Part 47 (Ending)

55 2 0
                                    

Happy Reading😇

Zahra dan Miftah baru saja sampai di depan pintu ruangan dokter Anna. Agung yang berada dibelakang mereka berdua, langsung memanggil Miftah.

"Dedek Miftah."

Panggilan dari Agung membuat mereka berdua terhenti. Mereka berdua membalikkan badannya menghadap ke arah Agung.

"Apaan sih, manggilnya pake dedek, malu tahu." ucap Miftah.

"Kenapa harus malu? Kan sama istri ini."

"Terus kenapa kamu, bisa kenal sama aku? Rencana aku tuh mau buat surprise buat kamu sesudah ketemu sama dokter Anna tapi kamu kesini dan tahu bahwa ini aku."

"Mungkin karena aku sayang sama kamu, jadinya aku tahu kamu ada dimana."

"Mana bisa begitu."

"Bisa dong!"

"Kalian masih mau berantem? Aku mau masuk duluan ya." ucap Zahra sembari melepaskan pegangan nya dari Miftah yang langsung di gantikan oleh Agung.

"Ihhh, Zahra kamu jahat meninggalkan aku sama manusia yang aku benci." rengek Miftah sembari meremas-remas tangan Agung.

"Benci atau rindu?"

"Aku tidak rindu kamu."

"Jangan bohong kamu."

"Astaghfirullah, aku tidak bohong."

"Kamu jahat banget sih sama aku," ujar Agung.

"Kamu lebay banget!" kata Miftah.

"Husss! Pengantin baru, kalau mau  pacaran jangan di depan pintu ruangan orang lain. Sana di tempat ruangan kalian." ucap Dokter Anna sembari berkacak pinggang.

"Bukan Miftah tapi Abang ngeselin banget."

"Udah kalian berdua lebih baik keluar aja, berisik banget kalau ada kalian itu."

"Dokter Anna jahat banget sama Miftah," ujar Miftah sedih.

"Iyaa maafin deh ya, gimana kabar kamu?" tanya dokter Anna tersebut.

Miftah tersenyum tipis dibalik cadar nya, "Alhamdulillah, baik dok."

Dokter Anna memeluk Miftah, sembari menghembus napasnya pelan.
"Kamu yang sabar ya, Allah tahu bahwa Miftah kamu kuat. Kamu pasti bisa melewati ini semua."

"Makasih dokter, udah baik banget sama Miftah."  ucap Miftah menahan untuk tidak menangis.

..........................


Agung dan Miftah mereka berdua berasa di mall besar yang terkenal di kota Sumedang. Berhubung ini sudah siang, yang berkunjung kesini juga sangan banyak.

Agung terus mengedarkan pandangan ke arah toko-toko yang sudah ia pikirkan sejak tadi. Berbeda dengan Miftah yang merasakan sedih dan sakit hati karena tidak bisa merasakan kebahagiaan seperti dulu ,  yang bisa melihat suasana ramai di dalam mall sekarang yang bisa ia lihat hanyalah warna hitam gelap gulita.

"Abang, fobia Abang masih sering kambuh nggak?" tanya Miftah.

"Kadang-kadang sih tapi sekarang udah nggak pernah kambuh lagi."

"Emm, mau nggak naik wahana lagi di pasar malam?"

"Untuk permintaan kamu yang ini aku menolak."

"Kenapa? Bukannya udah nggak pernah kambuh lagi, berarti sudah sembuh."

"Udah nggak kambuh lagi bukannya sembuh Maemunah, tapi karena pola hidup ku baik makanya nggak pernah kambuh. Coba kalau misalnya nggak baik bakal kambuh terus dan harus berobat terus."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang