 62

2.3K 101 3
                                    

"Dia tidak memaafkanku." Ucap Frankl menatap pintu lift yang sudah tertutup dengan pandangan kosong.

"Ah.. tidak apa, saya akan membujuknya untuk segera menyukai anda, gadis itu tidak akan bisa marah untuk waktu yang lama pada orang lain."

"Tapi ini khasus yang berbeda." Gumam Frankl tanpa sengaja.

"I'm sorry?" Ucap Howard samar mendengar perkataan Frankl.

"Never mind, apa kau tahu sekarang ini ia akan pergi ke mana?"

Howard menatap Frankl mengernyit. Apakah pria ini benar-benar menyukai Bethany? "Yes, absolutely I know. Dia pasti ke Venetian, tapi mengingat kondisi kesehatannya, seharusnya sekarang ia pergi ke apertemen menemui ibunya."

Great, "Kau akan mengantarku padanya." Frankl harus benar-benar memastikan takdir ini, apakah benar gadis yang bernama Bethany itu adalah saudara kandungnya? Tidak mungkin jika Alyssa Lowenstein bisa selamat dari hari berdarah itu. Bagaimana bisa?

Kini mereka telah sampai di apertemen mewah yang berdiri kokoh di sekitar Venetian bernama Venetian Super Blok. Mereka menuju ke lantai 19 di mana terdapat kamar Bethany serta ibunya di kamar nomor 121, mereka mengetuk.

Bethany melihat dari lubang intip yang ada di tengah pintu. "Fuck! untuk apa mereka datang kemari?" Dia mengambil handphone dan mengirimi Howard pesan, yang isinya ia tidak ingin bertemu mereka sekarang.

Howard yang tahu diusir menyuruh anak buahnya ke resepsionis untuk memanggilkan orang agar membuka paksa pintu kamar Bethany seperti hal yang pernah ia lakukan sebelumnya, walaupun pihak apertemen menolak begitu keras, namun dirinya lebih keras kepala.

Tak butuh waktu lama, orang yang baru saja datang langsung meminta space agar dapat mengerjakan tugasnya dengan lancar.

Tapi belum sempat pria itu mengutak atik pintu apertemen Bethany, pintu di depannya lebih dulu terbuka. Namun bukan Bethany yang membukanya melainkan ibunya lah yang membukakan pintu untuk dua pria itu. "Selamat sore nonya Betrix." Ucap Howard sedikit membungkukan badan.

"Selamat sore Howard dan..." Perkataan Nyonya Betrix tergantung kala menatap Frankl, dirinya tidak pernah melihat teman Bethany yang satu itu.

"Frankl," tutur Frankl mengulurkan tangan, dan langsung di sambut wanita tua berumur lebih dari 50 tahun tersebut.

Nyonta Betrix tersenyum ramah dan mempersilakan mereka berdua masuk. Sedang para bodyguard Frankl berjaga di luar kamar.

"Aku tidak tahu mengapa Bethany-ku terus diam sedari tadi. Ketika aku bertanya apa yang sebenarnya terjadi ia tidak ingin membahasnya denganku."

Howard terkekeh pelan, "Tidak perlu kau khawatirkan, Bethany baik-baik saja. Hanya saja ada sedikit masalah, yah.. seperti yang anda tahu Mrs, soal pria dan wanita." Senyumnya sopan.

"Aku harap kalian dapat membujuknya segera." Tutur Nyonya Betrix khawatir. Lalu meninggalkan mereka ke dapur.

Howard dan Frankl masuk, menuju kamar Bethany. Namun, ketika mereka membuka pintunya, ternyata pintu kamar itu juga terkunci. Howard memanggil kembali orang yang sempat ia panggil tadi dan menyuruhnya membuka pintu kamar Bethany.

Tak membutuhkan waktu lama, pintu kamar Bethany terbuka. Kamar bernuansakan classic modern dengan cat berwarna cream dan abu. Terlihat Bethany sedang memerhatikan televisi, namun sesungguhnya pikiran perempuan itu tidak pada visual gambar di depannya, melainkan pada pria yang berada di belakang Howard, Frankl. Pria paling brengsek yang pernah dia kenal.

"Go." Ketus Bethany masih menatap layar televisi.

Howard tersenyum maklum lalu berlutut di depan sofa yang perempuan itu duduki dengan menggengam tangan Bethany penuh harap. "My baby Bethany, apakah kau tega melihat pria ini terus dirundung rasa bersalah karena tidak menerima maaf darimu?"

"Dia tidak membutuhkan maafku. Dan seperti yang dia katakan kau bisa mencari asisten baru untukmu karena aku keluar." Bethany menarik tangannya benar-benar marah. "Dan seperti yang anda katakan tuan terhormat," Bethany menatap Frankl tajam. "Seandainya kata maaf bisa menyelesaikan semua masalah maka dunia ini sama sekali tidak ada yang menarik." Senyumnya remeh.

"Alyssa, jaga batasanmu!" Tegur Howard. Ia tidak akan membuat partner barunya itu tidak merasa nyaman di sini atau bahkan tidak akan membiarkan Frankl berada di posisi yang bersalah.

Bethany tersenyum hambar, pria itu terus saja membela partner barunya itu. Sedangkan dirinya sekarang? Bagaikan barang yang tidak memiliki perasaan dan bisa dioper ke sana kemari sesuai dengan kehendak sang pemilik. Ia sadar posisinya di hati Howard, dirinya bukan siapa-siapa selain seseorang yang pria itu pungut dari jalan.

"Jangan membentaknya," tegur Frankl datar.

"Ahh ayolah Bethany, yang Mr. Mendenhall lakukan bukanlah hal yang sangat merugikan. Semua orang pasti akan berhubungan sex termasuk kau kelak, jadi santai saja. Berhubungan badan bukanlah hal yang harus kau jadikan masalah yang besar. Mr. Mendenhall hanya bergurau." Bela Howard terus- menerus.

Bergurau? Mereka menganggap apa yang menimpa dirinya hanya sebuah gurauan? Bethany mengatupkan bibir, ia tidak menyangka ada orang yang berpikiran jika memaksa seorang perempuan dipakai berlusin-lusin pria hanya sebuah gurauan. Air mata menggenang dan hampir tumpah dari pelupuknya. Tangan tak kasat mata seloah meremukan hatinya dari dalam, ketika mendengar Howard mengatakan itu. Tidakah Howard sadar jika Bethany memiliki perasaan lebih padanya? Lebih dari hubungan pertemanan bahkan seorang bos dengan bawahannya. Dirinya terlalu tinggi berkhayal dan berharap pada seseuatu yang menurutnya sangatlah mustahil untuk bisa dirinya gapai. Seumpama rusa kecil yang hanya bisa memandangi bintang indah di langit malam. Tak tergapai hanya mampu menikmati keindahannya saja.

Alasan Bethany menerima tantangan pria itu hanya untuk membuktikan jika Howard memang tidak memiliki perasaan lebih untuknya. Dan hal tersebut benar adanya. Dirinya terlalu naiv menginginkan yang tak mungkin ia miliki. Mungkin perasaannya ini akan terus ia simpan rapi dalam hati.

Benar, Bethany tiba-tiba tertawa menyembunyikan rasa sedih yang ia rasakan, "Hahaha, mengapa kalian sangat serius? Ayolah aku tidak benar-benar marah hanya karena hal sepele itu. Tapi yah, ini cukup sakit." Bethany mengendikan bahu dan memasang topeng tegar seolah dirinya baik-baik saja.

"Nah.. inilah Bethany yang aku kenal." Howard meraih kedua tangan Bethany dan menciumnya gemas lalu bangkit mengacak rambut perempuan itu bangga.

Sedang Frankl hanya menatap datar senyuman palsu itu. Satu hal yang ia tangkap, jika Bethany memiliki rasa pada Howard.

"Tapi," tutur Bethany ragu. "Aku tetap berhenti dari semua tanggung jawab yang kau berikan padaku. Aku ingin beristirahat untuk beberapa waktu, hingga organ intimku benar-benar pulih. Aku tidak kuat berjalan, maafkan aku." Lagi pula wajahnya akan ia taruh di mana mengingat Frankl benar-benar telah mempermalukan dan membuat harga dirinya sudah hilang di perusahaan itu.

"Ahh Bethanyku yang malang, baiklah. Jika kau sudah siap kau bisa datang padaku." Tuturnya mengecup sayang pucuk kepala Bethany lembut. "Semoga cepat sembuh."

*

To be continue, vomentnya yaw thanks in advance.

Ulqquiora 🌹

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang