Part 18

113 34 6
                                    

Happy Reading😇

"Adzan nya tambah bagus aja." Puji Miftah yang berada disamping Zein sembari tersenyum.

Bibirnya tersenyum manis. "Terimakasih. Kamu belum pulang?"

"Ini abis ketemu sama temen terus sekalian sholat dzuhur aja disini."

"Ohh, nanti aku pesen kopi ya."

............

Miftah menatap buku novel yang pernah dibelikan oleh Misbah. Novel itu bercerita tentang sepertiga malam. Permasalahan nya penuh dengan luka-liku dan konflik yang bisa mengeluarkan air mata.

Ia tipe gadis yang sangat cengeng tapi dirumah tidak dengan diluaran sana.

"Asalamualaikum," kata seseorang.

Miftah menaruh buku novelnya diatas meja. "Walaikumsalam, ada perlu apa ya?" tanya Miftah dengan lembut.

Orang itu hanya diam sekali-kali menengok ke belakang.

"Mau ada perlu apa?" tanya Miftah sekali lagi dan menghampiri lelaki itu.

Namun, setelah melihat lagi, sepertinya Miftah mengenali lelaki ini. Dia temannya kak Zein sama kak senior ganteng itu bukan?

"Saya mau ambil pesanan kopi atas nama Zein," ucap lelaki itu.

"Kakak siapanya kak Zein? Kakak ngga ngaku-ngaku jadi sahabatnya kak Zein kan? Supaya bisa dapet kopi?"

"Aku beneran sahabatnya Zein. Nama ku Bima, kalau kamu nggak percaya bisa tanyain aja ke orangnya."

"Oke, ini pesanannya!"

"Terimakasih."

...........

"Jadi ini orangnya?"

Miftah dan Zahra menoleh dan mendapati tiga orang perempuan. Wanita yang berada ditengah menarik tangan Miftah secara kasar.

"Maaf, bisa lepaskan tangan saya?"
Pinta Miftah.

"Tidak akan sebelum saya balas dendam kepada mu! Kamu mahasiswa tahun pertama kan?!" tanya Wanita itu dengan nada kesal.

"Maaf banget nih. Kakak senior yang terhormat! Emang sahabat saya punya masalah apa ya sama anda?" tanya Zahra sembari menaik turunkan alis tebalnya dan menarik lengan Miftah dari pegangan seniornya.

"Ohh yah, kamu sahabatnya? Kasih tau ya! Sahabatmu ini jangan gatel dong sama gebetan gue! Percuma pake hijab like bitch."

Miftah menatap wanita itu sembari dengan tersenyum manis. "Kalau saya bitch, kamu apa-" Plak! Sebuah tamparan keras di pipi Miftah membuatnya terkejut bahkan terasa pedih oleh amarah yang dirasakan wanita itu.

"Maksud lo apa?! Nampar sahabat gue? " teriak Zahra dan langsung menampar balik wanita itu.

Plak

"Melly hentikan! Kita jadi pusat perhatian nih," ucap seorang wanita sebelah kiri nya mencoba untuk melerai.

"Aku tidak mungkin bisa tenang jika
wanita sok tidak tahu ini mendekati gebetan gue."

"Tapi kan Mell kamu bisa menanyakannya dengan baik-baik
sebelum- astaghfirullah Melly!"
pekikan dari sahabatnya itupun terdengar ketika tanpa tidak diduga
Melly menyiram Miftah dan Zahra dengan air bekas pel dibantu juga oleh sahabatnya. Yang berada di sebelah kanan dengan menyiram pewangi lantai ke arah Zahra.

"Ini pelajaran buat dia! Setidaknya dia harus tau bahwa Agung itu milik gue bukan lo wanita gatel."

"Dan lo juga gak usah deket-deket Zein! Lo sampah sama seperti sahabat
lo itu," ucap wanita itu yang tadi membantu Melly.

Miftah menatap mereka bertiga dengan tajam. "Aku tidak masalah kamu menyiram diriku, asal jangan sahabat ku juga! Dan satu lagi buat kakak senior yang paling terhormat aku tidak suka anda menuduh saya mendekati nya. "

"Lo kurang cantik ya? Kasihan banget sih," jawab Zahra sembari membenarkan kerudung nya.

Melly merasa kesal dia ingin melayangkan tamparan keras ke pipi mulusnya Miftah lagi dengan cepat Zahra menahan pergelangan tangannya.

Grap

"Mau gue patahin nih tangan lo juga?!" tanya Zahra yang sudah sangat kesal dengan kelakuan seniornya itu.

"Kamu harus ingat satu hal." Miftah sudah muak dan menatap Melly
dengan tajam.

"Secara tidak langsung anda memfitnah saya dan kamu tidak tahu yak? Fitnah itu lebih besar dari pembunuhan!" Dalam sekali hentak, Miftah menjauhkan lengan Melly dari sahabatnya kemudian menarik Zahra dan melenggang pergi dari hadapan mereka.

Melawan seniornya itu sepertinya hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga. Padahal dia tidak merayu Agung kakak seniornya itu dan Zahra tidak dekat dengan kak Zein.

"Astaghfirullah, baju gue kerudung gue. Bau banget! Ditambah lengket juga!" teriak Zahra.

"Kamu mending pewangi lantai, lah aku air bekas ngepel nya."

"Sumpah deh, gue aja gak suka kak Zein tapi kenapa gue kena sih? Padahal gue sukanya kak Bima."

"Bima?"

"Iyaa kak Bima ganteng terus humoris gitu orangnya. Fiks, dia calon imam gue. "

..............

"Umma?"

Miftah menoleh dan mendapati Zein
sedang bersama Bima. Keduanya terkejut saat melihat hijab dan baju yang basah akibat siraman air dari Melly.

"Kamu, A-apa yang terjadi sama kamu? Kenapa---"

Miftah menyela. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan kak, aku baik-baik aja. Dan gak usah laporan sama kak Misbah ya. "

"Tap---"

Dan lagi, Miftah mengabaikan Zein
untuk melanjutkan niatnya yang mau ke masjid karena Zahra sudah menunggunya.

"Sepertinya Miftah habis bertemu sama Melly," ucap Bima yang langsung melangkah ke kantin.

"Bisa jadi."

..........

Agung kesal melihat foto orang yang dia cintai dan bersama sahabatnya itu sedang menjadi trending topic di kampusnya.

Ia meletakkan handphone nya di atas meja ia ingin tahu kabar Miftah tapi tugas-tugas dari dosennya harus diselesaikan sekarang juga. Ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk.

"Alifa?"

Seketika Agung merasa ragu untuk menerima panggilan dari Alifa. Tapi untuk apa dia ragu? Bukankah mereka hanyalah sahabat bukan? Akhirnya Agung mengalah dan menerima panggilan darinya.

"Asalamualaikum."


🌹🌹🌹🌹🌹

~Tbc~

Jangan lupa vote dan komentarnya:)

Gratis kok ngga bayar ini.

🌹🌹🌹🌹🌹

28 Januari 2021

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang