Chapter 31

3.7K 200 7
                                    

~ Terima Kasih Kesedihan~

Karena menurut mereka Clem berencana untuk kabur, maka akhirnya mereka memberitahukan hal tersebut kepada Frankl. Alhasil Clem pun dikurung dalam kamar atas perintah pria itu.

Clem duduk di depan cermin sambil menyisir rambut. Sebentar dia terdiam. Diperhatikannya luka dan lebam di wajahnya, kemudian tersenyum janggal. Jari-jari lentiknya meraih perfume lalu menyemprotkannya ke leher lembut. Kini ia beralih mengambil lipstick berwarna merah terang dan memoleskannya ke bibir. Ia mem-make up wajahnya dengan menggunakan eye shadow berwarna gelap.

BRAKK pintu terbuka kasar karena Frankl. "Jangan kau kira karena akhir-akhir ini aku bersikap baik padamu, kau boleh bertindak semaumu. Aku memperingatimu untuk yang terakhir kalinya."

Clem masih memoles wajahnya santai.

"Apa kau dengar apa yang aku katakan?!"

Bersamaan itu pula, pengawal yang menjaga ruangan-ruangan di sisi barat pun, memberitahukan berita akan hilangnya tahanan kepada Frankl. Mendengar itu, seketika urat dahi Frankl menegang marah. "Bagaimana itu bisa terjadi!" Bentaknya. "Cepat temukan dia! Dasar tidak berguna!"

"Kau tidak akan bisa menemukannya." Clem berhenti memoles, kemudian berbalik menatap Frankl sambil menyilangkan kaki anggun. Memperlihatkan pahanya yang putih walaupun banyak terdapat memar kebiruan yang mulai memudar.

Satu kalimat itu cukup memberikan kesaksian bahwa perempuan yang menatapnya tersebut ikut terlibat akan hilangnya Zhafir. Frankl menatap Clem intimidasi. "Kau!"

"Me." Ucap Clem masih santai.

Frankl berjalan ke arah perempuan itu, lalu setelah sampai ia menjepit kedua pipi Clem kasar.

Sedang Clem hanya membalas dengan senyuman remeh. Tentu hal itu membuat Frankl semakin geram.

"Kita akan lihat apakah setelah ini kau masih bisa tersenyum seperti itu." Frankl membalas dengan senyuman licik.

Jiwa psyco-nya tidak dapat ia tahan, walau Frankl telah mencobanya sekuat yang ia bisa. Pria itu mengambil cambuk berukuran paling panjang dari dalam lemari miliknya lalu kembali ke di mana Clementine berada. Tanpa ba bi bu lagi ia membawa tubuh Clem ke tengah ruangan kasar. "Tetap berdiri."

Perempuan itu menatap datar wajah marah Frankl yang berjalan ke belakangnya. Hingga..

SPLAS cambuk itu menghantam betisnya. Tapi Clem masih sanggup berdiri. Wow, kali ini ia tidak bisa melukiskan betapa perih kulitnya setelah menerima cambukan itu.

Cambuk itu terus menerus menghujam betis Clem hingga perempuan itu terjatuh di kedua lututnya. Kakinya mulai mati rasa. Tapi Frankl masih menghujamkan cambuk itu seperti orang kesetanan. Hingga punggung Clem pun ikut menjadi sasaran.

Akhirnya Clem pun terjatuh ke lantai. Kulitnya mentuh marmer mahal nan dingin. Tangannya terkepal kuat menahan sakit yang begitu menyiksa. Walau begitu, ia masih sadar dan merasakan hujaman demi hujaman cambuk di tubuh dan kakinya.

Frankl berhenti kemudian berjalan ke hadapan Clem. Perempuan itu menatap sepatu hitam mengkilap yang tadi pagi ia pasangkan di kaki Frankl. Lalu ia mendongak menatap Frankl yang menjulang di depannya. Tatapan kebencian andalannya.

"Di mana senyumanmu yang tadi."

Seloah menantang, Clem memberikan senyuman remeh yang membuat Frankl kembali memanas. Refleks Frankl menendang wajah Clem, hingga membuat perempuan itu terlentang dan napasnya putus-putus menahan kesakitan yang terus datang bertubi-tubi tanpa ampun.

After The Storms END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang