Part 12

111 39 4
                                    

Agung kini tengah berasa di atas balkon kamarnya sambil menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Tangannya berpegangan di atas pembatas balkon dan matanya menatap anak-anak kecil yang sedang bermain dibawah sana.

"Asalamualaikum, abang suruh abi abang ke pesantren," ucap Diandra, yang langsung duduk di atas tempat tidur milik Agung.

"Walaikumsalam, mau ngapain?" tanya Agung tanpa menolehkan kepalanya ke belakang.

"Ngga tau, Diandra cuman disuruh nyampein kalau abi minta abang ke pesantren aja."

"Yaudah, abang mau ganti baju kamu keluar dari kamar abang. Abang mau sholat magrib nya di pesantren."

"Iyaa, Asalamualaikum."

"Walaikumsalam,"

..............

Matahari sudah mulai bersembunyi pada sisi gelapnya, jarum jam pun sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore. Kini waktunya untuk umat islam melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Adzan maghrib sudah dikumandangkan diberbagai penjuru. Gadis mungil itu tengah
melaksanakan sholat magrib
bersama orang rumah.

"Asalamualaikum warahmatullahi."

"Asalamualaikum warahmatullahi," ucap mereka mengakhiri sholatnya.
Setelah selesai berdo'a, Umma menciumi satu persatu orang yang berada dirumah itu dan kembali ke tempat.

"Umma?" lirihnya. Kata-kata lembut
itu keluar dari mulut Eni, Umma langsung menoleh kearah Eni yang sedang menatap teduh padanya.

"Eh, iya uwak. Kenapa?" tanya Umma polos.

"Kamu kenapa nak? Kangen bunda ya?" tanya Eni dengan sangat lembut.

Raka dan Risa sudah kembali ke kamarnya masing-masing. Kini hanya tinggal Eni dan Miftahul diruangan itu.

"Iya uwak," jawab Umma sembari memberikan senyuman.

"Kan sebentar lagi kamu bakal tinggal di Sumedang ngga bakal di Kuningan lagi. Raka juga besok mau ke Jakarta mau ngurusin berkas-berkas."

"Raka besok ke Jakarta nya? Sama siapa uwak?"

"Sama tetangga sebelah sekalian ajak Raka biar ada temannya. Kamu sama Misbah kan berangkat nya?"

"Iyaa uwak. Uwak di rumah bareng sama Risa doang dong?"

"Iyaa tapi kan nanti uwak suka main ke rumah nenek juga. Biar ngga
bosen gitu."

Eni tersenyum manis dan mengelus puncak kepala Miftahul lembut dan beranjak dari ruangan tersebut dan meninggalkan Miftahul sendiri.

Setelah Eni menghilang dari pandangan, Miftahul langsung mendekati Al-Qur'an yang berada di rak dan mulai membuka Al-Qur'an tersebut. Ia mulai membacanya dengan penuh penghayatan.

Disisi lain ada seorang pemuda yang sudah selesai membaca Al-Quran dan kemudian menutupnya kembali. Dia adalah Agung Perdana.

Agung kini sedang mengajari anak-anak pesantren membaca Al-Qur'an. Tak hanya membenarkan lafadz yang salah, Agung juga menyelipkan pelajaran tauhid dan akhlak. Muridnya kurang lebih 20 orang, murid perempuan berusia 5-12 tahun 10 dan murid laki-laki 10 anak.
Jika murid laki-laki belajar di sembari masjid, murid perempuan belajar di  dalam masjid. Di pantau oleh ustadzah Halimah. Beliau adalah penanggung jawab santri perempuan.

Anak-anak yang tadinya sedang tadarus mulai mengobrol sendiri. Supaya keadaan kondusif lagi, Agung mengalihkan perhatian mereka.

"Adik-adik semuanya. Ada yang mau dengerin cerita ngga, dari saya?"

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang